Case #11

24 7 0
                                    

(WARN!!! Bahasa semi baku, terdapat hal-hal kekerasan sehubung pembunuhan, mengandung unsur darah, benda tajam, dsb.)

05.47 PM

Maverick menatap Frenand, hanya diam, usai cukup lama ia menangis tadi. "Kau ingin bercerita sesuatu?"

Maverick menatap Frenand sejenak, kemudian menggeleng cepat. Pertanda bahwa ia tidak ingin bercerita apapun pada rekannya itu. Frenand paham, Maverick tidak suka dipaksa. Ia mengangguk pasrah sebagai bentuk pemahamannya.

"Panggilkan dokter, aku ingin berbicara sesuatu dengannya."

Frenand mengangguk, ia segera berdiri dan pergi meninggalkan Maverick untuk mememanggil dokter. Maverick menatap tangannya, tertawa kecil. Seperti orang gila saja, ia tertawa semakin keras, lalu diam bungkam didetik setelahnya.

'Bodoh, sangat bodoh, hahaha, lagi pula ... siapa sih yang tidak bersandiwara saat ini? Semua orang melakukannya, kan?'

Clack!

"Aku kembali, dokter akan ke mari secepatnya." Ucap Frenand kemudian duduk di tepi kasur Maverick.

"Frenand, sebelum kau keluar ... apakah kau ingat Zue pindah sekolah karena apa?" Frenand mengangguk.

"Angga mati karena apa?" Frenand kembali mengangguk.

"Maka seharusnya kau sudah tahu ... alasan mengapa aku memintamu untuk memanggil dokter, mungkin, memang ini saatnya aku pamit kepada kalian."

Frenand mendekat, menggenggam erat tangan Maverick. "Kau tahu, kan? Aku akan selalu ada di sini."

Maverick tersenyum tipis, menggenggam dengan lemah tangan Frenand, "Tentu saja, aku tahu."

"Dan juga ... Frenand, apa yang Angga ucapkan benar adanya. Sampai jumpa, siapkan dirimu, Plan C akan segera dimulai, satu kesalahan lainnnya harus aku yang tuntaskan."

"Mave, kau tahu, aku, Haven, Zue, bahkan Angga, kita semua ada di sini untukmu."

"Ya, aku tahu. Aku yakin kalian pasti selalu ada."

"Di saat kita dapat bertemu lagi, jangan ragu untuk meminta tolong pada kita."

"Tentu, tentu saja."

Frenand sejenak menatap mata Maverick, ia menemukan penjelasan di balik apa yang Maverick bicarakan. Satu-satunya hal yang perlu ia tuntaskan hanya satu, menyelesaikan apa yang pernah ia mulai selama ini.

Brankar Maverick di dorong keluar. Meninggalkan Frenand yang masih belum terlalu paham. Ruangan itu sunyi. Frenand tak sedikitpun bertanya. Lidahnya kelu seketika, bahkan untuk berkata sampai jumpa pun tak sanggup.

'Plan C? Bukankah kau bilang hanya ada satu plan? Hanya Plan B bukan? Satu kesalahan? Fine... Hanya ada satu hal, satu cara,'

07.21 PM

Haven akhirnya siuman usai berjam-jam ia menetap di dalam ruangan terang benderang yang ia anggap sebagai dunia fana. TV di ruangannya menyala, sosok lain ada di ruangan itu. Dia tidak seorang diri, jelas. Meski kepalanya yang sangat berat tak bisa mengidentifikasi siapa dia.

"Seorang siswa kelas 11 SMA SAL ditangkap atas tuduhan pembunuhan..." Suara pembawa berita.

Zue Dai Fan, itu kabar tentang Zue. Kabar seorang Zue yang baru saja keluar dari sekolah mereka. Bisa dilihat dengan jelas foto profil Zue yang diambil dari kantor kepolisian. Tampak wajahnya lusut bak tak tidur berhari-hari, dengan rambut cepak karena ia sudah tertangkap polisi.

"Cih, banyak juga yang menganggap kita hanyalah anak kelas 11 SMA..." Haven menegakkan tubuhnya, walau sungguh, rasanya sangat sakit.

"Ah, kamu sudah sadar rupanya." Haven menoleh ke asal suara dengan cepat, was-was.

It's Called Ending [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang