BAB 4 BAYANGAN DI LUAR JENDELA

2 1 0
                                    

Malam itu hujan turun dengan lebatnya, petir yang menggelegar dibawa bersamanya. Semua orang tidak berani keluar karena lebatnya hujan yang turun disertai dengan gelapnya malam itu. Tak terkecuali seorang anak yang, menurut orang-orang di sekitar kampungnya, paling berani di kampungnya.

Malam itu, Reyhan sedang duduk santai di depan televisi kamarnya, ia sudah terbiasa menonton televisi malam-malam, karena berita-berita khusus untuk orang dewasa, seperti pembunuhan, penganiayaan, penculikan, selalu disiarkan jika hari sudah malam dan anak-anak yang belum cukup umur sudah tidur sehingga tidak akan menontonnya dan menirukannya.

Dengan kegemaran Reyhan dengan cerita-cerita dan film dektektif, ia selalu tertarik dengan berita berita semacam itu, maka tak heran ia sering terlambat pergi ke sekolah karena terlambat tidur demi menonton berita malam.

Reyhan mulai menekan nekan tombol di remotenya. Ketika ia sedang mengganti ganti channel TV nya, tak sengaja ia mendengar seorang reporter sedang menyiarkan berita :

".... Tiba-tiba menghilang saat malam mereka meronda, hal ini sangat membuat seluruh warga desa kebingungan," Reyhan mendadak mengubah posisi duduknya. "Menurut mitos setempat, mereka dipercaya telah diculik oleh sebuah 'makhluk' misterius yang berada di desa tersebut. Menurut mereka, makhluk itu menghuni sebuah rumah yang terletak jauh diujung desa, dan siapa saja yang mengganggu ketenangannya, orang itu akan diculik dan dibawa olehnya ke antah berantah..."

"Wah, masa sih, ada kepercayaan seperti itu?" Reyhan bertanya pada dirinya sendiri. "Orang-orang seperti itu masih saja percaya pada omong kosong seperti itu." Keluh Reyhan.

"Sekian, saya melaporkan dari lokasi kejadian..." Reporter itu mengakhiri berita tersebut.

"Yaah, kenapa tidak disebutkan nama TKP nya??" protes Reyhan. "Yah, sudahlah, meemaang takdiir."

BLARR

Suara petir menggelegar bersamaan dengan turunnya hujan pada malam itu yang mulai mengamuk bagaikan badai. Kamar Reyhan yang semula terang menjadi gelap gulita karena matinya seluruh lampu dirumahnya.

"Buu.." Reyhan memanggil ibunya. "Ibu, bisa tolong ambilkan lilin?"

Tak ada jawaban dari ibunya, dan Reyhan tahu, bahwa ibunya sudah tidur.

"Hah, terpaksa aku harus mengambilnya sendiri." dengan malas, ia berdiri dan berjalan menuju dapur tempat lilin itu berada.

Tak..tak..tak.

Suara Reyhan menuruni tangga terdengar jelas di seluruh penjuru rumah.

"Gelap sekali dibawah sini," katanya dengan lirih. "Aku harus berhati-hati, nih."

Taktak...Taktak...Taktak..

Kali ini, semakin kebawah, semakin jelas terdengar bahwa ada dua pasang langkah kaki, selain suara langkahnya ia mendengar suara langkah lain dibelakangnya.

Ia berhenti sejenak di tiga anak tangga terakhir untuk memastikan suara yang didengarnya. Dan walaupun ia sudah berhenti, ternyata langkah kaki tersebut masih samar-samar terdengar

Tak...tak...tak...

"Siapa itu??!" panggil Reyhan tanpa sedikit pun menengok ke belakang. "Ibu kah itu??" tak terdengar jawaban sama sekali, yang terdengar hanyalah suara langkah kaki itu yang semakin jelas.

Tak...Tak...Tak...

Tak tahan lagi, ia pun memberanikan diri menengok ke belakang, dan...

"Aneh, tidak ada siapa-siapa," langkah kaki tersebut tidak terdengar lagi setelah Reyhan menengok ke belakang. "Perasaan tadi.... Ah, lupakan, mungkin hanya perasaanku saja."

The Gold Keys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang