Laskar Mimpi | Bab 17

1.2K 201 1
                                    

Bab 17. Limerence

•••

"Kevin gak ikut sama kita?"

Pria itu mengangguk, dua piring soto didepannya belum juga tersentuh dari tiga menit lalu si pelayan datang memberikan pesanan. Acha masih sibuk dengan ponsel di genggaman tangannya.

"Berhenti main ponsel kalo kita lagi berdua." Ujar Arka singkat. Acha mengangguk kecil, benda pipih tersebut ia letakkan di atas meja.

"Meskipun gue baru sebulanan di Garuda Bangsa, tapi gue perhatiin lo banyak berubah, Ka." Timpal Acha, "gue juga denger dari anak-anak kelas, lo banyak berubah."

"Apanya yang berubah?" Arka menyodorkan sepiring soto ke hadapan gadis itu. Bersamaan dengan sebotol kecap dan semangkuk sambal.

"Tuh kan, mereka bilang lo udah gak sedingin dulu." Balas Acha, gadis itu menyendok beberapa sambal yang pria itu serahkan. "Lo juga jadi sering senyum meskipun gak dikit yang bilang lo nyeremin."

Arka tersenyum kecil, melihat bagaimana cara gadis itu makan. Menepuk puncak kepala Acha, Arka membalas. "Memang gak boleh?"

"Bukannya gak boleh, tapi mereka cuman heran aja." Gadis itu melirik tangan Arka yang masih bertengger di kepalanya. "Singkirkan tangan sialan lo."

Arka kembali tertawa, menuruti kemauan gadisnya. "Lo galak, Fika juga bilang lo galak."

Acha mengerutkan keningnya, "gimana dia bisa tau? Dulu, waktu kita kecil. Gue sama Fika jarang banget ngobrol lama."

"Kenapa?"

Acha terdiam sejenak, seolah tak ingin kembali membahas topik tersebut, gadis itu kembali menyuapkan sesendok soto ke mulutnya.

"Lo gak penasaran sesuatu, Ka?" Acha membuka suaranya setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Soal?"

"Omongan orang-orang, rumor yang katanya gue anak dukun. Mereka bilang gue anak aneh yang suka kesurupan, mangkanya badan gue suka luka-luka waktu kecil." Jawab Acha sarkas, gadis itu tau bahwa pria berwajah dingin ini tau apa yang terjadi padanya. Tapi, melihat bagaimana cara Arka menjaga kenyamanan dirinya Acha mulai luluh.

"Oh itu." Arka ikut mengangguk, "gue denger."

"Terus, lo percaya?"

"Gua percaya atau engga itu urusan gue, bocah." Jitak Arka lembut, melihat bagaimana raut kesal Acha menatapnya Arka tertawa sejenak. "Lo harus percaya gue biar gue bisa percaya sama lo."

"Jangan-jangan  karena alasan itu lo pacarin gue? Karena penasaran sama rumor itu? Atau bahkan lo kasian sama gue yang gak punya siapa-siapa?"

"Kenapa lo bilang lo gak punya siapa-siapa?" Tanya Arka heran, "lo punya Elena, punya gue, dan mungkin punya Kevin atau Andi yang bisa dukung lo."

Acha tertawa kecil, "kata 'punya' yang kita bahas, punya persamaan yang sama kan?"

Arka mengangguk kecil, pria itu tersenyum menggoda dengan alis yang terangkat sebelah. "Atau lo pikirin hal-hal lain?"

Acha mendengus jengah, kembali memakan soto. Melirik mangkuk Arka yang masih penuh, gadis itu membalas. "Diem, makan aja sotonya."

Arka tak membalas, pria yang masih memamerkan cengiran menggoda itu turut menyendok soto didepannya. Memperhatikan suasana kantin yang sepi. Maklum, jam masuk sudah berbunyi beberapa menit lalu.

"Nanti lo mau ke RS lagi?"

"Iya, tapi cuman sebentar lihat keadaan adik gue doang. Setelah itu pulang, beresin kamar buat Fika. Dia mungkin dua hari lagi pulang."

Laskar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang