10. Pengakuan

1.9K 195 45
                                    

Sebaik dan serapih apapun rencana manusia. Rencana Allaah adalah sebaik-baiknya rencana. Karena Allaah adalah sutradara terbaik yang mengatur skenario dengan apik dan indahnya.

~Imamku Badboy~
****

🍁Happy Reading🍁


Baru saja, Danindra dikebumikan. Semua pelayat pulang kerumah masing-masing. Hanya ada keluarga Ayra dan Fathan di makan itu. Kalo bukan demi menghormati Danindra, sebenarnya Ari tidak mau datang ketempat peristirahatan Danindra. Bahkan hanya mengatakan turut berbela sungkawa saja rasanya enggan.

Santi berjalan menuju Fathan yang sedari tadi memegangi batu nisan. Tangan Santi sempat ditahan oleh Ari. Namun, dengan cepat Santi menghindar.

"Fathan ...." Santi memegang punda Fathan pelan. Lalu ikut duduk guna mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Fathan.

"Yang sabar, ya, Nak. Allaah tau mana yang terbaik untuk Ayah kamu. Karena tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imraan: 185)

Entah itu tua, muda bahkan bayi. Kalo sudah ajalnya, gak ada yang bisa mengelak, sayang. Kamu yang tabah, ya. Kamu yang ikhlas. Insya Allaah, Ayah kamu akan ditempat ditempat yang indah. Sekarang tugas kamu hanya mendo'akan Beliau." Fathan perlahan memandang Santi, jangan lupakan air mata yang masih setia membanjiri wajah Fathan.

"Mah, Fathan gak kuat." Fathan langsung memeluk Santi, Santi yang paham akan keadaan Fathan hanya bisa membalas pelukan Fathan. Santi tau, saat ini Fathan butuh bahu untuk bersandar. Jikalau Ayra ada disini, mungkin Ayralah yang akan menjadi tempat bersandar Fathan.

"Kamu kuat, sayang. Kamu kuat." Santi ikut terisak.

"Setelah ini, Fathan mau hidup sama siapa, Ma? Ayah udah gak ada, Ayra pasti kecewa sama Fathan. Fathan gak tau harus gimana, hiks." Fathan benar-benar rapuh. Tak ada lagi harapan, bahkan harapan hidup saja seakan hilang.

"Fathan, masih ada Mama. Mama disini ada untuk kamu, sayang." Fathan melepas pelukannya. Dia rindu sosok Ibu yang selalu ada ketika dia rapuh. Fathan melihat Ari yang kini juga sedang melihatnya. Ada sedikit ketakutan dihati Fathan ketika tatapannya bertemu dengan Ari. Sedetik kemudian, ketakutan Fathan hilang ketika melihat Ari tersenyum kearahnya. Sepertinya Ari sudah memaafkan Fathan.

Fathan berdiri, lalu mendekati Ari. "Pa, maafin Fathan. Fathan janji bakalan ngejagain Ayra. Fathan janji." Fathan memeluk Ari. Ari hanya diam saja.

"Iya. Tapi tetep, kamu gak boleh ketemu sama Ayra!"  melihat ada yang berubah dari wajah Ari, Santi langsung berdiri dan mendekati Ari.

"Pah, jangan gitu. Ini masih keadaan berduka. Mau gimana pun Fathan juga anak kita."

"Kalo bukan karena Danindra, saya tidak sudi menganggap kamu anak." Ari meninggalkan pemakaman itu.

"Argh!!"

"Fathan, sabar, Nak. Biar Mama yang bakalan ngebujuk Papa. Sekarang, ayo, ikut Mama ke Rumah sakit." Fathanpun mengangguk.

****

Mereka semua baru saja sampai di Rumah sakit. Ari kaget ketika melihat Fathan disana. Namun, sebisa mungkin dia menahan emosinya. Sedangkan Fathan berjalan menuju Ari.

"Pa, maafin Fathan. Fathan janji gak bakalan kayak gini lagi. Fathan juga janji bakal ngelindungin Ayra. Fathan janji. Izinin Fathan melihat Ayra. Fathan butuh Ayra, Pa." tidak ada jawaban dari Ari.

Imamku Badboy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang