(WARN!!! Bahasa semi baku, terdapat beberapa kata kasar, terdapat hal-hal kekerasan sehubung pembunuhan, mengandung unsur darah, benda tajam, dsb.)
"Aku tanya sekali lagi, di mana kau menyembunyikannya?" Bisik Haven terakhir kalinya.
Maverick mengangkat pundaknya cuek, "Rahasia! Tidak akan ketahuan, aku tidak bisa memberitahu kalian di mana aku menyembunyikannya." Jelasnya.
"Kenapa tidak bisa?" Tanya Angga, kelimanya sudah kehabisan bahan percakapan.
"Kuberitahu lain waktu, nanti." Maverick mengeluarkan tangannya dari dalam saku seragamnya.
'Sialan ... masih membekas rupanya...'
Maverick berlari terlalu cepat saat menghindari siswa Asrama D itu, ia tersandung lalu jatuh ke tanah dan tangannya tergores batuan tanah yang ia hantam dengan tidak sengaja itu. Tentu bukan tergores dalam artian yang hanya luka ringan.
"Mave? Tanganmu baik-baik saja?" Rupanya Haven menyadari gelagat anehnya.
"Yeah..."
"Kau yakin?" Tanya Haven satu kali lagi, ia rasa, tangan Maverick sedikit bergetar karena rasa sakit.
"Tentu saja, aku baik-baik." Maverick memasukkan tangannya ke dalam saku.
Rasa sakit yang cukup kuat menjalar dari telapak tangannya sampai seluruh tangannya. Membuat Maverick meringis kesakitan, bukan sembarang luka gores rupanya. Haven menghela nafas, menarik keluar tangan Maverick, membuka telapak tangannya.
"Kau selalu saja ceroboh, sampai kapan kamu melukai dirimu? Bagaimana jika aku dan yang lain tidak bersamamu?" Haven mengeluarkan tisu basah yang selalu ia bawa, membersihkan luka Maverick.
"Ck, kau tahu itu, dan aku tidak perlu omelanmu. Aku sudah kenyang mendengarnya."
"Aku tidak mengomel, aku memberitahumu."
"Humph! Terserahmu lah..."
08.50 PM
"Hey, bagaimana kalau kita usul untuk menjaga bersama?" Tanya Zue di tengah kesunyian.
"Memangnya boleh, ya?" Frenand mengangkat alisnya bingung.
"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" Tanya Zue balas.
"Ayolah ... kalian tahu, kan? Haven dan Maverick terlalu pintar dan kuat, tak satupun guru mengizinkan mereka bertugas dengan grup!" Omel Angga.
"Oh ya? Kalau begitu kita harus menghadap kepala sekolah." Haven mengangkat alisnya ringan.
"Kau pikir kepala sekolah bisa membantu?" Angga berkacak pinggang sebal.
"Tentu saja, aku akan berbicara dengannya." Maverick berdiri, melangkah santai menuju ruangan kepala sekolahnya yang berada di gedung sekolah.
"Mave! Awas!"
Dipasang pengaman di setiap pinggir lapangan, karena adanya isolasi dadakan itu. Jika ada yang melintas, peluru berisi bius akan diluncurkan, tepat saat orang melangkah. Biusnya cukup membuat orang pingsan dalam hitungan waktu.
Hup! Satu kali tendangan, peluru berbentuk tabung berjarum dengan ukuran 3 cm itu tertolak sepatunya.
"What!!!?"
Maverick menunjukkan senyum miring kemenangannya. "What? (Apa?)"
Di sisi lain, semua siswa juga tercengang akan hal tersebut walau tak berkomentar. "Ka-Kau--"
Semua memasang wajah datar saat Maverick menunjukkan logo kelasnya dengan bangga. Ya, dirinya siswa dari kelas tahap bahaya tertinggi. Kecepatan tanggapnya berbeda. Tentu ia merasa sangat layak bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Ending [ ENDED ]
Mystery / ThrillerKarena tidak semua orang bisa mempercayaimu dan tidak semua orang bisa dipercaya. - Start, 29 Juni 2020. - End, 30 Agustus 2020. - Rombak I, 12 Juli 2021. - Rombak II, 12 Juli 2022.