BAB 34 KEMBALI KE RUMAH

2 1 0
                                    

Nadia mengerang kesakitan. Perlahan-lahan ia membuka matanya. Rasanya ada sesuatu yang membasahi wajahnya. Ia pun bangkit untuk duduk dan meraba-raba wajahnya. Ia menemukan beberapa tetesan air di sana. Ia mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Beberapa saat kemudian, akhirnya ia pun mengingat kejadian yang telah terjadi. Ia ingat bagaimana dirinya melihat Pak Surya yang terjatuh ke dalam kegelapan... lalu ia dan Reyhan melompat ke dalam portal penghubung seperti tidak terjadi apapun. Ia juga menyadari bahwa air di wajahnya itu adalah bekas air matanya yang selama ini mengalir deras tanpa bisa ditahan olehnya. Dan mengingat semua itu membuat ia merasa bersedih lagi.

"Nadia, kau sudah sadar?" sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakangnya. Nadia menoleh. Tepat di belakangnya, Mansyur, Karlina, Puji, Rasti, dan juga Reyhan sedang memandanginya dengan raut wajah khawatir.

Nadia tersenyum kecil. "Sepertinya begitu."

Mereka semua menghela nafas lega.

"Syukurlah, kami pikir kau telah__"

"Yah, aku tahu," Nadia memotong perkataan Mansyur. "Tapi lihatlah, aku baik-baik saja, kan? Setidaknya secara fisik aku baik."

"Ya, aku sudah tahu, Reyhan sudah menceritakan semuanya kepadaku," ujar Mansyur seolah-olah membaca apa yang dipikirkan oleh Nadia. "Aku turut bersedih atas hilangnya Pak Surya. Namun percayalah, kau sudah melakukan yang terbaik, jadi jangan menyesali perbuatanmu itu."

Nadia mengangguk lemas. Ia menundukkan pandangannya, tidak dapat berkata apa-apa.

"Ngomong-ngomong, daripada kau bersedih saja di tempat ini, lebih baik kita segera menemui Pak Asep. Sepertinya dia sudah menunggu kita sejak tadi." usul Karlina.

"Kau benar, Kar," ujar Mansyur. "Kalau begitu, ayo cepat semuanya, kita harus lekas menuju ke kantor Pak Asep."

Mansyur mengulurkan tangannya kepada Nadia. Nadia mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil. Kemudian ia pun menerima uluran tangan Mansyur dan bangkit berdiri dengan bantuannya. Setelah itu mereka berenam bersama-sama langsung melemparkan langkah mereka menuju ke kantor Pak Asep.

<><><>

"Permisi, apakah ada orang di dalam??" seru Mansyur seraya mengetuk pintu ruangan pribadi milik Pak Asep. Setelah beberapa saat akhirnya pintu itu pun terbuka dan nampaklah Pak Asep dengan wajah berseri-seri sedang berdiri di baliknya.

"Oh, ternyata kalian berenam. Masuklah, kalian telah ditunggu di dalam." ujar Pak Asep. Mansyur dan yang lainnya mengangguk. Mereka semua pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Pak Asep mengarahkan mereka menuju tempat yang biasa digunakan olehnya untuk mererima tamu. "Ayo ke sini, biar bapak kenalkan kalian dengan orang-orang ini."

"Orang-orang ini?" tanya Reyhan. Pak Surya tidak mengacuhkan pertanyaan Reyhan. Pandangannya tetap terpaku ke tempat yang akan didatanginya. Reyhan mengangkat bahunya dan ikut mengarahkan pandangannya ke sana.

Pintu ruangan tersebut terbuka lebar, dan mereka pun dapat mendengar suara yang berasal dari dalam sana setelah berada cukup dekat dengannya. Dari suara tersebut mereka menyimpukan jika di dalam sana sudah ada beberapa orang yang, menurut Pak Asep, sedang menunggu mereka berenam.

Pak Asep memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam ruangan tersebut dan berjalan mendahului mereka. Dengan langkah pelan, mereka berenam pun melangkahi ambang pintu dan masuk ke dalam. Setelah berada di dalam sana, mereka pun dapat melihat orang-orang, lebih tepatnya enam orang yang salah satunya mereka kenali sebagai Fauzi, orang yang diduga oleh Reyhan telah memberi tahukan kepadanya tentang jalan keluar saat berada di dunia 'misterius', sedang bercakap-cakap, dan langsung menghentikan percakapan mereka begitu Mansyur dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan itu.

The Gold Keys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang