Nyatanya, bahagia yang sebenarnya itu bukan sama pacar atau gebetan. Tapi, bahagia yang sebenernya adalah ketika kita mampu melihat sahabat kita tertawa diatas luka-lukannya yang kian mengangga.
~Imamku Badboy~
****🍁Happy Reading🍁
"Terima kasih, Pak." Ayra baru saja turun dari taksi, dan beranjak mengetuk pintu rumah Difa.
"Assalamu'alaikum, Difa!"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, ayo masuk. Kamu banyak hutang cerita ke aku." Difa langsung menarik tangan Ayra begitu saja. Ayra hanya bisa meringis kesakitan.
"Ck, nanti malam aja, Dif. Aku capek banget, pengen langsung mandi dan tidur."
"Ayra! Kan kata kamu mau cerita malam ini."
"Ck, Dif--"
"Cerita sekarang, atau kamu pulang?!" potong Difa dengan nada mengancam.
"Yaudah, gue pulang. Bay!" baru dua langkah saja tangan Ayra ditarik oleh Difa.
"Ck, baperan amat, sih, jadi orang."
"Suka-suka. Oiya, Bunda sama Ayah kemana?"
"Ada kepentingan diluar kota. Kamu nginep tiga hari, ya. Difa takut di rumah sendiri. Lagian Bunda udah ngomong ke Mama kamu, kok."
"Pantesan aja, tadi mama bilang kalo aku disuruh nginep di rumah kamu. Bunda juga tadi telfon."
"Buruan cerita sekarang," titah Difa
"Sebenernya Ayra belum siap, Dif. Tapi Ayra yakin, Difa bisa jaga rahasia. Lagian Ayra juga udah gak kuat kalo harus menyimpan semua sendirian."
"Iya, cerita aja, Ra. Difa janji, Difa gak bakalan cerita atau bocorin masalah Ayra kesiapapun, palingan cuman Bunda." Ayra hanya diam, dia masih ragu jika harus menceritakan semuanya ke Difa.
"Ra? Masih gak percaya sama Difa?" Ayra masih tetap diam.
"Janji." Difa mengangkat kelingking kecilnya sambil tersenyum. Ayra menatap Difa, sedangkan Difa mengganguk. Tak berselang lama, Ayra melakukan hal serupa.
"Terima kasih sudah selalu ada." Ayra memeluk Difa dengan erat.
"Ayo cerita." Ayra menarik nafasnya dalam-dalam. Menghilangkan pikiran jelek yang melayang-layang di kepalanya.
"Jadi gini ... sebenernya ... a-aku ... udah n-nikah." Ayra memejamkan matanya, dia berharap Difa tak akan teriak dan berjingkrak-jingkrak. Selang beberapa menit, suara tawa mengelegar begitu saja. Ayra yang merasa terusik langsung membuka matanya. Orang pertama yang ia lihat adalah Difa, yang sudah tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata.
"Hahahaha, mana mungkin kamu nikah. Pacaran atau dekat dengan laki-laki aja ga pernah. Jangan ngaco, kamu. Buahahahaha." Difa kembali tetawa.
"Aku serius, Dif!" seketika tawa Difa berhenti. Dia menatap mata Ayra, barangkali menemukan kebohongan. Tapi nihil, tidak ada kebohongan yang Ayra sembunyikan.
"Kamu serius? Nikah sama siapa? Orangnya baik engga? Ganteng engga? Jago main gitar engga? Jago main volly? Atau jago main basket? Terus udah tua atau masih muda? Heh jawab?!"
"Kalo nanya satu-satu, Dif." Difa hanya bisa menyengir.
"Jadi ... aku dijodohin sama anak sahabat Papa, dan dia masih sekolah kayak kita."
"Hah? Serius? Satu sekolah sama kita?"
"Iya, dan kamu tau dia siapa?"
"Siapa-siapa?" antusias Difa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Badboy [On Going]
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA] {Insya Allaah update setiap hari!} [Spiritual-Romance] Dijodohkan? Mungkin sebagian besar orang akan menolak dengan keras. Apalagi disaat umur belum genap untuk membuat KTP. Namun, yang namanya takdir tidak bisa diubah apalagi...