14. Back

1.3K 121 29
                                    

Untuk apa mencari-cari kesalahan orang lain? Jika kita sendiri saja pernah berbuat salah. Sama-sama introspeksi, jangan suka menghakimi dan selalu meningkatkan kualitas diri.

~Imamku Badboy~
****

"Ra? Gue kapanpun siap jadi tempat buat lo pulang. Gue harap lo juga siap buat jadi tempat gue pulang."

"Pastinya, dong!" Ayra memeluk Fathan dengan erat, begitupun sebaliknya.

Tanpa sadar ada seseorang yang sudah menguping pembicaraan mereka sedari tadi. Tak lupa kameranya ia aktifkan untuk merekam semua kejadian didepannya itu. Orang tersebut tersenyum getir menatap Fathan dan Ayra.

"Kita mulai, sayang!" ujar seseorang tadi dengan suara yang begitu mengerikan.

Merasa ada yang memata-matai mereka, Fathan langsung melepas pelukannya.

"Loh? Kok dilepas, sih. Ayra masih pengen dipeluk sama Kakak." Ayra memeluk Fathan lagi tak kalah erat. Rupanya sifat manja Ayra keluar lagi. Tapi, sifat manjanya itu akan keluar ketika bersama Fathan saja.

"Manja banget, sih." Fathan dengan gemas menarik hidup Ayra dengan kedua jarinya.

"Ih! Sakit tauk! Sebel deh." Ayra langsung saja mengubah posisinya dengan berdiri. Dia langsung berlari meninggalkan Fathan.

"Eh, awas kamu!" Fathan mengejar Ayra yang sudah berlari menjauh.

"Tangkep aja kalo bisa, buahahaha." karena tidak melihat ke jalan Ayra hampir saja jatuh karena menabrak seseorang. Untung saja orang tadi langsung menangkap tubuh Ayra.

Fathan yang mengetahui bahwa Ayra ditangkap oleh seseorang, langsung mengepalkan tangan.

"Lepasin Ayra!"  Fathan menarik paksa tubuh Ayra agar berdiri.

"Apa-apa sih, lo! Nyentuh-nyentuh Ayra!"

"Nggak usah egois, Than. Kalo Ayra nggak gue tangkep, dia bakalan jatuh dan sakit lagi. Lo mau ingatan Ayra kembali dan bakalan tau perlakuan busuk elo selama ini?" Fathan mengeratkan kepalan tangannya. Satu detik saja, kepalan itu sudah mendarat dipipi mulus Irfan. Iya, orang yang ditabrak Ayra tadi adalah Irfan. Seorang ketua Rohis yang diam-diam menaruh rasa kepada Ayra. Namun sayang, cintanya harus bertepuk sebelah tangan.

"Kak Fathan udah!" teriakan Ayra mampu menghentikan kepalan tangan Fathan yang berada diudara itu.

"Kalo bukan karena Ayra, habis sama gue, lo!" Fathan menjauhkan diri dari Irfan yang sudah babak belur. Fathan langsung menarik Ayra pergi menuju rooptof.

Sesampainya disana, tak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya seolah memberi waktu masing-masing untuk menenangkan diri. Mendadak suasanya menjadi panas.

"Jauhi Irfan!" suara dingin Fathan membuat Ayra tersentak kaget.

"Kena---"

"Kalo gue bilang jauhin ya jauhin. Nggak usah bantah apa kata suami." Ayra hanya bisa menunduk sebari melilitkan ujung krudungnya ke jari telunjuknya. Tiba-tiba cairan bening keluar begitu saja dari pelupuk mata Ayra. Fathan yang belum menyadari bahwa Ayra menangis terus saja meninju-ninju tembok hingga darah segar keluar dari tangannya. Hati Ayra nyeri melihat Fathan seperti ini.

"Kak ... berhenti ... kasian temboknya, hiks." Fathan menoleh ke arah Ayra. "Eh, ngapain nangis? Kasihan air matanya."  Ayra yang sebel langsung menyubit lengan Fathan.

"Ih, cubit-cubitan."

"Kak Fathan, hiks, itu tangan kakak berdarah. Kakak mah bercanda mulu."

Imamku Badboy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang