15. Lost

1.9K 136 43
                                    

Kadang manusia harus sampai kepada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang dan kesetian.

-Anonim-
~Imamku Badboy~
****

Saat sudah sampai di belakang sekolah, Ayra sedikit bingung. Kenapa tidak ada orang sama sekali? Bahkan Fathan tak ada disana. Ayra yang hendak kembali ke kelas tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya, sehingga membuat Ayra pingsan. Setelah itu, semua jadi gelap, Ayra tak bisa melihat apapun lagi, bahkan dia tidak bisa melihat siapa orang yang membekapnya.

"Permainan dimulai! Siap-siap ya, Ayra sayang!"

Orang itu membawa Ayra pergi meninggalkan sekolahan. Dan membawa Ayra menuju rumah kosong yang nampak sudah lama tidak ditempati, bahkan jika dilihat rumah itu terlihat angker.

Disana, Ayra didudukan dikursi kayu yang sudah tua dan berdebu, tak lupa kedua tangan dan kakinya terikat oleh tali. Disamping kakinya ada sebuah benda penjepit, sedikit saja Ayra bergerak, penjepit itu akan menjepit kakinya. Keadaan Ayra saat ini benar-benar kacau, baju yang sudah keluar dari rok abu-nya, kerudung putih yang berubah menjadi coklat akibat tanah.

"Bagaimana? Wanita itu sudah sadar?"

"Belum bos, masih pingsan."

"Bagus, jangan sampai dia kabur dari sini sebelum aku menyiksanya."

"Siap bos. Kami sudah memasang semua perlengkapan yang mampu membuat dia tak bisa bergerak."

"Pekerjaan yang bagus." orang tersebut masuk ke dalam ruangan penyekapan Ayra. Dia tersenyum kecut melihat keadaan Ayra yang sangat memprihatinkan ini.

"Malang sekali nasibmu. Makanya, jangan coba-coba main-main denganku, tau sendiri akibatnya kan, hahahaha."  orang itu menarik rambut Ayra yang tertutup kerudung dengan kencang. Rasa-rasanya orang itu ingin sekali menyiksa Ayra detik ini juga.
Merasa puas menjambak rambut Ayra, orang itu keluar dari ruangan mengerikan itu.

"Jaga dia. Aku akan kembali nanti."

"Siap bos."

Dilain sisi, Fathan yang baru saja keluar dari kelas langsung menuju kelas Ayra. Fathan sedikit berlari kecil ketika telfon Ayra tiba-tiba di luar jangkauan.

"Div? Ayra mana?" Diva yang sedang membereskan barang-barang Ayra langsung menatap Fathan dengan bingung. "Bukanya tadi di belakang sekolah sama Kakak? Kenapa Kakak malah nanya ke Diva? Bahkan dari tadi Ayra belum balik."

"Ke belakang sekolah? Ngapain? Gue nggak nyuruh dia kesana deh. Jangan ngaco ya lo."

"Loh? Nggak percaya? Tadi Adit kesini, manggil Ayra, katanya elo yang nyuruh."

"Adit kesininya kapan?"

"Tadi, setelah Ayra lo anterin ke kelas, selang beberapa menit Adit kesini, katanya elo nyuruh Ayra buat ke belakang sekolah. Ya dia percaya ajalah, apalagi ini nyangkut elo."

"Sialan!"

"Lah? Ngapain lo malah ngumpatin gue!"

"Gue nggak pernah nyuruh Adit buat manggil Ayra ke belakang sekolah!"

"Lah? Terus siapa yang nyuruh? Nggak usah becanda deh, Kak! Becanda lo nggak lucu!"

"Gue nggak bercanda. Sumpah demi apapun gue nggak nyuruh Adit. Gue tadi chat Ayra nggak dibales. Pas gue telfon malah di luar jangkauan."

"Lo nggak becus banget sih, Kak. Lo berulang kali nyakitin Ayra. Sekarang lo nyiksa Ayra lagi. Mau lo apa?! Kalo emang lo nggak bisa jagain Ayra, mending lo pisah aja sama Ayra. Ayra berhak bahagia. Buat apa dia punya suami yang nggak bisa ngelindungin dan ngebahagian dia? Kurang apa sih Ayra, sampai kakak selalu nyiksa batin dan fisik Ayra. Kalo terjadi apa-apa sama Ayra, awas ya lo! Inget Kak, ini kesempatan terakhir elo buat miliki Ayra seutuhnya. Elo nggak inget apa yang Om Ari ucapin dulu?"

Imamku Badboy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang