Laskar Mimpi | Bab 22

1.1K 179 8
                                    

Bab 22. Numb

•••

Kenzo mengecap lidahnya, kepalanya pusing, dadanya sesak. Seharian merokok di atas roof top rumah sakit belum juga berhasil menenangkan pikirannya yang kalut.

Bagaimana bisa ia mencari pendonor jantung yang tepat untuk istrinya? Haruskah ia kembali merampas mimpi Acha dengan merenggut jantung gadis itu?

Sejak awal Kenzo tau, ia adalah pria brengsek. Tidak cukup membuang Acha ke tempat orang yang tidak ia kenal, ia bahkan berani menebalkan muka untuk datang dan meminta nyawa gadis itu seolah-olah mereka adalah keluarga bahagia.

Tapi Kenzo butuh. Ia tidak bisa melihat istrinya terbaring sakit terus-menerus seperti manusia tak bernyawa di atas ranjang rumah sakit. Fika sudah melakukan operasi transplantasi hati, artinya tugas Kenzo hanya perlu mencari pendonor jantung untuk Zeline.

Tapi, dimana pria itu mendapatkannya?

Kenzo menyesap gulungan nikotin yang ia apit di kedua jemarinya dengan kuat. Seolah-olah, asap rokok tersebut adalah oksigen yang bisa membuatnya bernafas dengan tenang.

Hari sudah semakin malam, udara menyeruak datang bersamaan dengan gadis berbando yang menatap punggung kokoh pria itu dengan lugu.

"Ayah?" Panggilnya. Kenzo tidak perlu menoleh untuk memastikan siapa pemilik suara tersebut. Sedangkan Acha, gadis itu tidak perlu meminta izin untuk mendekat.

"Acha pikir, ini udah malem." Ujarnya lagi. Kenzo belum juga menjawab, pria itu kembali menyesap rokoknya dengan tenang.

"Biar Acha yang jaga Fika, ayah bisa pulang istirahat di rumah."

"Oh, masih ada otak kamu buat berfikir seperti itu?" Kenzo membuka mulutnya. Sepuntung rokok pendek yang ia apit, ia buang ke tanah sebelum akhirnya menginjaknya hingga tandas.

Acha tak menjawab, mata gadis itu berlinang dengan mulut tertutup rapat. Tidak juga mendapatkan jawaban, Kenzo berdecih singkat. Pria itu hendak melangkahkan kakinya pergi menjauh sebelum akhirnya ia mendengar Acha bersuara.

"Acha rindu Simbah, Acha rindu dengan cara Simbah berbicara tentang masa lalu dia saat ikut tugas militer perang." Acha menatap langit yang gelap, hanya terdapat beberapa bintang yang bertabur menghias. Mendung menyelimuti kota dengan rapat.

"Meskipun itu bukan dongeng, tapi terkadang Acha sering tidur setiap kali Simbah cerita kisahnya." Sambungnya lagi.

Kenzo terdiam, punggungnya yang tegap tiba-tiba ikut meluruh bersamaan dengan petir yang menggema. Kalimat singkat anaknya, membuat Kenzo terdiam seribu bahasa. Lidahnya kelu, ia tidak sanggup menopang berat hatinya hingga mata pria itu berlinang.

"Acha gak bisa bilang, kalo Acha cuman berharap keluarga kita bisa harmonis kaya orang-orang diluar sana. Acha egois, ayah. Acha selalu ingin lebih dan lebih."

"Kamu baru sadar Acha? Kamu baru sadar kalo kamu lah predator dari keluarga kami? Kamu merenggut kebahagiaan Fika! Kamu mengucilkan keluarga kami dari luar, karena kamu di anggap orang gila. Orang mana yang kalo berdarah masih bisa ketawa?" Kenzo tertawa terbahak, matanya menyorot tajam menatap punggung anak gadisnya yang bergetar. Pria itu tau Acha sedang menangis. Tapi, apa yang harus ditangisi? Bukankah kalimatnya kepalang benar, hingga Acha menelan kenyataan? Gadis itu tidak bisa terus-terusan bersikap seolah dirinya adalah korban.

Acha tak menjawab, ia tidak memiliki kalimat pas untuk membalas kalimat sarkas dari ayahnya. Bukan karena Acha mengaku kalah, tapi ia berpikir bahwa adakalanya terdiam adalah pilihan baik, dan Acha selalu mengambil pilihan itu selama ini.

"Kamu udah dewasa, Acha. Udah waktunya kamu membalas kebaikan kami dengan mendonorkan jantung kamu."

"Ayah!" Gadis itu memutar tubuhnya, menatap lekat-lekat manik hazel tegas milik ayahnya. "Acha juga butuh jantung buat hidup."

"Kamu mau hidup buat siapa? Buat nunjukin ke semua orang kalo kamu korbannya? Buat mempermalukan kami?"

"Siapa yang ayah sebut kami? Kenapa ayah terus-menerus ngomong seolah Acha bukan bagian dari keluarga kita."

"Memang gitu kan kenyataannya? Kamu gak sadar, kalo kamu udah di buang bertahun-tahun silam? Kamu gak sadar kalo keputusan menitipkan kamu sama Simbah itu adalah pilihan. Pilihan karena kami gak butuh anak cacat kaya kamu, Acha."

Acha membuang muka, nafasnya berderu hebat. Air matanya luruh tanpa suara. Dengan wajah yang dingin, gadis itu menyahut kasar. "Kalo gitu, jangan minta Acha berbuat baik. Acha gak sebaik itu buat memaafkan orang-orang yang mengaku waras padahal sebaliknya."

"Acha!"

Gadis itu tertawa. Matanya melotot ganas, menatap manik ayahnya yang memerah menahan amarah. "Kenapa?"

"Maksud kamu apa ngomong begitu? Kamu tuh memang gak tau terima kasih ya."

"Ayah yang lebih egois. Ayah pikir, aku selama ini gak kesakitan? Ayah pikir selama ini aku mau di anggap gila sama orang-orang? Kalo aku bisa buat pilihan, Acha juga gak mau ada di posisi ini. Ayah yang buat aku gini, kan?"

Kenzo terdiam.

"Ayah pernah ngebela aku depan ibu? Ayah pernah nenangin diri aku kalo aku lagi terpuruk? Ayah cuman mendongeng sekali tapi ayah bersikap seolah itu adalah kebajikan besar yang harus dibalas dengan nyawa."

Kenzo meludah, nafasnya memburu. Engap dengan kalimat anaknya yang ia akui adalah kebenaran. Dengan tubuh tegap, ia berbalik memunggungi anaknya. Pergi menjauh tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Semua kalimat yang ia simpan, menghilang begitu saja di ujung lidah.

Acha terdiam tertegun menatap kekosongan roof top yang gelap. Kepalanya menengadah ke atas, melihat langit malam, pikirannya berkelit memikirkan segala sesuatu yang mengusik hatinya dengan rasa sakit.

TBC.

Vote dan komentar next untuk bab selanjutnya.

Laskar Mimpi setelah nyaris empat Minggu gak update, akhirnya kembali UP.

Jadi, beberapa Minggu terakhir aku di sibukkan sama kerjaan yang numpuk. Jadi gak ada waktu buat nulis. Berangkat pagi, pulang malem. Di tambah, ide next bab belum terpikirkan jadi berencana mau meng-hiatuskan cerita LM ini.

But, kita coba pelan-pelan yaa.

Aku juga ada cerita lain, kalian bisa mampir ke sana, selagi nunggu cerita LM ini update. Judulnya Eight karya Dellamonica019

Lop yu sekebon!

Laskar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang