Epilog

7 1 0
                                    

Setelah mengemas barang-barang mereka, Mansyur, Karlina, Nadia, Reyhan, Rasti, serta Puji langsung bergegas keluar dari penginapan menuju ke tempat mobil jemputan mereka sedang menunggu. Mereka telah mengganti pakaian mereka selepas acara pemakaman Pak Surya. Mansyur mengenakan celana jeans pas-pasan dengan kemeja bergaris-garis. Karlina pun tidak mau kalah. Pakaian yang ia gunakan hampir sama dengan pacarnya itu, tapi ia mengenakan sebuah kaos bertuliskan namanya di bagian belakangnya. Kaos itu adalah hadiah ulang tahunnya yang diberikan Mansyur kepadanya.

Sementara itu Nadia terlihat lebih tomboy dari biasanya. Ia mengenakan sebuah jaket berwarna gelap yang selaras dengan bawahan yang dipakainya. Ia juga memakai topi polos di kepalanya yang dipasangnya terbalik yang membuat kesan tomboy nya semakin jelas. Kelihatannya ia sudah melupakan semua masalah yang beberapa saat lalu dialaminya.

Jika Nadia terlihat tomboy, Rasti malah terlihat kebalikannya. Ia mengenakan kerudung berwarna putih polos dan sebuah tunik panjang yang menjuntai hingga ke bawah. Cukup sederhana dibandingkan dengan yang lainnya.

Dan terakhir, Reyhan dan Puji. Sebagai dua orang yang bersifat 'semi-cuek' di kelompok mereka, pakaian yang mereka kenakan juga tak jauh berbeda dengan sifatnya. Sebuah kaos oblong yang terlalu besar di tubuh mereka dan celana panjang polos memberikan kesan pemalas kepada mereka. Dan hari itu, mereka berenam akan kembali ke kota asal mereka, sebuah hari terakhir di Desa Jurig itu.

"Ayo, Rey, apa yang kau lakukan?" tanya Mansyur dari ambang pintu ketika dirinya menyadari temannya itu masih berada di dalam penginapan.

Reyhan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Aku hanya ingin melihat tempat ini untuk yang terakhir kalinya," sahut Reyhan. Ia menghela nafas. "Sepertinya aku akan merindukan tempat ini."

"Sudahlah, suatu saat nanti kita pasti akan ke sini lagi." ujar Mansyur.

Reyhan mengangkat bahunya. "Semoga saja." lalu ia dan Mansyur pun bergegas keluar untuk menyusul teman-teman mereka yang lainnya.

"Baiklah anak-anak. Sepertinya hari ini kalian akan kembali ke kota kalian," kata Pak Asep di dekat gerbang desa tersebut. "Bapak dan yang lainnya sangat berharap kalian akan berkunjung ke sini lagi nanti."

"Itu sudah pasti." sahut Mansyur.

"Dan sekali lagi, bapak sangat berterima kasih kepada kalian, enam anak penyelamat desa ini, setelah semua yang kalian lakukan, bapak hanya bisa menyediakan penginapan itu saja untu kalian."

"Oh, tidak apa-apa, itu sudah lebih dari cukup." kata Karlina.

Pak Asep tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Ayo cepat, mobil jemputan kalian sudah menunggu di luar. Sebaiknya kalian bergegas."

"Baik, Pak." kata keenam anak bersamaan. Ketika yang lainnya sudah mulai beranjak menuju ke luar, secara tidak sengaja Karlina mendapati pacarnya, Mansyur, sedang berdiri menghadap ke arah yang berlawanan. Ia sama sekali tidak bergerak untuk ke luar seperti yang lainnya.

Karlina mengerutkan keningnya. "Ada apa, Syur?" tnya Karlina dengan raut wajah penasaran. Ia melangkah ke samping Mansyur.

Mansyur menggeleng sambil tersenyum. "Tidak. Tidak ada apa-apa." jawabnya dengan pandangan menerawang. Di kejauhan, dilihatnya seseorang sedang melambaikan tangan kepadanya... seseorang yang telah pergi dari dunia itu... seseorang yang meninggalkan sebuah kenangan yang tidak akan pernah dapat dilupakan olehnya...

"Terima kasih... Pak Surya," katanya dengan suara kecil. "Dan sampai jumpa lagi."

Lalu setelah itu, ia pun berbalik dan langsung menyusul teman-temannya yang sudah terlebih dahulu menuju kendaraan mereka tanpa menengok ke belakang lagi.

"Semuanya sudah siap??" tanya Pak Ibnu yang menjadi supir mereka setelah mereka semua telah berada di atas bak sebuah mobil Pick-Up yang cukup besar untuk menampung mereka berenam.

"Siap!" jawab keenam anak itu dengan serempak. Pak Ibnu mengangguk seraya menginjak pedal gas. Mobil itu pun mulai melaju di jalan yang berbatu itu, meninggalkan sebuah desa yang masih menyimpan banyak misteri, sekaligus penuh dengan kenangan, hingga akhirnya mobil Pick-Up tersebut pun menghilang dari pandangan.

The Gold Keys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang