24. Vanilla Sky

21 4 0
                                    

Langit biru dengan awan seputih kapas. Sinar mentari pagi yang terasa begitu hangat. Pepohonan rindang dengan daun-daunnya yang bergoyang. Semilir angin yang terasa lembut ketika menerpa kulit.

Aku ingat dengan jelas kapan pertama kalinya aku bertemu denganmu.Bahkan, euphoria-nya masih terasa hingga sekarang.

Pagi itu, seperti biasa aku dalam perjalanan menuju kampusku yang terletak di tengah-tengah ibu kota. Sebagai warga pinggiran, transportasi yang dapat kugunakan jika tidak di antar oleh mama hanyalah kereta api.

Saat tiba di stasiun, rasanya aku mau menangis ketika kereta api yang biasa kunaiki sudah berangkat terlebih dahulu. Aku terpaksa menunggu kereta api yang baru akan tiba 20 menit kemudian dengan rasa kalut dan takut bercampur menjadi satu. Kurang dari dua jam lagi, kelas pertamaku hari ini akan dimulai. Dan dosen pengajarku merupakan dosen yang sangat killer. Ia tidak memiliki toleransi bagi mahasiswa yang terlambat.

Di saat aku ingin menandai hari itu sebagai hari terburuk sekaligus hari tersialku, pandangan mata kita bertemu. Aku merasa waktuku seolah terhenti. Atensiku sepenuhnya terfokus pada sosokmu yang sedang berjalan menuju tempatku berdiri. Rambut hitam legammu tampak indah diterpa semilir angin yang berhembus tidak terlalu kencang. Senyummu sangat manis, sampai rasanya aku tidak berani melihatnya terlalu lama.

"Hai, kamu Lena, kan? Anak FEB Atma yang nanti ikut kelas akuntansi biayanya Pak Ridwan?"

Napasku tertahan ketika langkahmu terhenti tepat di hadapanku. Ya. Kamu duluan yang mengajakku berbicara. Dan yang membuatku lebih terkejut adalah kenyataan bahwa kamu ternyata mengenalku.

"Maaf, tapi kamu siapa ya? Kita teman sekelas?"

"Iya. Kita teman satu kelas untuk mata kuliah akuntansi biaya sama negosiasi bisnis. Kenalin, aku Radit."

"Oh," responku singkat. Entahlah, rasanya lidahku seperti mati rasa. Berada dalam jarak yang sangat dekat denganmu membuatku merasa sangat sesak. Bahkan rasanya, pipiku mulai memanas bersamaan dengan detak jantungku yang semakin tidak karuan.

"Kamu sama aku pasti nanti terlambat masuk kelasnya Pak Ridwan. Kita bolos saja, yuk. Mau jalan-jalan ke perpustakaan di balai kota?"

Satu ajakan sederhana, namun dampaknya luar biasa.

Hari itu, aku merasa baik-baik saja. Bagaikan es krim yang dingin, dirimu datang membawa rasa sejuk. Bersama denganmu, di bawah indahnya langit vanila, kita memulai sebuah kisah baru.

CERMIN by. flawlesstae21
Jakarta, 30 Juni 2020

Bahana Rasa [ Completed ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang