Bab 3

6 1 0
                                    

~Adakalanya orang diam-diam menghanyutkan tak selamnya putih tak selamanya hitam terkadang juga abu-abu ~

*

Di ruang makan Asa dan keluarganya sedang makan malam mereka makan hanya berempat saja karna abang keduanya yang memilih sekolah di luar negri sedangkan abang pertamanya sudah bekerja dan tinggal di apartemen dekat dengan tempat bekerjanya. Hanya Asa dan kedua orang tuanyalah yang tinggal di rumah yang sangat besar ini dan kadang abang pertamanya pulang di hari libur. Suasana memang selalu sepi seperti biasanya hanya denting sendoklah yang selalu berdentang sesekali.

"Kapan rencana kamu daftar les" kata Papa Asa

"Mungkin besok, Pa"

"Nanti papa kirimin ke rekening kamu  ya dek"

"Iya makasi banyak, Pa"

"Sama siapa kamu nanti daftar les, dek?" tanya Mama asa

"Aku sama dewi dan lili, Ma"

"Baguslah kamu gak sendiri"

"Makan ikannya dek, jangan liatin aja"

"Pa tadi mama liat papa Fino pulang lalu keluar rumah lagi kayak bawa tas" kata Mama asa

"Suttt.... biarin aja itu urusan rumah tangga orang" kata Papa Asa

Lalu mama Asa cuma diam dan melanjutkan makan. Asa teringat pertanyaan buk santi tadi di ruang Bk. Setelah makan asa mencuci piring dan pergi ke rumah Fino.

Asa memencet bel rumah Fino berulang kali namun si pemilik rumah tidak kunjung keluar. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya asa menyerah dan kembali ke kamar.

"Lah kok ke buka jendela sih, apa aku lupa nutup jendela ya"

Asa berjalan mendekati jendela untuk menutupnya, matanya tak sengaja melihat ke sebrang lampu berkedip-kedip.

"Kamar fino?"

Ya memang kamar asa berdekatan dengan kamar fino yang jaraknya beberapa meter dan dipisah oleh pagar. Asa melompat ke pagar dan menjangkau pagar beranda kamar fino lalu melompat masuk.

"Fin...Fin...fino lo dimana?" kata asa sedikit takut dengan memegang hp karna asa fobia dengan gelap.

Terlihat fino sedang duduk di pojok kamarnya yang gelap.

"Tadi gue ke rumah lo udah gue pencet bel lo gak ada. Trus di jendela gue liat lampu lo ngedip-ngedip jadi gue ke sini manjat"kata asa cepat

"Biasa juga lu kayak gitu juga dulu" kata fino

"Eh kok rumah lo mati sih lampunya"

"Lupa gue idupin"

"Belum bayar lu ya" kata asa lalu berjalan sambil hidupin.

"Eh wajah lo" kata asa terkejut

Fino memutar kepalanya melihat ke arah lain. Asa sudah tau apa yang terjadi, dia sering melihat fino seperti ini. Lalu asa berjalan mendekati Fino dan memeluknya erat. Fino membalas pelukan asa dan menumpahkan semuanya dalam pelukan asa, juga beberapa tetes air mata.

Mereka berbagi pelukan beberapa menit menumpahkan rasa sakit seolah asa juga merasakan. Asa dan fino sudah lama bersahabat sejak mereka masih bayi. Hingga saat sma mereka jarang bertemu karna fino salah pergaulan.

Setelah menyudahi acara pelukan asa ke dapur mengambil batu es untuk mengompres luka fino dan mengambil obat. Tak sengaja Asa melihat pintu kamar mama Fino yang terbuka sedikit, terlihat mama fino menangis termenung dan luka dipipi, ditangan. Hati asa merasa teriris melihatnya. Tak sengaja mama fino melihat asa dan berdiri menghapus air matanya.

KemarauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang