Delapan

57 16 0
                                    

"Kak Cyla! Tunggu! Aku bisa jelaskan!" panik Jeremy kemudian menghampiri kakaknya itu.

"Apa?" tanya Cyla linglung sendiri.

"Tunggu, jangan dulu pingsan." cegah Jeremy semakin panik.

Manik mata Cyla bertemu dengan manik mata cokelat terang milik serigala di hadapannya itu. Perasaan berbunga-bunga muncul dihatinya, Jeremy tidak jadi panik, malah kebingungan sendiri.

"Apakah ia jinak?" tanya Cyla penasaran, manik matanya masih belum beralih.

"I-iya, sepertinya begitu." jawab Jeremy.

Ia berjalan mendekat, lalu perlahan-lahan meletakkan telapak tangannya di puncak kepala serigala tersebut. Cyla tersenyum lebar sekali, kemudian tertawa. Tangannya bergerak mengelus bulu lembut serigala di hadapannya.

"Ini jenis apa? Kau dapat dari mana? Dia besar sekali." celoteh Cyla antusias, tangannya tidak berhenti mengelus kepala serigala yang tingginya hampir setara dengan Cyla sendiri.

"Dia temanku."

"Apa? Bukankah itu jelas, kalau serigala ini temanmu?"

"Itu Revan." jelas Jeremy.

Cyla membelalak terkejut. "Jadi ini maksudmu menjauhiku darinya? Pantas saja."

"Tidak, bukan." sanggah Jeremy cemas.

"Lalu, apa?" tanya Cyla bingung.

"Kau tahu soal mitos manusia serigala, kan?"

Tawa Cyla meledak, "Manusia serigala katamu?"

"Kak, aku serius." ujar Jeremy kesal.

Cyla berdeham kemudian menghentikan tawanya. Ia mengalihkan perhatiannya penuh ke arah Jeremy, tetapi tangannya masih setia mengelus puncak kepala serigala tersebut. Benar, Cyla tidak sepenuhnya percaya perkataan adiknya itu.

"Silahkan kau jelaskan semasuk akal mungkin, oke?"

"Tidak bisa, maksudku. Aku tidak bisa menjamin ini akan masuk ke logikamu itu."

"Maksudmu?" tanya Cyla sedikit tersinggung.

"Kau tahu kan? Sama seperti kita, penjelasan soal mereka itu sangat sedikit, dan hampir tidak bisa dijelaskan secara ilmiah."

Kening Cyla mengerut marah, "Seperti kita?"

"Kita melabeli diri kita sebagai mutan, padahal kita sendiri tidak mendapat penjelasan yang cukup soal itu. Coba kau pikirkan lagi, kak. Kita mungkin memang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah."

"Cukup sampai situ, Jeremy. Aku sedang tidak ingin marah atau bertengkar." peringat Cyla kemudian beranjak pergi mengambil kantung belanjaannya. Jeremy mengadang jalannya dan menarik pergelangan tangan Cyla.

"Kita dinginkan kepala terlebih dahulu lalu selesaikan ini, Jeremy."

"It's now or never, sist."

Cyla menghela napas dalam, "Aku dengarkan selagi ada bukti."

Jeremy mengembuskan napas lega. Ia menatap kedua mata manusia serigala tersebut, kemudian mengangguk.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Cyla sembari menolehkan kepalanya.

Disaat yang sama, serigala itu tengah bertransformasi menjadi manusia. Cyla mematung, pandangannya tak dapat lepas. Kepalanya terasa berputar, ia mendadak merasa pusing. Jeremy langsung menutup kedua mata sang kakak, membalik tubuhnya. "Fokus padaku sekarang."

"Apa?" tanya Cyla bingung dengan telinga yang berdengung. Di matanya, Jeremy hanya sekadar menggerakan bibir, tidak ada suara apapun yang masuk selain bunyi dengung tersebut. Cyla menggelengkan kepalanya, mencoba mengumpulkan kembali kesadarannya.

FATE OF LIFE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang