Brothers

454 48 5
                                    

"bocah culun sialan!"

Setelah percobaan bunuh diri yang gagal karena ulah malaikat tak bersayap (bocah culun sialan bagi Chan) bernama Kim Seungmin. Chan berjalan sambil hentakkan kaki di lantai lorong.

Seharusnya sekarang sudah masuk jam pelajaran ke-6 tapi Chan memilih untuk beristirahat di tempat lain. Atau istilah kerennya 'membolos'.

Chan menuju tongkrongan tempat dia dan anak berandal lain biasa membolos di sekolah. Aneh, gak biasanya markas ini sepi. Temen-temen Chan pada tobat apa gimana.

Dia rebahkan diri di salah satu sofa merah berdebu. Lihat langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.

Jika saja si bocah culun sialan itu tidak menghentikannya dia pasti sudah jadi arwah saat ini. Tapi bukan menyelesaikan masalah, dia malah membuat isi pikiran Chan makin penuh. Oh ayolah Chan kesal, lelah, frustasi dan ingin mati!

Kalau diingat-ingat, ada sebuah korek api tergeletak tak jauh dari tempatnya berbaring. Dan mungkin juga ada sedikit alkohol sisa kemarin.

Chan bisa membakar diri sekarang.

Ah tapi tidak. Membakar diri gak menjamin 100% kau akan langsung mati. Lagipula rasa sakitnya pasti cukup lama.

Sayat urat nadi?

Chan segera bangkit menuju laci bekas di sudut ruangan. Kalau tidak salah Changbin pernah simpan pisau buat bikin rujak beberapa hari lalu.

Gotcha! Beneran ada pisau dapur. Chan kembali duduk di sofa merah kesukaannya. Dilihatnya pisau dapur berwarna silver itu. Menimbang-nimbang apa yang akan terjadi jika dia sungguhan menggores pergelangan tangannya menggunakan benda tajam ini.

Dia akan kesakitan. Berteriak (atau mungkin hanya menggeram). Lalu beberapa menit kemunian mati karna kehabisan darah.

Namun bukannya terjadi Chan justru hanya diam. Jam dinding terus berdetik seolah mengejek. Dan entah kenapa Chan merasa marah. Dia lempar pisau ke sembarang arah sebelum kembali rebahkan diri di sofa.

"Bangsat!"

Sudah diduga. Mati dengan skenario jatuh dari lantai 3 sekolahnya memang cara terbaik untuk bunuh diri. Lagi-lagi andai saja si bocah culun sialan itu tidak menganggu rencana tragisnya, Chan tak harus mengerang frustasi seperti sekarang.

"Tapi dia gak akan ada di rooftop terus-terusan. Gue bisa dateng kesana lagi besok"

Arahkan lengan untuk tutupi mata, dengan perasaan lelah yang menyesakkan dada Chan terlelap dalam tidurnya tak lama kemudian.

*****

Susuri lorong setelah bel pulang berbunyi sekitar tiga puluh menit lalu. Chan gak nyangka dia bisa tidur selama itu. Matanya menatap malas jendela kaca beserta puluhan anak yang sedang berlalu-lalang di luar sana. Kebanyakan sudah ia kenal. Tentu saja. Karna mereka pernah jadi objek, samsak atau mungkin
bisa dibilang "mainan" untuk sekedar menghilangkan rasa bosan Chan.

Terus menyusuri lorong lenggang. Sempat ia dengar suara samar dari dalam ruang guru. Mungkin karena lorong itu sudah sepi jadi percakapan normal pun dapat terdengar.

"Spp kamu 3 bulan belum dibayar. Bapak tau kamu itu siswa penerima beasiswa, tapi tetap saja kamu harus membayar setengahnya"

"Ma-maaf pak"

Chan mah ga peduli. Dia tetep jalan santai melewati ruang guru.

"Kali ini masih saya tolerir. Tapi lain kali jangan diulangi lagi ya Seungmin"

FALLING INTO YOU [CHANMIN]Where stories live. Discover now