Case #3

36 12 0
                                    

(WARN!!! Bahasa semi baku, terdapat hal-hal kekerasan sehubung pembunuhan, mengandung unsur darah, benda tajam, dsb.)

10. 35 AM

Clack! Tap! Tap!

"Permisi..."

"Hm?"

"Kak Maverick? Kepala sekolah ingin menemuimu, ia menunggu di kantornya."

Maverick mengangkat alisnya bingung, lalu mengangguk, junior berbadan mini di belakangnya segera membungkuk hormat. Dilihat-lihat ia adalah siswa baru yang dilantik beberapa bulan lalu untuk menjadi sarpras organisasi sekolah.

"Maaf, aku harus pergi. Kalian bisa bicarakan yang tadi itu, lewat grup chat, hanphone-ku selalu aktif."

"Okie dokie! Pastikan kau kembali dengan cepat, ya!"

Maverick berdiri kemudian mengikuti junior-nya itu. "Maaf kak, jika ini mendadak, panggilan langsung datang dari kepala sekolah." Jelas junior itu.

"Tak masalah, mereka tidak akan keberatan, tenang saja."

Maverick berjalan duluan dengan cuek, meletakkan kedua tangannya di dalam saku celana sekolahnya. Ia masuk ke dalam ruangan mewah milik sang kepala sekolah. Ya, dengan tampang nakalnya itu.

"Maaf mengganggu istirahatmu, Tuan Muda Zack, duduklah."

Maverick mengangguk, terkenal bandel tapi berprestasi, Maverick dikenal seantero sekolah tanpa harus memperkenalkan diri dua kali. Ah, sekolahnya bahkan sudah lelah memberinya hukuman, karena tidak ada gunanya.

"Kamu hadi di rapat siang tadi?" Sang kepala sekolah duduk di hadapannya.

"Tentu saja, Sir Walsey." Sir Walsey, nama Sang Kepala Sekolah.

"Saya ingin kamulah yang mencari pelaku itu. Saya sudah katakan tadi bahwa saya tidak terlalu ingin menyerahkan pekerjaan ini pada kepolisian." Maverick masih dengan wajah santainya bertanya lagi.

"Kenapa harus saya, Sir? Banyak siswa HHCR yang lebih disiplin daripada saya." Hoho, lucu sekali memang Maverick ini, selalu mengelak.

Sang Kepala sekolah terkekeh, "Saya tahu kamu ini bandel dan banyak melakukan pelanggaran, bahkan tidak ada peraturan yang tidak kamu langgar. Tapi hasil penilaian menangkap kamu adalah siswa dengan tingkat intelegensi tertinggi, jadi..."

"... saya ingin memberikan tanggung jawab ini padamu sepenuhnya." Jelasnya luwes. 

"Sir Walsey, bukan bermaksud melawan, tapi bukankah seharusnya anda memberikan tanggung jawab berat ini pada orang yang lebih disiplin?" Tanya Maverick seraya menatap datar Walsey.

"Saya ulangi Maverick, kau yang terpintar. Kau memiliki sahabat yang cukup pula untuk melakukannya, saya tahu. Saya sudah mengirim data yang harus diselidiki, laksanakan, atau kau akan kuputus dari seluruh jaringan beasiswamu."

"Baik kalau Anda memaksa, Sir Walsey. Saya izin keluar, selamat siang, selamat beristirahat."

Maverick mengangguk, dengan hormat, ia membungkuk kemudian keluar. Tampang cuek dan bandel sekalipun, Maverick tetap punya sopan-santun dalam dirinya. Karena prinsip yang ia jaga dalam hati adalah, ia ini masih berasal dari keluarga yang baik.

Kakinya melangkah ringan kearah yang  berlawanan dengan Perpustakaan. Mengambil arah berputar, menghindari lorong untuk menuju perpustakaan itu. Entah ke mana kaki panjangnya itu akan membawanya.

11.25 AM

"Mave? Sudah selesai?" Zue sukses membuat Maverick menatapnya sebal karena terkejut.

It's Called Ending [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang