Don't forget press button star ⭐ at left bottom if you like this
Mentari terik itu membilas belahan bumi dipagi pada hari minggu. Abella tidak sendiri, ia bersama Kikan, Kaivan dan Satria.
Bibir Abella mengucapkan doa untuk Dahlia. Kakaknya. Pagi cerah yang begitu sunyi. Tidak ada suara manusia maupun kendaraan yang berhilir melalui area pemakaman. Mereka harus berjalan kaki selama 10 menit dari parkiran mobil.
Setelah mereka selesai berdoa untuk Dahlia. Abella menatap mereka seraya menarik tudung hitam untuk melindungi dari sinar mentari yang semakin terik.
"Ayo kak."
Abella menggeleng seraya mengulas senyum pada Kikan. "Enggak Kikan, aku pingin ngobrol dulu ama kak Dahlia." Kemudian Abella menatap Satria, "Kamu tunggu aja didalam mobil, Beny."
Satria menatap Abella tak suka. "Enggak, aku disini nemanin kamu."
Mendengar Satria menolak yang tidak ingin jauh-jauh dari Abella membuat debaran wanita itu mengencangkan ditambah ia bisa merasakan rona panas menghiasi wajahnya.
"Lah terus gimana dengan Kaivan dan Kikan? Tunggu diluar juga gitu? Masuk aja ke dalam mobil. Gak ada penolakan."
Abella berkacak pinggang menatap Satria tajam dan tidak digubris olehnya. Oh sial, beginilah kalau mereka sama-sama keras kepala.
Kikan yang menatap kedua kakaknya yang tidak ingin saling mengalah, gadis itu menyela dengan menggerutu. "Duh masih aja kekanakan. Mana kuncinya kak Satria kalo lu kagak mau ke mobil?!"
Sementara Abella memijat keningnya seraya menggeram kesal pada Satria. "Satria, lu ngerti nggak sih kalo gue butuh privasi? Tenang aja gue gak kemana-mana."
Satria mengulas senyum seraya menyelipkan surai cokelat kemerahannya ke telinga karena surainya mengenai wajah Abella yang semakin cantik. Sementara Satria menatap Kikan. "Sebentar ya, ikan. Dua menit saya perlu bicara ama kakakmu."
Kikan menatap Satria acuh tak acuh kemudian ia beralih menatap Abella. Tak berapa lama, Kikan menghela napas menatap Satria tajam. "Yaudah, dua menit awas lu ya?!" Satria mengangguk pelan dengan wajah serius. Mau tak mau Kikan kembali memberitahukan Satria. "Gue tunggu dibawah pohon sana."
Setelah Kikan dan Kaivan pergi menjauh menuju pohon.
"Cepat ngomong, jangan lama." Tegur Abella seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.
"Aku cuman mau kamu berjanji. Janji jangan nangis, aku tunggu kamu cerita. Apa saja ke aku." Satria menatap Abella seraya meremas bahunya lembut.
Abella mengangguk tanpa bersuara. Semilir angin membuat tudung hitam itu tergelincir hingga sinar mentari menyapa surai cokelat kemerahan Abella. Surai yang begitu indah, apa saja yang ada di Abella adalah kesukaan Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Petals [ COMPLETED ]
Romance"Orang bilang, luka bakal disembuhkan dengan seseorang yang telah memberi luka... Dan juga waktu. Waktu yang akan memulihkan luka." Satria yang culun, pemalu ibarat buku yang terbuka, diam-diam kagum dan jatuh cinta dengan Abella. Abella yang agres...