35 Indra Amza Syah

372 23 0
                                    

Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this

Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pagi hari yang begitu terik penuh lara dan duka. Setelah melalui proses pemakaman sesuai ajaran agama. Tinggallah mereka berempat, Abella, Satria, Ibra dan Indra.

Bocah itu terus sesenggukan menunduk disisi tanah yang sudah terbentuk bersama nisan. Abella hanya mengelus bahu Indra, berusaha menenangkannya yang tidak begitu mudah.

Indra terus menangis, merasa bahwa hidup tidak begitu adil. Merasa bahwa beban hidup begitu berat memikulnya. Indra hanyalah bocah berusia 8 tahun dengan pemikiran yang begitu kritis.

Seumur hidup Indra tak pernah membuat Bayu memikul beban sebegitu berat dan kini... Bayu pergi selamanya..

🥀🥀🥀

Abella menuntun Indra masuk ke dalam rumah yang begitu mewah. Bocah itu menatap takut-takut sekaligus malu ke dalam rumah, lalu muncul wanita muda yang telah menemani dan meringankan pekerjaan Abella selama dirumah, Bika.

"Ini siapa, madam-tuan?" Tanya Bika menaikkan kedua alisnya, bingung seraya menatap dua majikannya.

Satria mengulas senyum menatap Abella seraya mengelus surai Indra yang berada disisi Abella dan Satria.

"Nanti pengacaraku akan datang dua minggu lagi untuk membuat surat pengangkatan anak ini, jadi perkenalkan anak ini menjadi anak kita. Indra Irwansyah."

Bika menatap tak percaya sekaligus kagum dengan kebaikan majikan. Kadang disatu sisi, Bika juga sedih ama madamnya yang terlihat kesepian didalam rumah ini, walau madam Abella sudah berusaha menyibukkan diri namun rasa kesepian itu akan tetap ada.

Satria melipat kakinya, mensejajarkan tingginya dengan tinggi Indra. Satria menatap Indra seraya mengulas senyum. "Indra, mulai sekarang kamu akan tinggal disini. Kamu tahu bahwa kamu tidak ada yang bisa melindungi. Jadi bolehkah kami bersedia merawatmu dan melindungimu, nak?"

Indra masih tidak mengeluarkan suara apapun. Jejak tangisan itu masih melekat diwajahnya. Indra terakhir berkata saat dirumah sakit kemarin malam, ketika mereka ingin mengetahui identitas.

Indra menatap Satria dan Abella takut-takut. Abella mendadak cemas, entah mengapa melihat Indra, Abella ingin sekali memiliki bocah itu dan merawatnya, memanggilnya dengan sebutan "bunda" seperti ibunya Satria.

"Jangan takut, kami gak akan menyakitimu nak. Pengacara nanti akan datang ke sini, berniat membuat surat pengangkatan anak agar identitas kamu menjadi jelas dan lebih aman.. Percayakan kepada kami." Tutur Satria pelan dengan bahasa yang mudah dipahami.

Abella merasa sentimen dengan Satria yang bisa membuat anak-anak beradaptasi, berbeda dengan dirinya yang begitu kaku. Tapi bagaimanapun Abella berterima kasih dengan suaminya, yang telah membantunya ketika menghadapi kesulitan.

Rose Petals [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang