Kamu melarangku untuk menangis, padahal kamu sendiri adalah sebab mengapa aku menangis.
~Imamku Badboy~
****🍁Happy Reading🍁
Ayra berjalan menuju kulkas yang terletak di dapur. Dia mengambil susu kotak rasa coklat. Dia pun berjalan lagi menuju ruang TV, karena ini adalah hari sabtu, dimana sekolah libur, jadi Ayra menghabiskan waktu liburnya hanya dengan menonton TV atau tidak menulis. Namun, acara santainya terganggu karena pintu rumanya terketuk. Ayra langsung saja membuka pintu.
"Lo?!" Ayra membelalakan matanya, bagaimana jika perempuan didepannya ini akan tau bahwa dia dan Fathan menikah?
"Eh, mau cari Kak Fathan, ya? Bentar, aku panggilin," ujar Arya sedikit gugup. Perempuan didepannya itu menatap Ayra penuh selidik. Saat Ayra mau masuk rumah, tiba-tiba tangganya dicekal oleh perempuan tadi.
"Bentar-bentar, kok lo ada disini? Jangan-jangan?"
"Saya anak pembantu disini, jangan suudzon, Kak." Ayra meninggalkan perempuan tadi yang terbengong tak percaya. Anak pembantu? Sultan gitu dikira anak pembantu. Mama menangis medengar ini :(
"Kak? Ada temennya tuh, didepan."
"Suruh pulang aja," ujar Fathan
"Ish, gak boleh gitu, tamu adalah raja, harus disambut." Fathan tak kunjung keluar dari kamarnya. "Kak! Buruan kek! Tau cara menghargai orang engga, sih? Aku percaya kalo Papa Danindra ngaja---"
Ceklek
Fathan berlalu meninggalakan Ayra yang hampir saja mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Ayra memgikuti Fathan dibelakangnya, namun, dia berhenti ketika Fathan sudah berada diluar. Ayra hanya mengintip dibalik tirai jendela.
"Fathan! Kamu lupa apa gimana, sih! Aku udah nunggu berjam-jam, tapi kamunya ga dateng!" dumel Sarah--pacar Fathan
"Putus."
"Maksud kamu apa, sih?"
"Putus."
"Fathan! Kamu gak bisa seenak jidat mutusin aku sembarangan! Kamu mau, aku laporin ke Papa, biar kamu--"
"Laporin aja."
"Fathan! Dulu yang nembak kamu, sekarang yang mutusin kamu! Kamu ini punya hati engga, sih! Ayo bilang sama aku, apa yang kurang dari aku, aku bahkan udah terlalu sempurna."
"Lo emang punya semua, tapi ... hati gue yang sampai kapanpun gak akan bisa lo punya."
"Than! Gak bisa gitu, dong! Kita pacaran berdasarkan keputusan bersama, seharusnya putus juga gitu."
"Asal lo tau, gue sangat-sangat menyesal pernah cinta sama lo!" ujar Fathan penuh penekanan.
"Than, hiks ...."
Fathan menatap Sarah dengan tatapan nanar. Beginilah Sarah, selalu mengeluarkan senjata yang membuat hati Fathan luluh. Ya, Fathan sangat lemah dengan tangisan perempuan. Meskipun dia badboy, tapi dia punya kelemahan tersendiri ketika menghadapi makhluk bernama perempuan.
"Gak usah nangis, deh. Gak usah lebay!" Fathan mencoba menguatkan pertahanannya yang hampir runtuh. Fathan tau, kalau sekarang dia bukan seperti dulu lagi, sekarang dia punya tanggung jawab, dia tidak mau mematahkan hati gadis ciliknya itu.
Bukanya berhenti menangis, justru Sarah kian terisak. Mau tak mau, Fathan membawa tubuh sarah ke pelukannya, dan ... Ayra mengangga melihat itu, dia tak percaya bahwa Fathan akan melakukan itu. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan, agar isakannya tak didengar oleh Fathan. Perlahan Ayra meninggalkan jendela yang dia gunakan untuk menguping pembicaraan Fathan dan Sarah tadi.
Prang!
Tiba-tiba saja fas bunga yang terletak dengan apik di sudut ruangan ini terjatuh dan menimbulkan suara keras. Ayra yang kaget langsung melihat Fathan dan Sarah yang ikut kaget, tak disangka tatapan mereka bertemu. Ayra langsung berlari menaiki tangga dengan derai air mata. Entalah, hati Ayra seakan diiris-iris oleh kenyataan yang sangat menyakitkan.
"Sarah, sekarang lo pulang, ya. Tenangin diri lo, gue juga bakal nenangin diri. Untuk saat ini, kita break dulu." setelah mengatakan itu, Fathan langsung masuk rumah dan menutup pintu dengan keras, bahkan Sarah sampai terperanjat kaget. Dengan terpaksa, Sarah mulai meninggalkan kediaman Fathan.
****
"Seharusnya sejak awal kamu gak cinta sama dia! Seharusnya kamu juga bisa menerima perjodohan ini! Kenapa kamu menerima ini semua? Kenapa, Ra? Kenapa?!" Ayra nampak sangat frustasi, ini bukan salah Fathan, atau bahkan Ayra. Tapi ini perihal rasa yang tumbuh diwaktu yang salah. Seharusnya rasa yang dimiliki Ayra tak muncul. Bukankah sedari awal Fathan sudah memperingatkan, bahwa tak akan pernah ada cinta di pernikahan ini? Lantas mengapa rasa Ayra tiba-tiba muncul dan membuat luka dihatinya.
"Ra?" Fathan menepuk bahu Ayra pelan. Ayra menoleh, tangisnya semakin pecah ketika kejadian Fathan memeluk Sarah terngiang dikepalanya. Fathan langsung membawa Ayra ke pelukannya, Ayra tak menolak, dia justru makin terisak.
"Maaf." satu kata yang membuat hati Ayra yang teriris kian nyeri. Mengapa Fathan mengatakan satu kata itu? Apa dia tau sebab Ayra menangis? Tadi saja Fathan langsung saya masuk kedalam kamar Ayra.
"Ayra aku minta maaf," ujar Fathan sekali lagi, Ayra tak bergeming sedikit pun. Fathan yang merasa aneh dari Ayra langsung melepaskan pelukanya. Dengan lembut, Fathan mulai menghapus air mata yang menetes di pipi Ayra.
"Asal kamu tau, Ra. Kelemahanku bukan hanya Ayah, atau tangisan perempuan. Tapi, sekarang, kelemahanku bertambah, yaitu ... kamu. Jangan pernah buat hatiku sakit ketika melihatmu menangis seperti ini, Ra."
Apa? Bisakah kamu mengulangi sekali lagi. Jangan pernah buat hatiku sakit? Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaanku yang lebih sakit ketika kamu memeluk perempuan lain? Dan apa kamu tau sebab mengapa aku menangis? Dan, ya, sebab aku menangis itu adalah kamu! Jadi, sekarang yang tersakiti itu siapa? - batin Ayra
"Janji sama aku, jangan pernah menangis lagi."
"Dan, kamu juga janji, jangan pernah bikin aku menangis lagi, hiks."
Deg
"Jadi ... kamu menangis karna ... Aku?"
"Bukan, bukan karna kamu, tapi karna Rasa yang tumbuh diwaktu yang salah." Ayra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kamu ... mulai suka sama aku?" langkah Ayra terhenti, pertanyaan Fathan itu berhasil membuat hati Ayra kian nyeri.
"Jika iya, apakah kamu akan membalas cintaku? Tidak kan? Jadi ... kamu tak perlu tau. Urusi saja pacarmu itu, tak usah mengurusi apapun tentang aku. Bukankan dalam perjanjiannya, kita tak akan saling mengusik satu sama lain?" Ayra melanjutkan langkahnya dan masuk kamar mandi. Ayra menutup dengan keras pintu kamar mandi, Ayra merosot, tangis yang dia bendung kini pecah lagi, kali ini dia menuangkan semuanya. Dia juga manusia, kapan saja juga bisa terluka. Dia ingin berhenti, tapi dia selalu ingat tujuan awalnya.
Memang, seharusnya rasa ini tak ada. Sebentar, bukan seharusnya tak ada, tapi, rasa ini datang ketika waktu yang tidak tepat. Mungkin, setelah ini, Ayra akan lebih menebalkan hatinya, karena tumbuhnya cinta ini, akan membuat luka yang seharus tak ada, menjadi ada.
TBC
Assalamu'alaikum, hai-hai, aku update lagi!
Gimana? Feel nya dapet engga? Aku harap dapet, ya. Karna baru kali ini aku buat cerita sad kayak gini.Semoga suka, semoga nyesek, bay!
Jangan lupa vote+comment🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Badboy [On Going]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] {Insya Allaah update setiap hari!} [Spiritual-Romance] Dijodohkan? Mungkin sebagian besar orang akan menolak dengan keras. Apalagi disaat umur belum genap untuk membuat KTP. Namun, yang namanya takdir tidak bisa diubah apalagi...