27. Cerita Kita

16 3 0
                                    

Aku terus saja memerhatikan lelaki yang selama ini kucintai. Entah kenapa dia menjadi begitu tidak peduli terhadapku. Ah, sepetinya karena kemarin aku pergi bersama dengan Vano.

David tampak sibuk berbicara dengan perempuan yang duduk di sampingnya. David bahkan tidak memandangnya hanya untuk satu detik.

Saat bus berhenti, David segera turun. Aku pun ikut turun karena aku memang ingin meminta maaf padanya. Meskipun aku tidak tahu kesalahanku sepenuhnya, akan lebih baik aku meminta maaf padanya. Saat aku memanggilnya, dia berhenti berjalan namun tidak menoleh ke belakang sedikit pun.

"Maaf jika aku punya salah padamu," hanya kata itulah yang mampu aku ucapkan.

David masih tidak mau memandangku. Namun berapa detik kemudian dia tiba-tiba berbalik lalu memelukku.

"Kamu tidak salah. Memang aku yang terlalu egois," ucapnya yang masih memelukku erat.

Aku menangis di pelukannya. Terkadang memaafkan sangatlah sulit, namun David begitu mudah memaafkanku. Sebegitu besarnya kah cintanya padaku? Atau dia hanya tidak ingin kehilangan aku sebagai sahabatnya?

David melepaskan pelukannya. Dia menatapku lekat, begitu pula denganku. Aku tidak ingin kehilangan sahabat sekaligus cintaku, aku harap dia juga merasakan seperti yang aku rasakan.

"Lina, kamu tahu? Aku melakukan itu bukan karena aku marah padamu, tapi karena aku memang butuh waktu sendiri dan aku ingin memendam rasa egoisku."

Aku tahu dia tidak bisa marah padaku. Aku sadar jika dia memang sangat mencintaiku. Baginya, marah padaku hanya akan membuat hatinya ikut terluka. Dia bilang, lebih baik memaafkan daripada mendendam. Karena itu, dia menjadi seorang lelaki yang sangatlah mudah memaafkan.

Dan aku sangatlah mencintainya. Dia adalah sahabatku, cintaku, dan aku berharap dia yang akan menjadi masa depanku.

David kembali memelukku, pelukannya begitu hangat. Aku ucapkan syukur pada Tuhan karena telah membuatku dan David kembali seperti ini. Jadi seperti ini rasanya saat membuat seseorang tersakiti karena kita. Dulu aku pernah ada di posisi David, saat itu David tidak bersalah tapi aku justru marah. Kini aku belajar dari David  bahwa aku harus menjadi seorang yang pemaaf dan jangan egois.

Tanpa sadar mataku sudah basah.

CERMIN by. izza-afkarina
Sumberrejo, 1 Juli 2020

Bahana Rasa [ Completed ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang