Jika masa lalu bukanlah hal yang membuatmu meragu, lalu apa yang menghalangi kamu membalas perasaan ini?
-Faraz-🌻🌻🌻🌻🌻
Langkah kaki dua manusia yang sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing itu berhenti disebuah papan besi bertuliskan "PENANGKARAN RUSA". Faraz masuk terlebih dulu disusul Feeda yang melangkahkan kakinya dengan ragu-ragu.
"Kenapa jalannya pelan-pelan?"
"Aku pernah diseruduk Kuda waktu dipendakian," ucap Feeda pelan dan membuat Faraz tertawa kecil.
"Tenang. Ada saya. Lagipula ini Rusa, bukan Kuda." Faraz tersenyum mengulurkan tangannya kearah Feeda.
"Gak perlu dituntun, aku bisa jalan sendiri." Feeda masih saja seperti itu. Merasa kalau dirinya bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun.
"Yasudah... Hati-hati tanahnya licin." Ucap Faraz yang memilih berjalan lebih cepat. Membiarkan bidadarinya berjalan sendirian dibelakang, sesuai permintaannya tadi.
Tak lama terdengar suara orang terjatuh, "Feeda ...." Faraz berbalik dan mendekat kearah Feeda.
"Sepatuku licin jadi kepeleset," Feeda memasang wajah bersalah karena puding dan nasi ayam bakar digenggamannya jatuh ke tanah, habis tak bersisa.
"Saya bilang juga apa. Hati-hati licin. Kamu keras kepala sih. Sakit kakinya?" Faraz terlihat panik.
"Enggak apa. Cuma memar dikit mata kakinya."
"Dimobil sepertinya saya bawa setelan baju sport yang belum dipakai. Saya ambilkan sebentar ya."
Tak lama Faraz datang kembali dengan membawa setelan kaos sport dan kotak P3K.
"Kamu ganti baju dulu ya. Itu basah dan kotor banget. Nanti kedinginan.""Nggak perlu, aku biasa kotor-kotoran, lagi pula ..."
"Feeda ... sekali ini saja jangan keras kepala." Faraz menatap lurus kearah Feeda. Tatapan yang mungkin akan membuat para wanita diluar sana bertekuk lutut, tapi tidak untuk Feeda. Ia menurut karena memang benar bajunya kotor, air kubangan tempat Feeda jatuh tadi adalah sisa hujan semalam yang bercampur tanah liat. Jadi, ia menurut bukan karena pesona Faraz tapi karena sejujurnya tubuhnya pun kedinginan.
🌻
Feeda mengganti bajunya dikamar mandi. Faraz berdiri cemas, bagaimana jika perempuan yang sedang ia perjuangkan ini, kakinya terluka parah. Kemungkinan terburuknya adalah ia tidak akan diperbolehkan lagi oleh aki dan Nini bertemu dengan Feeda seperti di film-film televisi.
"Loh, kamu tungguin aku?" ucap Feeda sembari keluar kamar mandi seusai mengganti baju.
"Iya, mana mungkin saya tinggalin kamu." Timpal Faraz dengan nada cepat tampak jelas raut cemasnya.
"Bajumu kebesaran dibadanku, Faraz."
"Tetap cantik, Fee. Pakai baju apapun saya tetap jatuh cintanya sama kamu."
"Gombal!"
"Kakimu bagaimana? sakitkah?" Faraz masih mencemaskan kaki Feeda.
"Dibilang nggak apa cuma ngilu sedikit,"
"Yasudah, kita pulang saja ya." Faraz memohon sekaligus membuat keputusan.
"Jangan."
"Bisa besok urusan Rusa. Kakimu harus diperiksa dulu."
"Kakiku baik-baik saja, Faraz."
"Tapi tetap harus diperiksa, Feeda."
"Periksa kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ & FEEDA
Teen FictionKepulangan tidak selalu membahagiakan untuk Feeda. Kembali tidak selalu hal yang menyenangkan untuknya. Feeda yang terbiasa sendiri harus menerima kalau ada seseorang yang ingin menjadikannya rumah. Faraz laki-laki yang tidak pernah menyangka bisa...