13 Pertama kali

988 36 0
                                    

Warning! 🔞

Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this

Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua belas tahun yang lalu

"Ahh. Harder!"

Abella menatap video dalam laptop Satria, memilih menenggelamkan kepalanya dibalik bantal. Sesungguhnya Abella merasa tidak nyaman, namun ia pernah melihat Raymond dan Rosaline dulu sewaktu ia masih berusia 10 tahun dan dikejutkan oleh Dahlia membuat ia tidak bisa melihat lagi antara Raymond dan Rosaline dengan decitan meja yang sungguh berisik pada tengah malam hari.

Abella menatap Satria yang berada disisinya, sementara pemuda itu menatap tak berkedip pada pergumulan pasangan sinting itu. Beruntung kamarnya kedap suara, Raymond tidak melarang Satria belajar bersama dikamarnya.

Abella enggan melanjutkan melihat pergumulan pasangan dalam video itu jadi dia memilih menatap Satria yang berada disampingnya. Ditambah kewanitaannya terasa gatal setelah melihat video itu.

"Ehem!"

Satria tergemap seraya memainkan kepalanya yang botak lalu menatap Abella seraya mengulas senyum canggung.

Niatnya ingin melepaskan perawan dan perjaka namun diawali kecanggungan seperti orang bodoh yang tak memiliki nafsu. Ya ampun, Abella ingin sekali menangis dan tidak tahu bagaimana mengatasi dirinya yang sudah terbawa nafsu.

Ingatkan dirinya yang sudah berumur 17 tahun sedangkan Satria berumur 16 tahun.

Abella menatap pasangan telanjang dalam video, gayanya berubah lagi menjadi gaya spooning. Dimana pria itu menaiki satu paha pasangan seraya memasuki kejantanannya ke kewanitaan wanita itu dari belakang. Kemudian suara desahan dan berbagai umpatan kasar dilontarkan dari speaker laptop itu.

Abella menggeleng jadi dia menutup laptop Satria. Abella melirik Satria yang mengeram dengan jemarinya yang mengepal. Meringis merasa bersalah karena tindakan yang terlanjur tidak terpikirkan.

"A-aku ke kamar mandi dulu."

Berniat beranjak dari sana, Satria menahan lengannya membuat Abella refleks menarik kencang. Tentu saja tindakannya membuat Satria terkejut.

"Sso-sorry!"

Satria menggeleng seraya berkata, "Tidak usah. Ella, aku Cuma beritahu kalau kamu gak siap, gak apa-apa sihh, jangan dipaksakan. Yang harus kamu ketahui, kamu mau apa - bilang ama aku. Jangan sama orang lain."

Abella menatap Satria diam sejenak tak lama kemudian gadis itu mengerjapkan netranya. "Tapikan lu bukan babu gue, Beny. Tenang aja yang ini,"

Satria menggeleng cepat seraya menahan kejantanannya yang sudah mengeras sedari tadi. Satria berusaha menjaga kewarasan atau ia kehilangan kesempatan dengan gadis yang ada dihadapannya.

Rose Petals [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang