Laskar Mimpi | Bab 10

1.6K 298 18
                                    

Bab 10. Lonely

•••

Elena tidak tau apa yang salah dengan dirinya, sejak terakhir pertemuannya dengan Andi Skipper, gadis itu jadi lebih mudah tidak fokus. Pikirannya mengawang pada kejadian hari itu.

Apakah pria itu benar-benar perduli padanya? Atau hanya sekedar penasaran dengan kehidupannya? Apapun yang terpikirkan oleh gadis itu hanya akan semakin membuatnya sakit kepala.

"Gimana nilai tugas matematika lo?" Acha bertanya, buku big bos tanpa sampul miliknya ia perlihatkan terang-terangan pada gadis itu.

Sedangkan Elena terpaku beberapa saat, "nilai lo lebih lima dibanding nilai gue kali ini." Jawabnya samar.

Acha menaikan alisnya, "hah?"

Elena menyodorkan buku tulis. "Gue delapan puluh lima, sedangkan lo sembilan puluh."

Acha tertawa singkat, "what? Gimana bisa?"

Elena sontak mengembungkan pipinya kesal. Mama pasti akan marah nanti, pikir gadis itu. Mendapatkan nilai sembilan puluh lima saja sudah seperti menjadi aib bagi keluarganya. Sekarang, Elena tidak tau harus berbicara apa dengan Mama.

"Gak usah ngejek lo!" Timpal Elena kesal. Gadis itu segera merampas kembali buku miliknya. Menyimpannya di dalam tas. Keheningan terjadi beberapa saat.

"Gue denger-denger, kemarin lo ribut sama Andi Skipper." Acha menutup resleting tasnya.

Elena terdiam, memikirkan kembali kejadian tempo hari yang terus mengusiknya. "Hmm, lo tau dari mana?"

Acha menutup mulutnya mengejek, "oh jadi itu bener?"

Elena mencibir. "Ya. Dia berusaha simpati sama gue."

Acha menganggukkan kepalanya mengerti, "lima menit lagi bel istirahat. Kantin duluan yuk."

Gadis itu tak menjawab, hanya mengikuti langkah kaki Acha yang sudah lebih dulu berjalan keluar. Elena tertegun melihat wajah Andi yang tertawa lepas bersamaan dengan teman-teman sekelasnya.

Wajah itu mengeluarkan ekspresi yang paling ia benci. Andi terlalu terlihat bahagia hingga Elena tidak bisa menelisik apa yang terjadi dengan permasalahan hidupnya.

Bagaimana seseorang bisa hidup dengan demikian bebas?

"Jadi, kenapa lo dapet nilai kecil?" Acha membuka suaranya. Gadis itu segera mendaratkan bokongnya di kursi kantin yang sepi. "Ada masalah?"

Elena mengangkat kedua bahunya, "pikiran gue agak ..." Elena menjeda kalimatnya. "Ah udahlah, lupain."

Acha tertawa lagi, "gara-gara Andi?"

Elena mendongak.

"Jadi itu alasannya." Acha melambaikan tangan, ketika pelayan kantin datang dengan buku kecil. Acha melanjutkan kalimatnya. "Mbak, nasi goreng dua, yang satu pedes yang satu engga. Yang enggak pedes, gak pake bawang dan gak pake mentimun. Yang pedes tambahin telur mata sapi ya. Minumnya satu jus apel murni dan yang satunya es teh, jangan terlalu manis ya, Mbak."

"Woah, lo jadi hafal selera gue, Cha." Gurau Elena.

Acha mencibir. "Memang, Andi ngelakuin apa sama lo?"

Laskar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang