(WARN!!! Bahasa semi baku, terdapat hal-hal kekerasan sehubung pembunuhan, mengandung unsur darah, benda tajam, dsb.)
11.02 AM
Frenand menarik tangan Angga secepatnya bergerak ke sisi lain ruangan itu, suara tadi ... suara yang sama dengan suara pembunuh orang tuanya, atau setidaknya sebagian karakteristiknya. Frenand sadar, ia sangat menyadarinya.
"Angga? Ada apa...?" Mata Angga melotot, terlihat dirinya sangat terkejut.
KRAK!
"Angga!? KAU KENAPA!?" Angga terjatuh ke dalam pelukan Frenand, darah mengucur dengan sangat deras dari punggungnya.
Sebuah pisau besi tergeletak di balik tubuhnya. "Frenand ... dia ... dia adalah bagian dari kita ... aku-- Akh! Berhati-hatilah..."
Suara Angga mulai serak, darah tak hanya keluar dari punggungnya melainkan juga dari mulut dan hidungnya, sebuah pukulan keras mengenai kepalanya. Kecepatannya juga tinggi hingga terdengar suara retakan yang keras.
"Dia? Dia siapa!?"
Angga tersenyum lemah, nafasnya sudah tersenggal, "Snowman ... The Bloodiest Snowman ... dia ... AKH! Bagian-- Uhuk-uhuk-akh, dari ... kita..."
Frenand terlihat blank. "Angga!!! Bangun! Tidak, tidak bisa seperti ini! Bangun sialan!" Angga membuka matanya, menatapnya lemah, tak berdaya.
"Kau harus berjuang, Frenand ... yang lainnya juga ... aku tidak akan melupakan kalian..." Tangan yang digenggam Frenand pun terjatuh, tepat digenangan darah.
Dan tubuh itu tak lagi bisa bergerak ataupun bernafas. Darah tetap mengucur keluar dari luka tusuk itu. Frenand menangis sekuat-kuatnya, tapi tak sedikitpun suara yang terdengar dari bibirnya, ia ketakutan, tapi ia juga bersedih.
Setidaknya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Sesuatu yang tidak sesuai dengan 'rencana' yang pernah ada. Ia tak bersuara, ia menjerit penuh sesal di dalam hatinya. Mungkin hanya ia yang tidak tahu tentang perubahan-perubahan itu.
BRAK! BRAK! BRANG! CLACK!!!
Terdengar suara pintu terbuka. "Frenand? Angga? Kalian di ... tunggu ... kau..." Itu Haven dan Maverick.
Haven tak melanjutkan bicaranya usai cahaya menyorot Frenand yang berlutut di atas lantai penuh darah. Frenand menggeleng, air matanya terus mengalir tak henti. Tangannya yang menyangga tubuh tak bernyawa Angga pun sudah lemas.
"Sial, kita harus segera pergi, ada bom dengan waktu peledakan 3 menit lagi!" Teriak Maverick yang baru saja tiba.
Tapi seketika, ia terlihat membeku terkejut saat kakinya menyentuh mayat Angga. Matanya melebar meski mulutnya tidak sedikitpun bersuara. Ia terkejut, tapi tanpa basa-basi, ia berjongkok di samping mayatnya.
Jemari lentiknya dengan perlahan meraba mayat itu. Seragam sekolahnya masih terpasang rapi, dengan atribut lengkap. Khas sekali dengan cara Angga berseragam. Tak asing baginya, melihat pemuda itu sangat rapi.
"Angga..."
Maverick menutup mata Angga, Frenand tetap menangis, Haven diam membeku, tidak bergerak, tidak protes, bahkan tidak membantu sedikitpun. Ia hanya membiarkan Frenand menangis di pundaknya.
Maverick mengatupkan tangannya, berdoa. Kemudian mengusap pelan kepala Angga. Entah dari mana ia paham agama seperti itu. Mengingat mereka selama ini 'hanya' sebatas tahu. Tak pernah sampai mendalami.
"Mave?" Maverick mengangguk, paham akan apa yang Haven berusaha sampaikan.
"Aku akan menggendongnya. Haven, kau bantu Frenand berjalan, kita tidak bisa bergerak lambat!" Maverick mengangkat tubuh tak bernyawa itu ke dalam tangan panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Called Ending [ ENDED ]
Mystery / ThrillerKarena tidak semua orang bisa mempercayaimu dan tidak semua orang bisa dipercaya. - Start, 29 Juni 2020. - End, 30 Agustus 2020. - Rombak I, 12 Juli 2021. - Rombak II, 12 Juli 2022.