"Reza!" seru seorang gadis di belakangnya.
"Kau ini! Tahu sendiri kelas sudah dimulai, kenapa berlama-lama di sini?" omel Kayla kesal.
"Aku menemukan seorang mutan," bisik Reza, membuat Kayla menganga tidak percaya.
"Kau serius?" tanya Kayla.
"Itu!" Reza menunjuk ke arah gadis yang berdiri berhadapan dengannya walau terpaut jarak yang jauh.
Kayla melayangkan pukulan telak ke lengan atas Reza. "Lalu kenapa tidak kau sapa, bodoh?!" kesalnya dengan tatapan tajam.
Kayla kemudian berlari melintasi koridor, menghampiri gadis itu. Ia tersenyum lebar dan hangat, lalu menyapa dengan ramah. "Hai, kau murid baru?"
"Aku Afina Kayla, kau boleh memanggilku Kayla. Ugh, dan hiraukan saja bocah itu, ia memang tidak pernah bertingkah waras di pertemuan pertamanya dengan siapapun." Cerocosnya panjang lebar.
Angin yang awalnya bertiup kencang, perlahan mulai mereda, sama halnya dengan kilat dan petir. Hujan juga sudah tidak sederas tadi.
"Senang bertemu denganmu. Aku permisi kalau begitu," balas gadis itu kemudian berlalu pergi.
Kayla menghela napasnya kesal, kemudian menoleh ke arah Reza yang ternyata sudah tidak ada. Gadis itu hanya bisa menghentakkan kakinya kesal, kemudian berlari kembali ke kelasnya.
Begitu tiba, ia terkejut ketika sadar jika pandangan semua orang tengah tertuju ke arahnya.
"Kayla!" tegur guru bahasanya yang bernama Rahma.
"Bu Rahma, aku tadi sedang menyusul Reza!" bela Kayla tidak terima.
Kali ini, Bu Rahma beralih menatap Reza yang duduk di ujung kelas. Pemuda itu gelagapan sendiri, menggelengkan kepala dan tangannya, tidak mengakui perbuatannya.
"Kalian berdua ini, hobi sekali. Kayla, cepat duduk!" titah Bu Rahma yang langsung ia lakukan tanpa banyak jeda.
Kayla mendudukkan dirinya di tempat biasa, sebelum akhirnya sadar jika sekarang ia memiliki teman sebangku. Ia melebarkan matanya dan menutup mulutnya ketika sadar jika gadis yang ia temui tadi sekarang ada di kelasnya.
"Hei, bukankah kau gadis yang tadi?" tanyanya memastikan.
"Panggil aku Tania." Ujarnya dengan senyum tipis.
"Oh, baiklah ... Tania. Kau murid baru?"
"Tidak juga," jawabnya singkat.
"Eh, tunggu. Jangan bilang kau murid yang waktu itu pindah?"
"Huum, kau benar."
"Woah, aku hampir tidak sadar. Beruntunglah." Kayla berujar lega, membuat Tania tertawa kecil.
[]
"Reza! Kau berhutang maaf pada Tania!" seru Kayla begitu jam pelajaran selesai.
"Huh? Untuk apa?" tanya Reza acuh tak acuh.
"Kau membuatnya tidak nyaman. Ayo, cepat minta maaf!" titah Kayla namun tidak diacuhkan oleh Reza, lagi.
Kayla menjitak kepalanya, membuatnya mengaduh kesakitan. "Aduh, iya, iya." Reza menyerah kemudian menghampiri Tania.
"Kau tidak perlu minta maaf. Tadi pagi memang emosiku sedang tidak stabil," interupsi Tania sebelum Reza sempat mengeluarkan suara.
Pemuda itu menggaruk tengkuknya canggung. "Aihh, tapi tetap saja. Maaf, aku memang suka bersikap tidak jelas saat hujan."
"Huh, saat hujan?" tanya Kayla tidak percaya.
"Kau selalu bertingkah aneh, kapan pun dan di manapun!" cemooh Kayla tidak suka.
"Kau sepertinya dendam sekali denganku," ketus Reza.
"Itu ... tahu," balas Kayla.
"Eh, omong-omong. Kau ingin ikut tidak?" tanya Kayla dengan ekspresi manis. Reza memutar bola matanya malas melihat perubahan yang terjadi.
"Ke mana?" tanya Tania bingung.
"Komunitas rahasia," bisik Kayla.
Reza menatapnya tajam. "Tidak, tidak. Kau ingin mengajaknya? Penolakan besar.”
"Aduh, kenapa kau ini rumit sekali. Tinggal mengubah pendirianmu saja lama sekali!" kesal Kayla.
"Tinggal, kau bilang?"
"Iya! Kau ini susah sekali menerima perubahan, barang sedikit saja."
Reza menghela napas kesal, Kayla memang keras kepala ... ya sama seperti dirinya. Tapi Kayla itu lebih keras lagi, ia akan mengubah apapun agar bisa sejalan dengannya.
"Terserahlah, aku tidak ikut." Ujar Reza kemudian berlalu pergi.
"Hei!" seru Kayla.
"Memangnya kenapa aku harus ikut?" tanya Tania menginterupsi karena ia sendiri masih tidak mengerti.
"Kau harus ikut, karena kau berbeda." Jawab Kayla misterius.
"Ya, tentu saja semua orang itu berbeda, tapi apa yang membuatnya bisa begitu, Kayla?"
"Nah, itu dia. Apa yang membuat kau berbeda? apa yang membuat kau dan aku berbeda? jawabannya ada di komunitas rahasia ini."
Tania memicing curiga. "Lalu, kenapa kau bertengkar dengan Reza? Bukankah kalian dari komunitas yang sama?"
"Ugh, bocah itu tidak bisa menerima perubahan yang terjadi. Ingat bagaimana ia bertingkah saat awal bertemu denganmu? Itu salah satu caranya membuat orang seperti kau menjauh darinya," jelas Kayla.
"Menjauh? Justru ... kupikir dia itu menarik," sahut Tania berterus terang.
"Apa aku tidak salah dengar? Menarik katamu?"
"Iya. Maksudku, tidak banyak orang yang bertingkah sepertinya, dan itu tentu saja menarik." Jawab Tania ringan.
"Ya, ya, ya, terserah kau saja. Tapi intinya, kau harus bergabung dengan kami, Tania."
"Aku akan bergabung jika Reza ikut." Kayla terdiam sebentar, menimang tawaran Tania.
"Baiklah, baiklah." Tania mengukir senyum senang penuh kemenangan.
"Kita akan mulai dengan mengumpulkan para anggota dulu. Ayo!"
[]
This chapter is slightly shorter than the last one, but i did it on purpose so that i could continue the next chapter with an ease cause there's a little idea left in my mind.anyway, again, thank you for reading untill this far. Sending big virtual hug for each and everyone of you! ✨
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE OF LIFE (END)
Ficción General[END] Manusia tidak pernah percaya akan keberadaan mereka. Mereka yang minoritas, dianggap monster, cacat, pembawa sial, dan alasan di balik kepunahan manusia suatu hari nanti. Mereka adalah mutan dan makhluk abadi (Minor sci-fi warning) Story by Ic...