4. Feeda : Earth

17 5 0
                                    

"Feeda, percayalah senyummu cantik. Saya tidak suka senyummu tersimpan begitu saja. Jadi jangan rusak senyummu dengan menolak hal-hal yang sesungguhnya bisa membuatmu bahagia. Iya, saya salah-satunya."

-Faraz-

🌻🌻🌻🌻

Faraz cukup terkejut ketika mendengar Feeda memohon padanya untuk menyerah. Faraz tahu kedepannya tentu akan lebih sulit. Diam-diam Faraz juga cemas akankah ia mampu meraih garis finish sebelum ia memutuskan berhenti berjuang untuk Feeda.

Langit biru nan cerah berubah kelabu seketika. Motor dan kendaraan roda empat melaju perlahan seolah berhati-hati lewat dihadapan Faraz yang sedang kebingungan menanggapi kalimat pelik dari perempuan yang kini menatapnya.

Namun akhirnya Faraz tersenyum, menutupi keraguan dan ketakutan dikepala juga hatinya dengan kalimat, "Kalau memang kamu bilang saya sulit untuk berhasil. Berarti saya pasti berhasil. Hanya saja jalannya tidak akan mudah."

"Bukan begitu, maksudku kamu dan aku itu gak mungkin sama-sama,"

"Karena apa?"

"Kita asing dan selamanya akan tetap asing." Feeda beranjak dari duduknya, meninggalkan Faraz yang tersenyum sambil memegangi dada kanannya. Menenangkan riuh dalam dirinya.

"Feeda, saya traktir beli stik kentang ya?"

"Kamu sudah terlalu banyak kasih aku ini dan itu. Kamu sudah terlalu baik. Jangan buat aku merasa berhutang budi terus, Faraz. Ayolah, kamu janji hari ini akan lekas selesai. Kan sudah sepakat tadi."

"Satu tempat lagi,"

"Sudah. Buang-buang waktu saja sama kamu, tahu gak?" Feeda memakai helmnya dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya ada manusia se-keras-kepala ini untuk mendapatkannya.

"Fee, cuma stik kentang."

"Oke ini yang terakhir!"

"Iya, janji."

🌻
Halaman belakang IPB sedang renggang, jam makan siang masih tiga jam lagi, para mahasiswa dan mahasiswipun tentu masih sibuk membolak-balik jurnal. Para pegawai juga masih sibuk berkutat dengan data-data yang panjang. Hanya dua orang yang rumit ini sedang berkejaran diatas vespa. Si nona seperti sedang merajuk dan memasang wajah sebal, sedang si tuan asyik menyetir sembari sesekali mencuri pandang pada sang nona. Gemas sekali.

Akhirnya setelah 15 menit sibuk berkejaran, mereka menepi disalah satu stand kaki lima bertulis 'Cimol dan Stik Kentang'.

"Kamu mau rasa apa?"

"Rasa rumah." Jawab Feeda ketus.

"Bang emangnya disini jual rasa rumah?"

"Rasa rumah tangga bukan?"

"Doain nanti bisa sampe bisa ngerasain itu ya, bang." Bisik Faraz.

"Aamiin."

"Apa sih?" Feeda semakin jengkel dengan Faraz, laki-laki yang rasanya ingin sekali ia lempar ke Kutub Utara sekarang juga.

"Hehe, bercanda. Kamu jadinya mau rasa apa? Rasa rumah gak ada, Fee."

"Terserah."

FARAZ & FEEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang