BAB 28 RUANGAN KETIGA: GUDANG PERALATAN

2 1 0
                                    

Mansyur dan Karlina telah berhasil menyelesaikan misi mereka. Kini giliran Reyhan dan Pak Surya yang akan menyelesaikan misi mereka. Mereka berdua memilih tempat di menara bagian kiri istana tersebut, berlawanan dengan Mansyur dan Karlina. Dan saat ini mereka juga sedang mengalami masalah yang sama seperti Mansyur dan Karlina, yaitu pintu masuk menuju menara tersebut tidak dapat terbuka oleh mereka. Mereka sudah mendobrak pintu tersebut berkali-kali, tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Ya ampun, kenapa pintu ini sangat sulit sekali untuk dibuka?" keluh Reyhan.

"Ayo kita coba dobrak sekali lagi," kata Pak Surya. Ia dan Reyhan mengambil kuda-kuda untuk mendobrak pintu tersebut. "Siap, satu... dua... tiga!"

Dengan sekuat tenaga, mereka menghantam pintu tersebut dengan tubuh mereka dan hasilnya... Pintunya masih tidak bergeming sedikit pun!

"Haah, aku menyerah!" seru Reyhan. Nafasnya terengah-engah. ia menyenderkan tubuhnya ke dinding menara. "Sepertinya pintu ini memang tidak akan bisa dibuka."

"Tidak. Pasti ada jalan lainnya," kata Pak Surya. Ia memandang ke sekelilingnya. Kemudian matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak tak jauh di dekatnya. "Reyhan, sepertinya kita bisa menggunakan benda itu."

Reyhan mendongak. Ia pun melihat sebuah sebuah tambang yang tergeletak di dekatnya.

"Tambang? Memangnya apa yang akan kita lakukan dengan tambang itu?" tanya Reyhan.

"Lihat ke atas." Kata Pak Surya sambil menunjuk ke atas. Reyhan mendongak anich yang ditunjuk oleh Pak Surya. Di atas sana dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Akhirnya ia pun mengerti apa yang dipikirkan oleh Pak Surya.

"Jadi kita akan memanjat lewat jendela tersebut menggunakan tambang itu, kan?" tanya Reyhan.

Pak Surya mengangguk. "Ya, kau benar," kata Pak Surya. "Cepat, ambilkan tambang itu."

Reyhan menganggu. Ia pun bergegas pergi untuk mengambil tambang tersebut. Sementara Reyhan mengambil tambang tersebut, Pak Surya memungut batu-batu yang ada di sekitarnya.

"Ini, Pak," Reyhan menyodorkan tambang yang diambilnya kepada Pak Surya. "Lalu, caranya untuk memanjat ke atas?"

"Bapak akan mencoba cara ini." Ujar Pak Surya. Kemudian ia pun mengeluarkan selembar kain dari dalam ranselnya. Lalu ia membungkus batu-batu yang barusan ia kumpulkan menggunakan kain tersebut, lalu kain itu ia ikatkan di ujung tambang yang tadi Reyhan ambil.

"Lalu?"

"Lalu bapak lemparkan tambang ini ke jendela yang ada di atas..." Pak Surya mengayun-ayunkan tambang tersebut dan dengan sekuat tenaga ia melemparkan ujung tambang tersebut yang terdapat kain berisi batu ke jendela di atasnya dan...

"Tambangnya tersangkut!" seru Reyhan. "Hebat sekali! Dengan ini kita bisa dengan mudah memenjat ke atas menggunakan tambang ini, kan?"

Pak Surya mengangguk. "Yah, begitulah," Pak Surya menarik-narik tambang tersebut untuk menguji kekuatan tambang itu. "Sepertinya aman. Ayo, cepat, kau naik duluan."

"Baiklah." Reyhan menggosok-gosokkan kedua tangannya dan mulai memanjat tambang tersebut. Namun, karena bobot tubuhnya yang terlalu besar, maka ia pun sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menarik dirinya ke atas. "Uuh... aku tidak... kuat... lagi..."

Ia pun melepaskan pegangannya terhadap tambang tersebut dan dirinya terjatuh ke tanah dibawahnya.

Pak Surya bergegas menghampiri Reyhan. "Ada apa dengamu, Rey? Kenapa kau terjatuh lagi?" tanyanya.

"Aku tidak kuat, Pak. Tubuhku terlalu berat, jadi aku tidak kuat untuk memanjatnya." Keluh Reyhan.

Pak Surya menepuk dahinya. "Kalau begitu biar bapak duluan yang naik. Siapa tahu di atas sana ada benda yang dapat digunakan olehmu untuk naik ke atas sana."

The Gold Keys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang