BAB 32 MEMBEBASKAN TAHANAN

3 1 0
                                    

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Waktu kita tidak banyak!" seru Rasti ketika mereka sudah berada di dalam ruang kendali, tempat mereka pertama kali menemukan kunci berwarna perak sekaligus mengaktifkan para sisi gelap penjaga ruangan. Kini mereka sedang berkumpul di sekeliling mesin kendali di ruangan tersebut, yang sebelumnya secara tidak sengaja mengaktifkan para sisi gelap. Dan karena tempat itu berada dekat sekali dengan istana, getaran yang ditimbulkan oleh ledakan tadi pun dapat terasa juga di tempat itu.

"Dari informasi yang bapak dapatkan, kita harus meletakkan kunci-kunci emas ini," Pak Surya menunjuk ke arah kunci-kunci emas. "Di sekeliling tongkat raja yang telah kita dapatkan." Pak Surya menuding tongkat raja yang didapatkan oleh Nadia.

"Lalu kenapa kita harus berkumpul di mesin ini?" tanya Nadia. "Kita tidak punya banyak waktu!"

"Tenang, tenang," ujar Pak Surya menenangkan. "Mesin inilah yang akan mengaktifkan kunci ini, dan menarik kembali semua sisi gelap yang telah kita lepaskan."

"Dengan kata lain," sambung Mansyur. "Kita bisa 'mengurung' kembali para sisi gelap dengan kunci-kunci ini."

"Tepat," ujar Pak Surya. "Dan setelah kupikir-pikir, sepertinya kita harus menancapkan tongkat ini di sini," kata Pak Surya sambil menancapkan tongkat raja ke sebuah lubang di tengah mesin pengendali tersebut. "Lalu masukkan kunci-kunci emas ini ke sini." ia mengambil kunci-kunci emas dan juga memasukkannya ke lubang-lubang yang menyerupai lubang kunci di sekeliling tongkat tersebut.

"Lalu?"

"Lalu, jika perkiraan bapak benar, akan terjadi sesuatu yang hebat."

Semuanya menunggu di sekeliling mesin tersebut. Tapi tidak ada yang terjadi selama beberapa saat setelahnya. Tidak ada reaksi apapun dari tongkat dan kunci-kunci emas itu. Sementara itu guncangan yang dirasakan oleh mereka malah semakin keras, sehingga membuat semuanya merasa panik.

"Bagaimana sekarang? Apakah tongkat dan kuncinya tidak berfungsi?" tanya Karlina dengan raut khawatir.

"Cepatlah! Sepertinya tempat ini akan runtuh!" seru Rasti. Tiba-tiba saja batu dari salah satu bagian langit-langit di ruangan itu runtuh, dan menimpa salah satu rak di ruangan tersebut. Sepertinya batu itu menjadi penanda bahwa perkataan Rasti barusan mungkin akan menjadi kenyataan jika mereka tidak bergerak cepat.

"Tunggu sebentar! Bapak akan mencoba melakukan sesuatu pada benda ini!" balas Pak Surya seraya mengutak-atik mesin pengendali. Namun belum saja ia menyelesaikan pekerjaannya itu, mendadak saja lampu di ruangan tersebut padam. Keadaan di situ menjadi gelap gulita.

"Apa lagi sekarang?" tanya Rasti. Dari nada bicaranya, ia terdengar ketakutan.

"Sepertinya aliran listriknya terputus, atau memang sengaja diputuskan?" ujar Mansyur. Ia memandang ke sekelilingnya. Tiba-tiba saja sesuatu menarik perhatiannya. "Hei! Lihat itu!"

Semuanya mendongak. Enam pasang mata membelalak kagum dengan pemandangan yang tidak biasa di depan mereka. Tongkat raja yang sebelumnya ditancapkan oleh Pak Surya, kini mengeluarkan seberkas sinar berwarna biru yang menerangi hampir seluruh bagian ruangan tersebut. Dan begitu pula dengan kunci-kunci emas yang ada di sekelilingnya, juga ikut mengeluarkan sinar berwarna emas yang menambah penerangan pada ruangan tersebut.

"Aku mengerti," ujar Mansyur. "Kelihatannyab tongkat raja dan kunci-kunci itu akan menyala, dan aktif, jika kita mematikan lampunya."

"Sepertinya kau benar, Syur," kata Pak Surya. "Sekarang lihatlah apa yang akan terjadi."

Pandangan mereka semua kembali terarah kepada tongkat raja tersebut. Secaran perlahan sinar yang dikeluarkan olehnya berubah warna menjadi hitam, yang merupakan pertanda banyaknya sisi gelap yang 'ditangkap' olehnya. Semakin lama semakin menghitam, hingga akhirnya...

The Gold Keys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang