14| Unknown People

607 45 6
                                    

Halloo semuanyaa!!! Author balik lagiii setelah beres lebaran, hehehe.

Mohon maaf lahir dan batin yaa para readersku tercinta😭🥰 maaf kalau author punya salah sama kalian (nggak kayanya) yang disengaja ataupun tidak yaa!!!

Semoga kita ketemu lagi di ramadhan tahun depaan! Aamiin paling serius!

ENJOY THIS STORYY!!!

*Didedikasikan untuk people-people yang kangen Theo*

HAPPY READING!!!!

_____________



The Mark Hotel, Manhattan-New York
7.30 PM

Hotel yang digadang-gadang sangat mahal permalamnya di New York ini menjadi tempat untuk dilangsungkannya pesta ulang tahun sang pembisnis dari Spanyol.

Pembisnis itu memang tak kalah berkuasa dengan Theo jika menyangkut tentang dunia bisnis. Bahkan, ballroom tempat dilangsungkannya acara sudah sangat penuh oleh lautan manusia yang berjalan kesana-kemari mengelilingi ballroom ini.

Theo masih berada di dalam supercarnya bersama Mawar yang sedari tadi hanya diam saja. Sebenarnya ia enggan, namun akibat pemaksaan oleh wanita yang dikaguminya ini membuatnya tak kuasa menolak.

Walaupun ia sudah berusaha untuk memberikan penolakan.

Lain halnya dengan Mawar yang sedari tadi menatap bagian depan hotel yang sangat banyak dikerumuni para undangan yang hadir. Tidak terlalu banyak namun, cukup padat.

“Ayo,” Ajak Theo sembari membuka pintu supercarnya yang dianggukki oleh Mawar.

Demi Tuhan! Mawar amat sangat malu sekali setelah ciuman yang memabukkan sekaligus berbahaya itu. Ia tidak berani menatap wajah Theo yang malah biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Mawar ingin marah dan menampar pipi tirus pria itu. Namun, ia pun sadar bahwa sejak ciuman itu berlangsung dirinya pun menerima dengan senang hati kehadiran Theo.

Jalang! Jalang! Jalang! Mati saja kau Mawar! Batin Mawar yang meruntukki dirinya sendiri.

Malu, namun sudah terlanjur. Ah, lain kali ia tidak mau terlalu lama berduaan bersama Theo di tempat yang sepi. Sangat berbahaya dan Mawar selalu kehilangan kendalinya.

Sebenarnya, kenapa Theo memiliki aura seperti itu jika bersamaku?
Mengapa Theo seperti pria yang segalanya bagiku?

Atau Theo seseorang yang berarti untukku?

Tapi…..

Mengapa bisa?

“Ms. Widianto, kau ingin keluar atau kutinggal?” Ucap suara bariton yang menginterupsi dirinya yang masih di dalam mobil sembari melamun.

“A-ah, Maaf.” Balas Mawar dengan gugup.

Pemandangan itu tentu saja tidak luput dari pandangan Theo. Lihat saja, kini dirinya ingin tertawa seraya mencubit hidung wanita itu gemas. Seperti yang selalu ia lakukan saat mereka masih berpacaran.

Ah, berpacaran. Sudah lama sekali.

“Pegang lenganku.” Perintah Theo dengan datar yang tidak langsung disetujui oleh Mawar.

What?

“Semua orang berpasangan disini.” Jelasnya sembari mengedarkan pandangannya pada orang-orang di dalam ballroom.

“Aku bukan pasanganmu!” Sahut Mawar yang membuat Theo menatapnya tanpa emosi.

Theo berdecak dalam hati. Padahal ia sudah mati-matian menurunkan harga dirinya agar Mawar mengalungkan tangannya di lengan kekarnya. Agh, mengapa sesulit ini?!

“Aku Bossmu, ikuti perintahku.”
Mawar memutar bola matanya, antara sebal dan malu karena kejadian yang belum luput dari pikirannya.

Yes, Sir.”

Theo tersenyum sangat tipis, Mawar masih segan menyentuhnya. Mungkin saja akibat dirinya yang lancang mencium wanita itu secara tiba-tiba di lift. Oh, ayolah, Theo sudah tidak tahan melihat penampilan Mawar yang sangat memukau malam ini. Sehingga dirinya tidak ingin memperlihatkan tubuh seksi wanitanya kepada orang lain.

Tapi, ini tidak bisa ia lakukan. Belum saatnya.

Mawar memegang erat lengan kekar Theo yang ia pegang. Ia menghela napasnya, mencoba untuk bersikap tenang. Astaga, ia sangat gugup mengingat siapa Theo dan siapa dirinya. Jika sudah dibandingkan saja pasti Mawar berada di derajat terendah. Okay, sepertinya Theo sudah gila untuk menunjuknya sebagai pasangannya malam ini.

Mawar mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ballroom mewah tersebut. Dirinya mengernyitkan dahi tatkala tidak melihat sosok pria yang berstatus adik dari Bossnya ini.

“Bukankah Dante di undang?” Tanyanya pada Theo.

Theo mengedikkan bahunya, “Ia kabur dan memilih menghadiri contest piano nasional.” Balasnya.

Mawar mengangkat kedua alisnya, terkejut. “Benarkah? Hebat! Seharusnya aku mengikuti Dante saja.” Gumamnya yang masih di dengar oleh Theo.

“Ingat posisimu, Nona.”
Mawar berdecak tanpa membalas perkataan Theo. 

Oh My God! Apakah itu Mr. Grueddy? Siapa wanita yang ia bawa?”

“Apakah dia pasangannya? Big no! Theo milikku.”

“Wanita itu biasa saja, lebih cantik diriku.”

Well, sepertinya akan ada berita hangat sebentar lagi.”

Mawar terus mendengarkan apa yang wanita-wanita itu ucapkan padanya. Ia bergerak gelisah sedangkan Theo tetap pada karismanya yang gagah dan sangat berkuasa. Seolah kehadiran dirinya dinanti-nanti oleh koleganya disini.

Mawar meringis pelan saat menyadari betapa terkenalnya Theo. Habislah dirinya jika seluruh orang yang berada disini tahu bahwa dirinya yang menjadi tersangka berita bohong itu. Ya, walaupun ia bisa saja mengelak dan mengatakan bahwa itu fitnah. Tapi untuk kali ini tidak. Tidak ada lagi yang mempercayainya.

“Jangan menghiraukan mereka,” ucap Theo yang tak menatap Mawar. Ia terus memperhatikan langkahnya dengan tatapan sengitnya.

Mawar menunduk, merasa paling terburuk jika bersanding dengan Theo.

“Jangan menunduk! Kau merusak reputasiku.” Ucap Theo lagi yang membuat Mawar melayangkan tatapannya pada Bossnya itu.

Apa ada kaitannya dengan Mawar jika dirinya menunduk?
Ah, ya. Theo akan malu berada disisiku. Batin Mawar.

Mawar menggelengkan kepalanya. Tidak, ia sebagai sekertaris pribadinya tidak boleh merasa rendah diri. Ya, hitung-hitung sebagai balas budinya pada pria itu.

Lagi-lagi balas budi. Pikir Mawar sembari mengeluh pelan.

“Jangan mengeluh! Kau seperti menderita berada disisiku.” Ungkap Theo yang lagi-lagi membuat Mawar melayangkan tatapan protesnya.

“Memang,” sahutnya kecil.

Whoa! Look, siapa yang datang!” Seru pria berpostur kekar walaupun rambutnya telah sebagian memutih.
Mawar melepaskan kaitannya pada lengan Theo saat mengetahui jika tugasnya telah selesai.

Theo menyunggingkan senyumnya tipis, sangat tipis. Kemudian menjabat pria tersebut.

Nice to meet you, Mr. Ellard.” Sapa Theo dengan suara beratnya.

Yeah, sudah tiga tahun kau tidak menghadiri acara ulang tahunku.” Ungkap David Ellard yang menjadi salah satu koleganya.

Mawar menatap David dengan tatapan anehnya. Setiap tahun ia merayakan pesta besar seperti ini? Orang kaya bebas. Batin Mawar yang refleks mengedarkan tatapannya pada seluruh ruangan mewah ini.

“Aku sangat sibuk,” ucap Theo pada David yang dipercayai saja oleh pria itu.

“Ah, ya.” David melayangkan tatapannya pada Mawar yang masih memantung dan mendengarkan percakapan membosankan kedua pembisnis itu. “Siapa wanita Asia ini?” Lanjutnya sembari menatap Theo.

Theo merengkuh pinggang kecil Mawar dan menariknya agar tubuh kecil itu menempel padanya. “My girlfriend.”

What? Pacar? Bukankah seharusnya ia bilang bahwa aku adalah sekertarisnya? Benar-benar licik. Batin Mawar setelah menatap tajam kearah Theo.

David menatap Theo dengan tatapan tak yakinnya. “Are you sure? Sepertinya ia keberatan,” kekeh Davida saat melihat wajah Mawar.

Mawar menyinggungkan senyumnya dengan terpaksa. Ia tidak ingin salah bicara disini. Atau dirinya akan mati berdiri seperti kejadian beberapa minggu lalu.

“Ia terlalu memprivasi hubungan kita. Ia pemalu.” Ungkap Theo yang menatap Mawar dengan tatapan berbeda kali ini membuat Mawar sedikit tertegun.

Itu…. Tatapan itu saat dirinya pertama kali menatap Theo. Tatapannya sangat familiar. Penuh kelembutan dan kasih sayang. Mawar dilema, sebenarnya siapa Theo? Mengapa Theo selalu mengingatkannya kepada Ares?

Apakah….

Big no! Teriak Mawar dalam hatinya sembari menggelengkan kepalanya.
Ares sudah lama hilang dari belahan bumi manapun. Mana mungkin Ares menjelma menjadi seseorang yang lain. Ares hanya satu dan Ares telah mati.

The Bad Boy STUCK With A Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang