Gadis berparas ayu yang sedang duduk ditaman rumahnya nampak begitu fokus membaca novel yang berada di pangkuannya. Sesekali kerudung syar'i-nya berkibar karena angin. Inilah aktivitasnya dikala liburan semesteran tiba, saat pekerjaan rumahnya selesai, dia akan membaca novel ditaman milik keluarganya itu. Ayra Kaesa Arisanti namanya, seorang gadis ayu keturunan Jawa-Jakarta yang memiliki sifat lemah lembut, rendah hati, suka menolong, pemaaf, kadang juga dia tak pernah marah, karena baginya marah akan membuang tenaga dan menguras pikiran. Ketika dia kesal dengan seseorang, dia hanya diam saja, hingga keadaan hatinya membaik.
Saat sedang fokus membaca, tiba-tiba dia dikejutkan suara teriakan Mama-nya. Seketika itu, dia langsung berlari menuju asal suara."Astaghfirullah, ada apa, Mah? Kok teriak-teriak?" tanya Ayra panik
"Engga papa, Ra. Mama teriak, biar kamu kesini, kamu tuh kebiasaan, kalo udah pegang novel, bakal lupa waktu. Kalo kayak gitu kebiasaan kamu, gimana nanti saat kamu memiliki suami!" Ayra terdiam ketika mendengar ucapan Mama-nya.
"Ish, apaan, sih, Ma. Ayra 'kan masih sekolah, baru mau kelas sebelas, masa udah mikirin kayak gitu, sih? Lagian, nanti kalo Ayra udah punya suami, sifat Ayra yang kayak gini bakal hilang, Insya Allah."
"Aamiin," sahut Papa Ayra yang baru saja keluar dari kamar.
"Ayra? Papa sama Mama mau ngomong sesuatu."
"Iya, silahkan, Pa. Emm... Serius banget, kayaknya?" Ayra yang tadinya rilexs kini berubah jadi tegang ketika melihat wajah seius Papa dan Mama-nya.
"Jadi gini, kamu kenal 'kan sama Om Danindra? Sahabat Papa itu. Dulu, Papa sama Om Danindra punya janji, saat anak kita menginjak usai tujubelas tahun, kita akan menjodohkannya." Ari menjeda ucapnnya
Perasaan Ayra makin tak enak, anak Papa-nya ini yang usianya tujubelas adalah dia, itu tandanya....
"Karna kamu adalah anak pertama Papa, dan usiamu sudah mau menginjak tujubelas, jadi ... Papa akan menjodohkanmu, dan Papa ... tidak menerima penolakan!" setalah mengatakan kalimat itu, Ari berlalu pergi meninggalkan Ayra yang kini masih mencerna ucapan Papa-nya tadi. Ayra mengerjapkan matanya sekali, dia menelan ludahnya susah payah.
Apa?
Dijodohkan?
Saat masih SMA?
Engga, ini cuman mimpi!
Namun, saat Mama-nya tiba-tiba mencubit pipi-nya, terasa sangat sakit, itu tandanya .... Ini bukan mimpi!
Ayra menangis sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin Papa-nya itu sangat jahat kepada dirinya. Dia masih SMA, mustahil jika dia menikah. Namun, keputusan adalah keputusan, apalagi ketika Papa Ayra sudah mengatakan 'Tidak menerima penolakan!' mau tak mau, Ayra harus menuruti permintaan Papa-nya itu. Bayangan Om-om memenuhi pikiran Ayra, bagaimana jika anak Om Danindra merupakan bujangan yang lapuk? Makanya dijodohkan karna tak laku. Namun, Ayra menepis jauh-jauh pemikiran itu. Papa-nya tak akan menjodohkan dia dengan apa yang Ayra pikirkan tadi. Karna Ayra yakin, apa yang telah Papa putuskan, itu yang terbaik untuknya.
TBC
Assalamu'alaikum, yey! Cerita keduaku udah publish, nih!
Yuk ah, yang kemaren neror buat segera publish, ini udah publish, jangan lupakan vote dan coment, ya!
Semoga kalian suka, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Badboy [On Going]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] {Insya Allaah update setiap hari!} [Spiritual-Romance] Dijodohkan? Mungkin sebagian besar orang akan menolak dengan keras. Apalagi disaat umur belum genap untuk membuat KTP. Namun, yang namanya takdir tidak bisa diubah apalagi...