13 - 🌵 (1)

3.3K 411 8
                                    

*. " - ' • ° ' ° ^ - *

🐇

Nana menutup kembali pintu gerbang. Melihat ke atas. Langit sudah berubah warna menjadi jingga keunguan.

"Kak Bima, Nana pulang~"

Hening. Sepertinya Kakaknya itu sedang pergi lagi kali ini. Lupa untuk mengunci pintu. Untung saja pintu gerbang sudah dikunci.

Nana merebahkan dirinya si sofa. Menutup kedua matanya dengan lengannya untuk menghalau cahaya lampu.

Perut Nana berbunyi. Ia berdiri. Lalu tiba-tiba pandangannya kabur. Selalu seperti ini jika berdiri.

Nana menutup kedua matanya. Tangannya bertumpu pada meja. Setelah dirasa cukup, dia melangkah ke dapur. Membuka kulkas, namun hanya mendapati sisa sayuran yang sudah layu.

Apa boleh buat, ia harus mengorbankan uangnya untuk membeli beberapa makanan instan.

Nana keluar dari minimarket. Membawa kantung belanjaan yang berisi beberapa bungkus mi instan.

"Kak... Mark? Kakak ngapain disini?" Tanya Nana ketika melihat Mark yang bersandar pada motor besarnya di tepi jalan.

"Loh-eh, Nana? Motor gue mogok, gue mau ke.. emm.. ke rumah temen! Iya ke rumah temen, hehe,"

Mark menggaruk tengkuknya. Bohong. Padahal ia lewat sini untuk menemui Nana. Tapi mengingat sahabat- mantan sahabatnya mungkin? Tapi hanya Andra yang menganggap kalau persahabatan mereka usai. Tidak dengan Mark- memposting sebuah foto di Instagram-nya beberapa waktu lalu. Dari itu ia tahu kalau Nana sudah kembali pada sahabatnya.

Ia tak sejahat itu untuk merebut kekasih sahabatnya sendiri.

"Terus Kakak gimana? Nana temenin ya?"

"Ga usah! Eh.. maksudnya, Gua udah telpon temen gua kok. Bentar lagi dia kesini katanya. Udah gelap juga, mending lo pulang aja. A cute boy like you shouldn't be out too long." Mark tersenyum. Melihat wajah Nana yang sedikit memerah.

"Ka-"

"Nana!!!" Nana menoleh ke sumber suara. Melihat ke arah sahabat yang sekarang menghampirinya.

"Ngapain disini? Eh- ada Kak Mark.."

"Na,"

"Hmm??" Nana menoleh ke arah Haechan di sebelahnya.

Mereka berjalan bersama untuk pulang. Setelah Nana menunggu Haechan membeli beberapa jajanan di minimarket.

"Kayaknya gue suka deh sama Kak Mark.. tapi.."

"Tapi apa?"

"Lo gak suka kan sama Kak Mark- maksudnya, lo ga ada perasaan kan buat Kak Mark?" Haechan kini memandang lekat ke arah Nana.

"N-nggak kok.."

"Syukur deh.."

🐇

"Na? Kakak pulang,"

"Ngapain pulang? Kirain udah lupa rumah," Nana langsung memasukkan suapan terakhirnya.

"Yaudah Kakak pergi lagi aja. Padahal Kakak bawain mekdi nih, dibuang aja kali ya-"

"Eeeeehhh!!! Ga boleh! Mubadzir! Ga baik, dosa! Siniin,"

Nana mengambil kantung plastik berisi makanan di tangan Bima. Lalu membawanya ke kamar.

"Bukannya Nana udah makan mi??"

"Mi instannya cuma dikit!!" Teriak Nana dari dalam kamar.

"Tapi kok ini ada dua bungkus?

"Yang satu ketelen! Yang satu baru kemakan!!"

Bima hanya terkekeh. Nananya tak pernah berubah dari dulu. Dan ia harap adik kesayangannya itu tetap seperti ini.
















T B C
_______________________________________
_______________________________________

I'm so sorry kalo chapter ini mengecewakan, tp ozi kehabisan ide beneran :'' janji deh next chapter bakal lebih panjang lagi,, thank you :'


✅ Cliché, Na • [NoMin] | Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang