~Dingin kayak kulkas, berubah-ubah kayak bunglon, kaku kayak kayu, tajam kayak pisau~
AsaBayu POV
Hari ini aku melihat dia di dalam sebuah mobil dengan seorang cowok. Dia mencium pipinya tak sengaja kita bertatapan, lalu aku pergi menjauh karna itu bukan urusanku
Bayu berjalan masuk ke toko buku yang lumayan terkenal disana, dia berputar-putar mencari buku puisi. Memang sedikit berbeda dengan cowok pada umumnya, Bayu sangat menyukai puisi salah satu tokoh yang di idolakannya yaitu Kahil Gibran dan Chairil Anwar.
Saat itu aku berjalan mencari tempat puisi karna tempat biasanya sudah dipindahkan, lalu aku melihat seorang perempuan berdiri sendiri membaca. Namun yang anehnya dia Asa kalo tidak salah namanya, dia membaca komik 21+ itu membuatku sedikit terkejut dengan penampilan biasanya tapi...entahlah...
Tiba-tiba saja dia melihat ke belakang, aku cukup terkejut tapi aku bisa mengontrol ekpresiku sedangkan dia hanya melihatku lalu kembali membaca. Aku tak ingin memikirkannya aku kembali lanjut mencari tempat buku puisi.
"Permisi mbak" kata Bayu
"Iya, ada yang bisa di bantu, dek?"
"Kalo buku puisi dimana letaknya ya mbak"
"Oh disitu dek" kata mbaknya sambil menunjuk
"Terima kasih, mbak"
"sama-sama dek"
Tak terlalu jauh hanya beberapa rak aku menemukan tempat buku puisi yang ku tuju. Aku melihat buku Kahil Gibran yang sudah lama ingin ku beli. Aku mengambil buku itu dan seperti ditarik berlawanan. Ku lihat siapa yang menariknya ternyata dia.
"Eh" kata Asa
Dia melihatku lalu berlari dengan raut ketakutan, aku juga bingung ada apa dengannya. Lalu aku ingat kejadian di bk terakhir kali, ku ikuti dia dan bertanya.
"Lo takut sama gue"
Dia berbalik dan kita saling menatap terdiam. Muncul ide di otakku untuk mengerjainya dengan memotong jarak kita dia reflek mundur dan tak ada jalan dibelakangnya.
"Gue tanya lo takut sama gue?"
"Eng...gak kok"
"Kenapa suara lo bergetar"
Dia diam aku tau apa yang dipikirnya tentang aku, pasti itu yang di ruang bk.
"Tenang aja lagi gue gak menggit, gue bukan orang jahat" kata ku agar dia tak takut tapi sepertinya masih ada yang ingin dia katakan seolah ragu-ragu
"Trus yang di BK" kata Asa
Benar dugaanku pasti masih tentang itu, lalu aku menjelaskan semuanya yang mungkin sudah dia pendam pertanyaan itu. Setelah dia mendengar penjelasan ku dia sedikit tenang dan tidak takut lagi rautnya.
Tidak ku sangka dia menyukai puisi juga, lalu kami mulai berbicara walu hanya satu-satu. Handphone ku bunyi lalu aku pergi mengangkat dan meninggalkannya.
Saat aku kembali dia sudah tidak ada lagi.
"Eh kenapa aku berharap dia menuggu ku" kata Bayu
Buku yang sudah lama ingin ku beli ternyata hanya tinggal satu karna memang best seller padahal aku sudah lama menunggu buku itu.
"Tak apa lah" lalu Bayu tersenyum
Diparkiran aku melihat dia berjalan menunggu angkot. Cukup lama aku berfikir apa aku ajak dia pulang bersama saja atau tidak ya. Angkot yang cukup rame di sore hari membuat dia susah mendapatkannya. Kulihat wajahnya cemberut sambil melihat jam. Ku beranikan diri untuk mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarau
RomanceIni dari kisahku yang terus berlayar tak berujung, berlayar tanpa henti. Banyak hal yang singgah lalu pergi seperti kemarau yang datang lalu pergi dan datang lagi dengan rasa dan waktu yang berbeda. Senja itu berbeda memberikan warna yang indah mes...