10. Feeda : Kotak

8 6 0
                                    

"Kesederhanaan dirinya yang membuatku menetap dan keras kepala untuk menyayanginya sebisa dan selama yang ku mampu."

-Faraz

🌻🌻🌻

Faras dan Feeda mengendarai sepeda berkeliling halaman belakang kampus IPB nan rindang. Faraz kelelahan, sedang Feeda malah asyik sendiri dengan mainan baru dari Faraz itu. Ia berkelok kesana-kemari dengan lihai memainkan setang sepeda. Faraz memutuskan duduk dibawah pohon kapuk randu raksasa yang sekarang sedang menggugurkan serpihan dari dirinya. Sekilas mirip seperti salju di tanah Eropa.

Rasanya kebahagiaan Faraz hari itu sudah lebih dari cukup, ia mengabadikan beberapa foto Feeda yang tersenyum senang sambil naik sepeda lewat ponsel, sampai akhirnya Feeda kelelahan dan ikut duduk didekat Faraz.

"Capek?"

"Lumayan,"

"Minum dulu ya."

Feeda meneguk air ditumbler Faraz yang ia beri inisial huruf "F", "Tumblermu kayak cewek warnanya."

"Emang buat cewek saya."

"Oh Tumbler ini punya pacarmu? Yaudah nih, dibalikin deh. Takut cewekmu ngambek." Ucap Feeda sambil memasang wajah gemas.

Faraz menerima Tumbler itu dari Feeda. Lalu memberikannya kembali pada Feeda, "Kenapa dibalikin ke aku lagi?"

"Saya maunya kamu yang jadi pacar saya, Fee."

Hening seketika.

🌻

Feeda yang semula menatap lurus kearah ujung kakinya, berbelok ke kanan dan bertemu tatap dengan laki-laki aneh disampingnya. Rasanya seperti baru saja kemarin ia bertemu laki-laki ini. Pagi ini, kenapa secara misterius laki-laki ini bicara demikian. Apa pagi tadi ia salah menelan jenis nasi? Bisik Feeda dalam hati.

"Kamu telan bubur kacang tanah ya?"

"Haha ..." Laki-laki itu malah tertawa.

"Yee ... malah ketawa."

"Harusnya di aamiinkan, Fee."

"Aamiin untuk apa?"

"Untuk saya jadi pacarmu bisa kesampaian. Kalau bisa secepatnya."

🌻

Dada Faraz rasanya bergemuruh disesaki gembira tiada tara. Bisa bercengkrama dengan Feeda dipagi yang menyenangkan ini. Ditambah apa yang sejak lama ingin ia sampaikan tidak sengaja memiliki celah untuk diutarakan.

Feeda Irtiza, bisa-bisanya Tuhan mempertemukanku dengan dirimu. Dan bisa-bisanya takdir Tuhan membuatku jatuh, sejatuh-jatuhnya pada matamu. Pada sosokmu yang rasanya sulit sekali ditaklukan. Semoga takdir Tuhan jugalah yang memberiku kesempatan untuk memilikimu, Fee. Bukan cuma untuk beberapa saat tapi untuk selamanya. Doa Faraz dalam hati.

🌻

"Aku mau ice cream," ucap Feeda tiba-tiba sesaat setelah melihat anak kecil kembar berjingkrak kegirangan dibelikan ayahnya ice cream monas.

"Saya bisa buat ice cream, Fee."

"Hah? Serius kamu?"

"Iya, main kerumah dinas saya dan kak Ido, mau? Ada kak Yna."

"Yakin nggak apa?"

"Iya, sekalian nanti makan siang bareng"

"Gimana ya, hmmm ...." Dengan ragu Feeda berdeham

Tangan Faraz bergerak memasangkan helm sepeda ke kepala Feeda, "Feeda yang saya kenal itu bukan Feeda yang kebanyakan mikir! Let's go, tuan putri."

FARAZ & FEEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang