Cyla dengan sadar dan mudah menebak perubahan ekspresi Lidya yang saat ini menatap Kevin.
"Kak Kevin, jangan di bawa serius. Aku masih lurus." tutur Cyla kemudian.
Tawa Lidya meledak. "Kau ini bisa saja."
Kevin menatap Cyla penuh curiga, Lidya menatapnya penuh peringatan, Cyla menatap mereka berdua unik, sedangkan Samudra sedari tadi masih sibuk menyimak.
"Baiklah, kalian daritadi terus sibuk sendiri. Sekarang giliranku bertanya."
Semua mata memandang ke arah Samudra, menunggu kalimat berikutnya keluar dan memecah suasana yang mendadak hening.
"Mutan itu apa?" tanyanya kemudian.
Kevin terbahak, Cyla menahan tawa, dan Lidya tersenyum kecil karena ia sudah tahu sebelumnya.
"Oke, ada banyak hal yang harus diluruskam sekarang ... tapi akan lebih mudah kalau kau tahu film X-Men, Sam."
Samudra menggeleng, "Sayangnya aku tidak tahu itu film apa, jadi cepat jelaskan. Waktuku tidak banyak."
Lidya mengangguk, ia mulai menjelaskan semuanya masuk melalui pikiran Samudra. Cyla dan Kevin hanya diam, tahu apa yang sedang dilakukan oleh Lidya.
"Tunggu." potong Samudra lagi.
"Bagaimana bisa kau berbicara tanpa menggerakkan mulut?" tanyanya bingung. Mereka bertiga jadi gemas sendiri mendengar segala macam ocehan Samudra, si ketua OSIS yang dikenal sangat tegas.
"Dia baru aja masuk ke pikiranmu. It's in your head, you don't use your ear for that." jelas Cyla.
"Dan sekarang, giliranku untuk menyombongkan diri." Kevin berujar mengalihkan perhatian.
"Lihat ini." Kevin menggerakan tangannya ke arah meja.
Cyla memekik antara merasa geli dan takjub, karena tangan Kevin benar-benar melewati meja tersebut.
"Kak Kevin seperti karakter Kitty dari X-Men." seru Cyla senang.
Sedangkan Samudra masih berusaha mencerna apa yang baru saja dilihatnya. "Coba lagi."
Kevin kembali melakukannya dengan pena yang dijatuhkan di atas telapak tangannya. Tentu saja langsung tembus jatuh ke bawah, tapi sebelum itu Cyla lebih dulu menangkapnya.
"Ini kekuatanku." Cyla menyahut sambil memainkan pena tersebut di udara.
"Dan ini kekuatanmu, kak Sam." Cyla menghilangkan pena tersebut.
"Sekarang tebaklah pena itu ada di sebelah mana." tantang Cyla.
"Masih di tanganmu." jawab Samudra berharap jika bukan hanya dirinya yang bisa melihat itu.
"Kak Kevin dan kak Lidya melihatnya tidak?" Cyla dan Samudra menatap mereka berdua dengan tatapan yang berbeda. Di satu sisi ada yang ingin disetujui, di sisi lainnya ada yang ingin dibantah.
"Tentu saja tidak! Jelas-jelas itu merupakan kekuatan Sam." jawab Lidya dengan tawa.
Cyla kembali membuat pena tersebut kasat mata. "Sudah kan? Kak Sam masih tidak percaya?" tanya Cyla menggoda.
"Adikmu tahu soal ini?" Samudra mendadak bertanya sedikit melenceng.
Cyla terdiam kaku, ia bingung harus menjawab apa. Keberadaan mereka bukanlah suatu hal yang dapat dibeberkan semudah itu, semuanya harus dijaga rapat demi kelangsungan hidup masing-masing.
"Ah ... apakah aku bertanya sesuatu yang tidak seharusnya?" tanyanya canggung.
Cyla menggeleng. "Tentu saja dia tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE OF LIFE (END)
General Fiction[END] Manusia tidak pernah percaya akan keberadaan mereka. Mereka yang minoritas, dianggap monster, cacat, pembawa sial, dan alasan di balik kepunahan manusia suatu hari nanti. Mereka adalah mutan dan makhluk abadi (Minor sci-fi warning) Story by Ic...