Jangan pernah merasa dekat adalah satu-satunya kunci agar tidak kecewa.
-Faraz🌻🌻🌻🌻🌻
Faraz memperhatikan hal yang sebenarnya menyakiti perasaannya. Faraz rela menyempatkan diri ke Bogor ditengah kesibukannya mengurus tugas kuliah. Ia ingin mengatakan sesuatu pada seseorang yang rasanya sudah mengalihkan perhatiannya dan malangnya seseorang itu adalah Feeda.
Feeda Irtiza yang sulit sekali ditaklukan, perempuan yang selalu menyuruhnya pergi padahal sesungguhnya Faraz ingin sekali menjadikan Feeda rumah. Lalu, yang ada dihadapannya saat ini adalah Feeda yang sedang mengantar seseorang kedepan pagar rumah dengan wajah berseri.
"Barangkali memang kesempatanku untuk menjadikannya rumah hanya tinggal angan-angan," gumam Faraz pelan sekali. Ia mengepalkan jemarinya, menahan amarah atas dirinya sendiri. Ia terlalu mudah jatuh cinta dan terlalu mudah merasa dekat dengan Feeda yang bahkan melihat keberadaannya saja tidak.
🌻
Faraz memakirkan motornya dibengkel bang Odoy dengan raut wajah yang sulit sekali dideskripsikan. Intinya seperti orang putus harapan.
"Kenapa lagi?" Tanya Bang Odoy sembari membersihkan bekas oli didahinya.
"Feeda," sahut Faraz lesu.
"Kenapa dia?"
"Ternyata udah punya cowok."
"Terus?"
"Patah hati?"
"Siapa?"
"Gue,"
"Siapa yang nanya? Haha ...." Canda Bang Odoy yang sama sekali tidak memperbaiki suasana hati Faraz, malah memperburuk.
"Gue kasih tau nih ya, Feeda itu tipe cewek cantik, pinter, ya meskipun galak dikit, dan pastinya jadi primadona sekolah."
"Mmm ...." Faraz mengangguk-angguk, "Terus?"
"Mikir logis dong! Pasti banyak banget yang coba deketin dia. Pasti banyak banget yang mau sama dia. Logika cowok normal, pasti bakal berlomba-lomba deketin dia. Atau istilahnya coba-coba deketin dia."
"Untuk?"
"Untuk coba-coba berhadiah, bisa gak nih si Feeda gue pacarin. Gitu, Raz!"
"Tapi gue gak gitu."
"Nah itu dia letak permasalahannya!"
"Maksud lo gue gak normal bang? Hah?"
"Haha ... Tuh lo akhirnya nyadar!"
"Sembarangan lo bang, gue normal lah,"
"Kalo lo normal, ya jangan nyerah. Deketin Feeda sampe dapet."
"Tapi gue gak mau cuma sekedar coba-coba, bang. Gue mau serius."
"Good! Lakukan aja! Gue yakin lo pasti bisa!"
"Doain bang,"
"Doa sendiri aja dah, gue cuma hafal al-fatihah! Gue aamiin-in aja ya."
"Yaa Allah, pertemukanlah jalan terbaikku untuk mendekati bidadariku." Doa Faraz sambil menengadah dengan mata terpejam.
"Iya ... Aamiin," susul bang Odoy.
"Semoga dia cepet luluh."
"Aamiin."
"Semoga semua yang deketin dia gagal."
Suara Bang Odoy semakin keras, "AAMIIN."
"Semoga gue kuat ditolak berkali-kali sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAZ & FEEDA
Teen FictionKepulangan tidak selalu membahagiakan untuk Feeda. Kembali tidak selalu hal yang menyenangkan untuknya. Feeda yang terbiasa sendiri harus menerima kalau ada seseorang yang ingin menjadikannya rumah. Faraz laki-laki yang tidak pernah menyangka bisa...