"Abian! Lo kenal primadona baru Bhinajaya enggak?" tanya Dirga sambil mengunyah kripik kentang.
Abian yang tengah sibuk membaca dokumen hanya mengacuhkan Dirga. Fokusnya tidak mau teralihkan sekalipun Dirga terus memancing pembicaraan.
"Brisik lu! Gue sibuk!" protes Abian merasa terganggu.
Sebelum Dirga menanyakannya, Abian sudah tahu siapa anak itu. Freya Iskana, siswi kelas 10 MIPA 4. Tidak dipungkiri bila wajahnya memang manis. Jadi tidak heran jika beberapa anak membicarakannya. Tapi Abian tidak tertarik dengan gadis seperti itu.
Paling juga anak manja, batin Abian.
"Udahlah, gue mau ke lapangan. Nih dokumen pendataan lo lanjutin," ucap Abian kemudian berlalu meninggalkan Dirga yang protes tidak setuju.
Hari ini adalah pertama kalinya eskul voli dimulai. Abian yang merupakan ketua sangat antusias menyambut anggota barunya dari kelas sepuluh. Segala persiapan mulai dari net, bola, telah Abian siapakan bersama anak kelas dua belas lainnya.
"Abian, udah tahu siapa aja anggota barunya?" tanya Erlang.
Abian menggenggeleng. "Belum."
Erlang mengangguk. "Gilaaa, dia join voli bro!" seru Erlang tiba-tiba kala melihat anak kelas sepuluh yang mulai berjalan mendekat.
Penasaran, Abian menoleh dan ia mendapati Freya di antara mereka. Lengkap dengan jersey hitam-biru yang ia kenakan. Sepatu warna senada juga rambut diikat ke belakang.
"Paling juga cuman main-main," remeh Abian yang dibalas sorakan dari teman-temannya.
Diluar dugaan, Freya justru bermain sangat elok saat sparing. Ia sama sekali tidak terlihat seperti pemula. Tidak mau ambil pusing dan tidak peduli, Abian hanya berpikir jika kebetulan saja Freya mahir dibidang ini.
Sepekan berikutnya ketika weekend, Abian bertemu dengan Freya di luar sekolah. Melainkan di Barion Cafe. Seorang waiters yang mendatangi meja Abian adalah Freya. Abian hampir tidak percaya dan bertanya pada Freya, sedang apa dia di Barion Cafe?
"Saya bekerja shift malam di sini, Kak," ucap Freya saat itu.
Hal yang selalu identik dengan primadona adalah cantik yang endel*. Tapi kian berjalannya waktu, Abian semakin melihat Freya berbeda. Dia pekerja keras, ramah, sopan, pandai, tetap tegas serta bijaksana dalam bertindak.
Sesuatu yang paling membuat Freya dikenal tiga angkatan adalah caranya ber-attitude. Satu-satunya siswa/i SMAN Bhinajaya yang tidak menggunakan panggilan (Gue-Lo).
Abian selalu menganggap enteng Freya selama ini. Menyangkal bahwa dirinya sebenernya ingin tahu lebih.
Beberapa kali Abian mulai berinteraksi dengan Freya. Selain satu eskul di voli, mereka juga tergerak di paskibraka. Sebagai pasukan khusus, tentu Abian dan Freya sering bertemu. Namun tanpa obrolan untuk pendekatan. Hanya sapaan-sapaan kecil yang sepintas.
Abian ini seorang ketua osis yang masanya akan selesai dua bulan lagi. Sosok yang sangat terkenal judesnya. Dia itu ketus juga dingin. Yang kadang disalah artikan sombong karena sering menolak ajakan untuk foto bareng.
Tapi ... apa Abian jatuh hati dengan Freya? Sejak ia tumbang di latihan H-2 lomba. Hanya Freya yang bergerak mengulurkan tangannya. Freya rela dihukum lima puluh kali push up jika keluar barisan. Demi menolong Abian.
Ketika Abian mulai beranikan diri, ia hendak menyapa lebih dulu ... tapi semuanya terlambat. Freya kembali ke Jawa Timur dan menerima beasiswa lanjuttan. Mencabut berkasnya sebagai siswa SMAN Bhinajaya Kalimatan Selatan.
Abian mungkin tak akan menyesali keterlambatannya, jika Tiara--teman sebangku Freya tidak memberikan sebuah art book padanya. Isi dari art book tersebut adalah lukisan-lukisan Freya, ia menggambar wajah Abian. Juga tinggalan kalimat di tiap lembarnya.
"Kenapa ya ... kok Freya suka sama Kak Abian. Padahal Kak Abian tidak pernah melirik Freya." Freya Iskana.
CERMIN by. Aprillafani_
Bekasi, 8 Juli 2020*Endel:
Yang bersih-bersih atau tidak mau main kotor seperti olahraga voli karena bola pasti menyentuh tanah dan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumahan, sederhananya manja.