Setelah senyumnya untukku di sore itu, adakah aku dihatinya?
Adakah bayanganku melintas dipikirannya, sebagaimana bayangnya yang selalu berubah menjadi seribu dikepalaku setiap aku mau tidur. Ternyata begini ya, rasanya jatuh hati, siap tidak siap harus siap kalau harapannya hancur.
-Faraz-🌻🌻🌻🌻🌻
Sore itu Faraz sedang istirahat diruang loker pegawai. Salah satu kawan se-profesinya duduk tepat disampingnya, Ido namanya. Dia sepuluh tahun lebih tua dibanding Faraz, ia menikah lima tahun yang lalu dengan sesama dokter bedah seperti ayahnya Faraz. Ia juga merupakan salah satu rolemode Faraz dalam hal pendidikan sekaligus pemberi jalan Faraz praktek di taman impian Ancol ini.
"Ngelamun, dek?" Ido menepuk pundak Faraz sambil memperhatikan raut wajah Faraz.
"Eh, kak Ido. Enggak apa kok, kak. Cuma lagi ada yang dipikirin."
"Soal praktek? Jangan dipikirin. Kadang Bos emang suka marah-marah begitu kalau akhir bulan. Hehe ...."
"Oh, bukan kak. Bukan soal itu. Soal perempuan, kak."
"Pacarmu?"
"Maunya sih secepatnya kujadikan pacar."
Ido tertawa, "Kamu lagi deketin cewek?"
"Iya."
"Yang seminggu lalu kamu ceritakan? Feeda itu? Yang kamu temukan dompetnya?"
"Iya kak," balas Faraz sambil tersipu malu.
"Dia orang Bogor?"
"Iya, kak."
"Pas banget. Mulai minggu depan kakak akan ada praktek selama lima bulan di Taman Safari. Kakak bisa ajak kamu sebagai pendamping, mau?"
"Mau banget kak, tapi kerjaanku disini gimana?"
"Masih dua Minggu lagi kan kontrakmu disini?"
"Iya, tinggal pengolahan data kesehatan satwanya aja, kak."
"Tuntaskan selama enam hari ini. Nanti kakak bantu proses mutasi praktekmu. Gimana? Berani demi lima bulan Bogor?"
Faraz meraih tangan Ido, "Siap. Deal." Senyum paling manis Faraz tampakkan begitu tahu ada peluang besar dipelupuk matanya untuk mendekati Feeda.
🌻
Petang itu Faraz buru-buru pulang ke rumahnya. Mengerjakan semua data yang semula rencananya akan ia tunda sampai besok lusa. Faraz seolah memiliki kekuatan tambahan dari tantangan Ido di ruang loker tadi. Apalagi saat kota Bogor disebut. Rasanya nyawa dan harapan didadanya terisi kembali.
Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Faraz. Suara pintu berdenyit terdengar dan memunculkan sesosok pria berkumis dan berjenggot dengan baju piyama cokelat , "Nak, sedang apa?" tanyanya sembari duduk dikursi tepat dibelakang meja kerja Faraz.
"Data kesehatan satwa taman impian Ancol, ayah. Doakan cepat selesai."
"Jangan lupa yang disediakan ayah ini diminum. Makan malam dulu ya, Nak."
"Iya, ayah." Faraz meraih gelas air putih dan mulai melahap isi piring dan isi mangkuk perlahan dengan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar laptop.
"Malam ini ayah boleh tidur sama kamu?"
Faraz melirik ayahnya terkejut, "Kenapa ayah?"
"Nggak apa, Minggu depan kan kamu akan tinggal dibogor dengan Ido. Ayah seminggu ini boleh bukan tidur bareng jagoan kecil ayah yang sudah mulai suka anak gadis orang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ & FEEDA
Teen FictionKepulangan tidak selalu membahagiakan untuk Feeda. Kembali tidak selalu hal yang menyenangkan untuknya. Feeda yang terbiasa sendiri harus menerima kalau ada seseorang yang ingin menjadikannya rumah. Faraz laki-laki yang tidak pernah menyangka bisa...