Laskar Mimpi | Bab 2

2.4K 434 5
                                    

Bab 2. Camaraderie

•••

Andi mengupas kulit kuaci yang ia beli beberapa menit lalu dari supermarket terdekat. Mata Andi melirik Kevin yang tengah sibuk berkutat dengan laptop dan senyum tipis di wajahnya yang dingin.

"Lo kalo senyum gitu, nyeremin Vin." Andi merinding sendiri.

Kevin mendengus, kedua pentolan Garuda Bangsa sore itu masih tengah menikmati istirahat mereka di markas khusus yang Sergio—kakek Arka buat di tengah hutan kecil pinggir kota.

"Menurut lo, kenapa Arka penasaran banget sama cewek yang namanya Acha, Vin?"

Kevin mengangkat bahunya tak perduli, "Ntahlah." Jawabnya singkat.

Andi berdecak. Suasana hening kembali menyapa. Hanya tiga hal yang membuat Kevin berdialog panjang. Saat bersama Andi dan Arka, membicarakan gadis bernama Keysa, dan melakukan 'pekerjaan' Kevin setiap kali pria itu memiliki mangsa.

Tidak heran untuknya jika melihat Kevin yang begitu normal ketika menatap layar laptop menyala, melihat dengan seksama bagaimana gadis di sebrang sana tengah menyibukkan diri dengan bacaan novel yang tiap hari gadis itu lakukan.

"Semua tentang lo nyeremin, Vin." Andi merubah posisi rebahannya menjadi duduk. Menatap pria itu lamat-lamat. "Mana ada cowok yang mantau cewek disuka dengan cara gitu? Pasang kamera tersembunyi di kamarnya sendiri."

Kevin membalas menatap Andi sumringah. "Dia paling seksi kalo lagi tidur."

"Berhenti ngomong hal-hal yang vulgar depan anak kecil?" Andi ngos-ngosan. "Gila Lo!"

Kevin tertawa.

"Kenapa?" Arka, pria yang datang dengan setelan jaket kulit hitam tersebut meletakkan kunci motornya pada meja kayu ruangan tersebut. "Ada apa ribut-ribut?"

Andi menunjuk Kevin dengan tegas. "Dia abnormal, Ka."

Arka balas terkekeh. Sama halnya dengan Kevin, Arka hanya akan bersikap hangat dengan orang tuanya dan sahabat-sahabatnya. Sifat introver akut pria itu melunak ketika bersama dengan orang-orang yang dia sayang.

"Lo kuat kupasin semua kuaci-kuaci itu?" Arka melepas jaket, melempar sembarangan arah. Menghiraukan dunia Kevin yang masih tersenyum lebar.

"Why not?"

"Sekarang udah ada kuaci jadi. Kenapa lo harus beli yang masih ada kulitnya?"

Andi menggaruk alisnya yang tebal. "Mungkin karena gue terlalu rajin."

Arka terkekeh kecil, kemudian merebahkan tubuhnya pada sofa panjang. Memejamkan matanya yang lengket.

•••

Gadis itu mengedipkan matanya dengan pelan. Menyesuaikan retina matanya dengan cahaya yang masuk. Sesaat setelahnya, ia menggulung tubuhnya pada selimut tebal di kasurnya.

Gadis yang masih memakai pakaian sekolah lengkap tersebut bangkit. Melirik alarm bermotif karakter Doraemon. Jam empat sore, dihari biasanya Acha akan sibuk dengan piring-piring kotor dan pekerjaan rumah yang merepotkan. Tapi kali ini badannya tidak cukup vit untuk melakukan aktivitas biasanya.

Laskar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang