DANIEL
"Hai!" kusapa gadis yang tengah mematung di ambang pintu. Tak dapat menipuku binar cinta di wajah oval itu. Dia pasti rindu sebagaimana diri ini.
Kami bersitatap dalam jeda menit, lalu kesadaran yang sempat terbang, hadir kembali. Seperti siput Nadia menghampiriku.
"Kak Daniel mau apa ke sini?" tanyanya dengan suara serak. Kalau grogi dia tak terkendali.
"Kangen kamu."
Itu benar, Dy. Tak bertemu denganmu sehari saja, rasa sewindu. Apalagi lebih dari itu. Lepas kenekatanku menyatakan cinta, aku makin tak waras. Takut kendali napsu terurai, kuputuskan menghilang hingga logika ini hadir lagi.
"Kamu pasti kangen aku juga, kan?"
"Ish, pede!"
Pipimu memerah, tuh. Sekuat apapun kamu menahan diri, percuma Sayang.
"Beneran Dy, aku kangen berat sama kamu. Jadi pengen meluk." Kugencarkan rayuan untuk melihatmu makin salah tingkah. Entahlah, itu amat menyenangkan.
"Kak Daniel apaan sih!"
Tawaku pecah juga. Seandainya boleh sudah kurengkuh tubuh itu. Namun, akalku masih bisa menakar bahwa itu sama saja menggiring diri ke medan pertempuran.
"Bentar lagi aku sidang, kalau gak ada hambatan bulan maret wisuda."
Kali ini nadaku lebih serius, sebab inilah alasan kedatangan. Aku tak bisa membiarkan Nadia diambil orang.
"Wah, Kak Daniel hebat, ya. Udah mau lulus aja."
"Iya, biar cepet bisa ngelamar kamu."
"Wew!" Meski bibirnya dikerucutkan mirip keong, tetap aja cantik.
"Ikut foto, ya, pas wisuda."
"Ngapain juga, ih!"
"Jadi pendampingku, lah. Masa Daniel Edgar foto sendirian, ngenes dong!"
Belum sempat Nadia membalas candaanku, orang tuanya masuk ke ruangan.
"Wah, ada tamu spesial rupanya." sapa lelaki yang memakai sarung kotak-kotak itu ramah. Sementara, wanita yang sepertinya ibu Nadia meletakkan teh manis hangat dan cemilan.
"Sehat Om, Tante. Maaf, malem-malem ganggu, nih." Kusalami ayah Nadia dan mengangguk sopan pada ibunya.
Kami berempat terlibat obrolan hangat. Sesekali tertawa dan menggoda Nadia. Setelah satu jam, kedua orang tuanya kembali masuk. Pengertian ternyata. Masalahnya aku masih ada urusan pribadi dengan putri mereka.
"Seandainya aku mencintai Tuhan, apa kamu mau bersamaku?"
Mulut Nadia sedikit terbuka, gadis itu memandangku lebih lama. meminta kepastian atas ucapan barusan.
"Apa yang aku ucapin di koridor itu benar adanya. Aku cinta kamu, Dy. Aku mau hidup sama kamu selamanya."
Nadiaku kalah, ia tak sanggup lagi beradu pandang dengan iris biruku.
"Tapi, aku gak bisa memeluk suatu keyakinan yang belum sempurna kuyakini. Aku butuh waktu untuk mencari kepastian. Berjanjilah untuk menungguku, Dy."
Nadia memilin ujung kerudungnya. Jelas sekali getaran pada jari-jarinya.
"Will you wait for me?"
Semenit dua menit Nadia masih membisu. Ruangan ini diliputi keheningan.
"Dy, will you?"
Suara detak jam makin terdengar nyaring. Sesekali tersaingi helaan berat napas di bibir kami.
"Kak Daniel ... datanglah padaku sebagai hamba yang tunduk dan cinta pada Tuhan Semesta Alam."
Aku seperti terbebas dari jeratan tambang ketakutan. Takut cinta yang kutawarkan dihempas. Rasanya ingin bangkit dan menyongsong tubuh itu, menggendong dan memutarkan di udara.
**
Sepulang dari rumah Nadia aku menelpon Salim. Kupikir pria itulah yang mampu memuaskan akalku.
Di hari yang ditentukan, Salim datang ke apartemenku. Tempat ini sengaja dipilih untuk menjaga privasi. Kami pun berdiskusi hingga lelah menghampiri.
"Bukti bahwa manusia itu mahluk adalah dia itu lemah, berawal dan berakhir, terbatas, butuh pada yang lain. Mas Daniel bisa liat sendiri, bayi yang baru dilahirkan, lemah banget, kan? Cuma bisa nangis, makan pun ASI saja. Tanpa bantuan manusia lain, bisa apa dia?"
Kugerakkan kepala ke atas dan bawah untuk merespon pertanyaannya.
Salim menberi contoh jika salah satu organ tubuh sakit. Misal, usus terinfeksi bakteri, buang-buang air intens, tubuh akan drop, tak bisa beraktivitas. Itu hanya satu organ. Bagaimana kalau semua organ terinfeksi? Padahal, bakteri itu mahluk super kecil. Itu bukti telak bahwa manusia itu lemah, yang lemah pasti butuh Pencipta untuk mengadakannya
Pemuda berjanggut tipis itu juga menyampaikan bahwa matahari yang lebih besar dari bumi juga lemah dan terbatas. Dia terikat pada garis edarnya, tak bisa bertukar tempat dengan planet, memiliki batas waktu bersinar di suatu belahan bumi. Menurutnya Pencipta benda itulah yang memaksakan garis edar. Pengatur mataharilah yang menentukan durasi waktu bersinar.
"Lalu, bagaimana Pencipta itu ada?" Ini pertanyaan yang muncul lepas penjelasan tadi.
Salim menjawab bahwa ada tiga kemungkinan terkait keberadaan Allah. Diciptakan yang lain, menciptakan dirinya, wajib adanya, tidak berawal dan tidak berakhir.
"Diciptakan yang lain jelas tidak logis, karena diciptakan adalah kelemahan sebagai bukti bahwa dia adalah mahluk atau ciptaan."
"Oke, masuk akal!" seruku.
"Menciptakan dirinya sendiri juga tak logis. Di satu sisi dia kuat karena sebagai pencipta. Di sisi lain menjadi mahluk lemah karena diciptakan. Kesimpulannya batil kalau Tuhan menciptakan dirinya sendiri. Tentu yang tepat adalah Pencipta itu wajib adanya, tidak berawal dan tidak berakhir."
Aku kalah di hadapan penjelasan logis tentang keberadaan Tuhan. Ternyata penjelasan Islam terkait keberadaan Allah itu masuk akal dan tak sanggup ditolak jiwa.
"Allah itu, zatnya seperti apa?" tanyaku lagi.
Salim menjelaskan bahwa cara memahami keberadaan dan zat Allah itu berbeda. Keberadaan Allah bisa dijangkau oleh akal dengan memperhatikan ciptaan-Nya. Memahami zat Allah, tidak bisa sebab akal manusia terbatas, tak bisa menjangkau zat yang tak terindera. Jadi untuk tahu zat Allah, harus merujuk pada informasi yang berasal dari Qur'an
Dia menyampaikan ayat Al Qur'an yang isinya bahwa Allah itu tunggal, tempat seluruh mahluk bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada yang setara dengan-Nya.
Kami membuat kesepakatan untuk berdiskusi minimal seminggu sekali. Kesibukan menyusun skripsi dan pengelolaan usaha yang sedang rintis membuat tak bisa terlalu intens bertemu.
===
Tersedia di
KBM APP
EBOOK (Playstore)
NOVEL CETAK (081261934594
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FISABILILLAH
Storie d'amoreNadia seorang pejuang dakwah disukai oleh Daniel seorang atheis. Peristiwa yang menghambat dakwah semakin membuat mereka dekat, Daniel pun mulai tertarik pada Islam Leo dan sekutunya yang tak suka pada dakwah melakukan segala cara untuk membubarkan...