Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this
Dua belas tahun yang lalu
Abella berdiri diatas pohon dengan seragam putih-abu yang sudah kucel. Ini masih jam 10, Abella menghentak sepatu seraya melihat pergerakan jam di pergelangan tangannya. Tidak tahukah bahwa waktunya terbatas?
"Astaga lamanya!"
Ia memilih disini, dibawah pohon yang tidak jauh dari gedung sekolah. Dibawah pohon yang membuat dirinya berlindung dari teriknya mentari dan udaranya yang kian panas.
Berbagai suara keributan mulai mendema disekitar Abella. Gadis itu membalik setengah tubuhnya setelah mengantongi ponselnya disaku. Dan lelaki asing dengan lensa menghiasi wajahnya.
"Siapa dia?" Tanya Abella pada Rengga dan Fanny. Mereka berdua mengapit pemuda kurus berkacamata.
Kemarin Abella disibukkan dengan urusan keluarganya, ia tidak bisa menuntaskan surat ancaman dan teror yang tidak ia ketahui. Tulisan yang berantakan menunjukkan bahwa itu laki-laki.
Abella belum pernah lihat pemuda kurus berkacamata dikalangan anak IPA.
"Dia anak IPS, bel. Namanya Satria, dia yang sering ngendap ke kelas lu setiap pagi banget."
Abella mengangguk dan entah apa yang ada dipikirannya. Abella memberi gesture kepada Fanny dan Rengga, membuat dua sahabatnya mengerang berat dan membiarkan Satria bersama Abella dibawah pohon.
"Awas lu kalo macam-macam ama sahabat gue." Gertak Fanny menatap tajam pada Satria. Satria meneguk saliva dengan gugup dan memilih mengangguk. Kemudian Fanny dan Rengga memilih pergi meninggalkan mereka berdua dibawah pohon yang terletak dibelakang gedung sekolah.
"Gue gak kenal lu. Tapi gue pernah lihat lu, lu kayak anak baik-baik hmm... gimana ya ibaratnya..." Abella tanpa berpikir seraya melangkah mengelilingi Satria. Aroma Satria membuat Abella nyaman namun ia tidak mengenal pemuda culun nan kurus. Begitu julukannya yang cocok disandingkan dengan Laila, si gadis perpustakaan.
"Ah, lu itu ibaratnya seperti bintang, ... yah semacam sinarnya gak terlalu terang diantara planet la-, lah, kenapa lu senyum?!"
Abella mengerutkan keningnya menatap Satria yang mengulas senyum miring. Sangat kecil jika tidak diperhatikan dengan seksama.
Abella terdiam sementara Satria memilih menatap ke bawah, entah apa yang menarik dengan rumput itu namun selalu dipandang oleh pemuda dihadapannya.
Abella menghela napas, jika dipikir-pikir ia seperti menghakimi adik kelas. Namun Satria satu angkatan, ini berbeda. Dan jangan lupakan, Abella ketinggalan kelas karena kecelakaan yang menimpa tangannya. Ia enggan sekolah jika tangan kanannya tidak berfungsi dalam waktu sementara. Ia ketinggalan satu tahun, hingga satu kelas dengan Kikan, bedanya ia tidak satu sekolah dengan Kikan. Kikan memilih swasta berbanding balik dengan dirinya yang memilih negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Petals [ COMPLETED ]
Romance"Orang bilang, luka bakal disembuhkan dengan seseorang yang telah memberi luka... Dan juga waktu. Waktu yang akan memulihkan luka." Satria yang culun, pemalu ibarat buku yang terbuka, diam-diam kagum dan jatuh cinta dengan Abella. Abella yang agres...