26| Expectations

519 42 4
                                    

HAPPY READING!

____________


"Bagaimana dengan teknisinya?” Tanya Theo setelah memperhatikan presentasi yang dilakukan oleh sekertaris dari Gibert Millan.

“Kami sudah membuat rancangan sepatu yang akan kami diatribusikan dan kami telah sepakat untuk menggunakan label perusahaan Anda sebagai pemasarannya jika Anda berkenan.” Jelas Gibert Millian selaku pemilik usaha sepatu yang cukup terkenal namun tidak lebih terkenal daripada Theo.

“Banyak hal yang harus kupertimbangkan. Pasalnya, banyak sekali brand yang ingin berada dinaunganku. Dan dipasarkan di dalam mall milikku. Tetapi, ini cukup menarik melihat design dan kualitas sepatu milikmu.” Jelas Theo seraya kembali melihat design yang berada di tangannya dengan seksama.

“Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan kualitas yang bagus. Kuharap kau menyetujuinya.” Ucap Gibert seraya memohon.

“Apa yang membuatmu sangat ingin bekerjasama denganku?” Tanya Theo seraya menaikkan alisnya. Ia selalu menanyakan alasan seluruh client yang bekerjasama dengannya.

“Karena berkerjasama denganmu di dunia bisnis tak bisa diragukan lagi. Banyak pengusaha brand lain yang mendapatkan keuntungan akibat bekerjasama denganmu. Itu yang membuat kami tertarik.” Jelas Gibert yang berusaha menyakinkan Theo.

Theo menatap tajam kearah Gibert, “Semua orang ingin diuntungkan dan akupun sama. Setelah kuputuskan kau harus lebih meningkatkan kualitas barangmu agar menarik perhatian banyak orang, Mengerti?” Sahut Theo yang dianggukki oleh Mr. Millan.

“Aku akan mempertimbangkannya,” ucap Theo seraya menutup laptop miliknya.

“Mengapa tidak langsung saja? Bukankah kau menyukai design dan perencanaan pemasaranku?” Tanya Gibert Millan seraya mengerutkan dahinya.

Theo mencondongkan tubuhnya, tatapannya berubah dingin dan datar. “Aku menyetujuinya bukan berarti aku memperbolehkan kau mendapat untung dari kerjasama ini.” Tekan Theo yang membuat Gibert bungkam.

Auranya terlalu menyeramkan dan Theo tidak segan memperlihatkan sisi buruknya kepada koleganya. Walaupun begitu, orang-orang tetap berlari kearahnya hanya untuk menguntungkan bisnisnya.

Theo melayangkan tatapannya kepada rekan-rekan direksinya yang berjejer di hadapannya.

“Rapat hari ini cukup sampai disini.” Tutup Theo yang kemudian pergi meninggalkan ruangan meeting tersebut diikuti oleh Adam dan Dennis dibelakangnya.

Jangan tanyakan kemana Mawar. Karena wanita itu tengah mempelajari proposal yang akan dipersentasikan besok di Paris, Prancis. Walaupun pada awalnya ia harus memohon-mohon seraya menjatuhkan seluruh gengsinya kepada Theo agar ia tidak ikut meeting hari ini. Tentu saja, beralasan dengan kemampuan Dennis yang lebih baik daripada dirinya.

“Sudah selesai?” Tanya Mawar saat melihat Dennis yang memasukki ruangannya.

“Lama sekali,” gerutu Mawar karena ia harus merelakan Dennis selama dua jam untuk berada di ruangan menyebalkan itu. Karena Dennis-lah yang membantunya selama tiga hari ini.

“Dua jam waktu yang ideal untuk membahas kerjasama antar perusahaan.” Jelas Dennis yang kemudian melangkah menuju kursi yang berada di depan Mawar.

“Ya, ya, ya. Terserah padamu. Mari lanjutkan yang tadi tertunda.” Sahut Mawar seraya melebarkan senyumannya.

“Wait, aku ingin menagih janjimu dulu.” Sergah Dennis yang mampu melunturkan senyuman Mawar.

The Bad Boy STUCK With A Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang