Case #5

25 7 0
                                    

(WARN!!! Bahasa semi baku, terdapat beberapa kata kasar, terdapat hal-hal kekerasan sehubung pembunuhan, mengandung unsur darah, benda tajam, dsb.)

06.57 PM

"Mave?" Haven menepuk pundak Maverick yang berhenti berjalan secara tiba-tiba.

"Hah?" Maverick menoleh dengan wajah panik.

"Ada apa? Kau melamun sejak tadi."

Maverick menggeleng, "A-aku hanya ... argh ... sudahlah, ayo cepat!" 

Haven memiringkan kepalanya, sudah sangat biasa bagi Maverick jika ia tiba-tiba merasa sakit kepala karena trauma masa lalunya. Tapi tidak pernah Haven melihat ia sepanik belakangan ini. Ia berperilaku jauh lebih aneh.

"Aku rasa kau harus ikut kelas ketenangan, Mave. Itu bisa membantumu mengatasi traumamu."

"Aku benci kelas itu, Haven, kau tahu! Astaga..."

Haven memutar bola matanya malas, "Why? (Kenapa?) Ingatanmu akan terus menghantui jika kau tak melakukannya." Omel Haven.

Keduanya sudah tiba di Asrama B, tepat di depan kamar sahabat mereka. Sempat berdebat dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan saja agar dibukakan pintu oleh pemilik kamar.

"Katakan, kenapa kau tidak mau ikut kelas ketenangan itu?"

"Kelas itu dipenuhi pelatih perempuan, dan mereka terlalu haus belaian, dan aku tidak menyukainya!"

Haven menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu sejenak, tak lagi berkomentar, kemudian acuh tak acuh membuka pintu kamar sahabatnya. Tentu karena pemilik kamar sudah memperbolehkannya.

Angga menoleh cepat, "Woah, Haven! Maverick! Bagaimana kalian bisa kemari?"

Haven menggedikkan dagunya ke arah Maverick yang masih berdiri di ambang pintu. Kemudian masuk saja tanpa mengajak Maverick. Tampaknya ia sebal karena Maverick tidak menuruti sarannya.

"Woah, memang hebat kemampuan menyusup kalian, kalian pernah ikut pelatihan merampok bank?" Tanya Frenand yang baru saja keluar dari toilet.

"Hhh ... tidak, hanya latihan menyusup ke tambang atau perusahaan emas saja." Ucap Maverick kemudian menutup pintu kamar itu lagi.

"Hahaha, kau tahu, candaanmu sangat serius, Mave. Oh ya, jadi ... bagaimana? Kalian sudah temukan cara untuk keluar dari asrama nanti malam?"

"Sepertinya bisa, tapi asrama kita akan dijaga depan belakang untuk menghindari penyusupan di malam hari. Kami hanya bisa keluar saat giliran kami untuk bertugas." Jelas Haven.

"Hei, maaf mengganti topik, tapi apakah kalian tidak berpikir bahwa sebenarnya nama The Bloodiest Snowman bukan diambil dari kehebatannya dalam membunuh dengan bersih? Tapi dari ciri-cirinya secara fisik."

Zue tiba-tiba mengubah topik pembicaraan. Dibukanya laptop miliknya di depan semua sahabatnya. Menunjukkan beberapa file yang belum ia buka. Tangannya membuka sebuah folder, membiarkan rekan-rekannya memperhatikan layar laptop itu.

"Ada beberapa sketsa wajah dari calon korban Bloodiest Snowman, tapi sayangnya tidak ada satu pun sketsa yang menujukkan wajahnya tanpa masker hitam itu."

Zue memperlihatkan sebuah sketsa wajah yang memang menggunakan masker. Tampak susah dikenali karena yang terlihat hanya mata, alis, dan sedikit dari dahinya. Karena poni yang lebat menutupi dahinya.

"Bukankah dia terlihat sangat pucat? Beberapa saksi mengatakan bahwa ia memiliki kulit yang seperti albino! Ia sangat putih, tidak putih dalam artian yang manusiawi."

It's Called Ending [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang