HAPPY READING!!!
_____________
Grueddy’s Mansion, Manhattan-New York, USA.
11.30 PM
“Seriously, Daddy! Kau membatalkannya lagi?!” Bentak Dante setelah kedatangannya dari Los Angeles menuju New York.
Billy menagangguk, “Aku tidak akan membiarkanmu lagi kali ini.”
Dante tertawa seraya memijit dahinya yang berdenyut, “Ini impianku, Dad! Kau selalu mengacaukannya!”
“Aku telah membebaskanmu sampai umur 22 tahun dan kali ini tidak akan kubiarkan lagi,” balas Billy dengan dingin seraya menyilangkan tangannya di depan dada.
Dante mengepalkan kedua tangannya, “Apa maumu?” Tanya Dante dengan tajam.
“Sepertinya tidak perlu kujawab lagi. Aku sudah lelah mengatakannya.” Balas Billy tak kalah tajam.
Dante mengeluh keras, “I can’t.”
“Why? Tidak ada kata tidak bisa jika kau mau berusaha. Kau tahu bukan jika aku tidak menyukai sifat pembangkang?” Balas Billy dengan keras kepalanya.
“Kenapa harus bisnis, Dad? Aku bisa membuatmu bangga dengan caraku yang lain. Kenapa kau malah membuatku bergelut dengan hal yang tak kusukai?!” Sahut Dante dengan emosi. Cukup, dirinya tidak mau kalah lagi.
“Kau anakku! Kau penerusku! Sudah seharusnya kau mengikuti jejakku. Tidak ada penolakan untuk kali ini, Dante. Atau kau tidak akan
mendapatkan apa-apa lagi setelah ini!” Telak Billy dengan suara kerasnya membuat Dante menatap benci Daddy-nya.
“Aku membencimu!” Balas Dante kemudian melangkah pergi menuju pintu utama mansion mewah tersebut.
Dante menghela napasnya, kemudian ia merogoh saku nya untuk mengambil ponsel mahalnya.
“Yo, what’s up!” Sapa pria di seberang sana.
“Dimana?” Balas Dante.
“Night 204 Club. Why?” Sahut pria di telepon tersebut.
“Aku kesana.” Balas Dante kemudian mematikan sambungannya secara sepihak.
Sudah ribuan kali Billy menggagalkan kontesnya sejak Dante menginjak usia 15 tahun. Tetapi, Dante yang kala itu masih diam saja dan menuruti apa kata Daddy-nya itu. Namun, kali ini tidak lagi. Ia sudah menginjak angka 22 tahun dan ia berhak mengatur hidupnya tanpa campur tangan orang lain. Yeah, kedua orangtuanya merupakan orang lain di kehidupan Dante.
Tetapi, tetap saja. Dante lemah terhadap Calina. Dante benar-benar menyayangi wanita yang telah melahirkannya itu. Hamya tiga orang wanita yang ia cintai dan kasihi. Calina, Natalia, dan tentu saja—Mawar.
Dante menghidupkan motor sport berwarna hitamnya menuju club yang sering didatanginya bersama kedua temannya. Jalanan Manhattan kali ini terasa padat dan tak bisa dipungkiri bahwa setelah Dante sampai di tujuannya, banyak pengunjung yang datang kemari.
Ah, sial.
Dante memasukki club yang tidak terlalu mencolok tersebut. Club itu berada di dalam hotel mewah. Harus memasukki hotel yang dijaga ketat tersebut terlebih dahulu sebelum memasukki club tersembunyi ini.
Ya, club ini hanya didatangi oleh orang-orang ber-dollar saja. Dengan harga yang fantastis di setiap gelas wine yang disajikan. Club ini adalah tempat favoritnya bersama Theo. Keduanya selalu menghabiskan waktunya disini—jika Theo tidak sibuk. Tetapi, Dante harus menelan sakit hatinya terhadap Theo karena tepat di hari ini Theo menjalani bisnis bersama Mawar, sekertarisnya.
“Yo, Dante Grueddy!” Panggil pria bersurai pirang dengan struktur wajah khas eropa tersebut. Ia memiliki lesung pipi di sebelah kanan, cukup tampan dengan senyumnya yang ramah.
“Yo, Mitchel!” Balas Dante dengan senyum lebarnya yang kemudian menghampiri Mitchel juga pria yang bernama Aron disebelahnya.
“Sudah lama tidak berjumpa, eh?” Sapa Aron seraya merangkul wanita di sebelahnya. Pria itu selalu datang ke club ini dan selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan sahabatnya.
“Aku sibuk.” Balas Dante dengan cepat.
“Sibuk? Sibuk apanya?” Mitchel menyahut. Tentu saja ia tahu apa saja kegiatan Dante karena hanya Mitchel yang selalu mengetahui apa yang dilakukan Dante.
“Perusahaan, kontes piano.” Balasnya dengan asal seraya mulai menuangkan minuman keras tersebut di gelasnya.
Aron menatap Dante dengan tatapan tertariknya, kemudian ia menyuruh jalang tersebut untuk pergi dari jangkauannya. Tersisa ketiganya yang duduk di sofa empuk dengan diiringi suara dentuman keras pada malam ini.
“Aku tahu alasan pastinya!” Celetuk Aron seraya mencondongkan tubuhnya.
“Kontesmu gagal lagi, bukan? Dan tentu saja kau bersiteru dengan Mr. Grueddy. Bagaimana? Benar bukan?” Jelas Aron yang membuat Dante dan Mitchel membelalakan matanya. Oh, Sorry, hanya Mitchel yang membelalakan matanya.
“Dari mana kau tahu? Kau membuntutiku?” Tanya Dante dengan sarkas.
Aron mengedipkan salah satu matanya, “Oh, C’mon, Man. We are best friend, Right?”
Mitchel berdecih, “Kau seperti pedofil, Aron.”
“Hey, Watch your mouth!” Desis Aron yang kemudian dihadiahi tawa keras oleh Mitchel.
“Jadi, apa masalahmu?” Tanya Mitchel kemudian.
“Nothing,” Dante meneguk wine-nya lagi tanpa mempedulikan kedua sahabatnya yang menatapnya aneh.
“Nothing? Apa semua masalahmu tidak ada apa-apanya?” Tanya Aron dengan tatapan mengejek.
“Aku sudah terbiasa.” Balas Dante membela diri.
“Terbiasa tunduk kepada Daddy-mu dan menyerahkan cintamu kepada Kakakmu, Begitu?” Pancing Aron yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Dante.
“Mengapa kau terus menyudutkanku?” Tanya Dante mencoba tenang.
“Tidak, aku hanya ingin membuatmu sadar bahwa kau berhak mendapatkan apapun yang kau mau. Kau hidup tidak untuk ditekan, Dante!” Jelas Aron kemudian.
Dante terdiam, ketiganya sama-sama terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aron benar, ia tidak hidup dengan tekanan dari semua orang. Walaupun tekanan tersebut berupa tekanan positif untuknya namun, tidak selamanya hal itu di bilang positif. Karena Dante sudah menyadari bahwa ini terlalu berlebihan.
Daddy-nya tidak perlu mencampuri urusannya lagi.
Ia berhak menentukan hidupnya di umur 22 tahun.
Dan ia harus memperjuangkan cintanya walaupun itu salah di mata semua orang.
“Apa maksud dari menyerahkan cintamu untuk Kakakmu?” Tanya Mitchel setelah hanya dentuman musik dj yang menemani ketiganya.
Aron mendelik, “Kau lupa?” Tanyanya.
Mitchel mengusap dagunya dengan tangan kanannya, menyiratkan ia tengah berpikir keras. “Yes, maybe I’m forget.”
“Mawar Widianto si wanita Asia itu. Kita sering membahasnya, Dude!” Geram Aron yang gemas kepada Mitchel. Mitchel dan Aron merupakan pria berperawakan tinggi dan berotot. Tak kalah dengan Dante namun, tetap Dante yang paling unggul diantara ketiganya.
“Ah, wanita itu. Sudah lama aku tidak melihatnya. Wait, bukankah ia pernah masuk trending di berita karena kasus tuduhannya?” Tanya Mitchel yang membuat Dantd memutar bola matanya dengan malas.
“Stop it! I don’t wanna hear!” Sergah Dante dengan tatapan malasnya.
“Am I wrong?”
“Yeah, I think.” Balas Aron karena Dante tidak menghiraukan Mitchel dan lebih memilih memejamkan matanya sejenak.
“Bagaimana?” Tanya Mitchel ambigu.
“Bagaimana apanya?” Tanya Dante.
“Hubunganmu dengan si wanita Asia itu?” Ucap Mitchel.
“Biasa saja.” Balas Dante setelah menarik napasnya.
“What, biasa saja? Setelah 9 tahun tidak bertemu kau tetap bilang biasa saja?!” Tanya Mitchel dengan raut tidak percayanya.
“Aku baru bertemu dengannya sebanyak dua kali. Lalu, apa yang berkesan. Tidak ada!” Balas Dante yang dibenarkan oleh keduanya.
“Kau tidak ingin mengejarnya? Apakah Kakakmu begitu mempesona kaum hawa?” Tanya Aron dengan decihan kecilnya.
“Hey, ia seorang dominan!” Terang Mitchel.
“Tetapi, Dante tak kalah dominan. Kau tahu keahliannya bersama para jalang di ranjang, Bukan?” Tanya Aron seraya mengedipkan salah satu matanya, membuat Dante menajamkan tatapannya.
“Shut up!”
“Hahahaha….. Sungguh, aku telah mengakuinya!”
“Diamlah, Aron.”
“Hello, are you Dante Grueddy?” Sapa wanita yang kini berada di samping Dante dengan pakaian minimnya. Rambutnya berwarna hitam dan tubuhnya sangat ideal. Tentu saja, kedua sahabatnya membelalak tak percaya.
“Wow, look! Apa kubilang ia pria penuh pesona. Hahahaha!” Ejek Aron seraya tertawa keras.
“Lady, siapa namamu?” Tanya Aron dengan senyum buayanya.
Wanita itu menatap Aron dengan sinis. “Not your business, Pretty boy!” Balas wanita itu.
“What? Hahahaha!” Mitchel tidak dapat menahan tawanya saat melihat Aron yang jelas-jelas ditolak oleh wanita itu.For the first time Aron ditolak oleh seorang jalang! Menakjubkan!
“Would you like to be my one night stand?” Tanya wanita bersurai hitam itu dengan gerakan yang sensual mengundang hasrat Mitchel dan Aron yang sedari tadi memperhatikannya.
Pria itu seorang dominan, kau harus menaklukannya.
Jadilah jalang untuk semalam saja.
“Yes, I would.” Ucap Dante dengan sekali tarikan napas membuat kedua sahabatnya heboh dan berdecak kagum.
“Lady, ia pria dominan-”
“Ya, aku tahu.” Potong wanita itu dengan tatapan datarnya berbeda saat ia menatap Dante yang sudah berdiri di depannya meneliti setiap lekuk tubuhnya.
Astaga, untung saja ia cantik. Batin Aron.
“Good luck, Lady. Taklukan pria itu!”
“Just one night, Dude! There is no other night!” Sahut Dante dengan cepat.
Wanita itu menyeringai, kemudian ia mendekatkan tubuhnya ke tubuh kekar Dante di hadapannya membuat dada wanita itu bergesekan dengan dada kekar pria di depannya.
Wanita itu mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Dante, ia mengabaikan seluruh tatapan dari dua pria menyebalkan di sebelah keduanya.
“Hotel? Apartement? Atau disini?” Tanya wanita itu dengan bisikan di depan bibir Dante.
Dante menahan hasratnya, ia sudah kebal dan tahu cara mengatasi jalang seperti ini. Seharusnya ia tidak mudah terangsang dan tertarik dengan wanita yang berasal dari club manapun. Namun, ini seperti tidak biasa.
Sampai ia harus meruntukki dirinya sendiri setelah bibirnya mengucapkan hal yang salah.
“Penthouse-ku.” Balas Dante tanpa sadar karena untuk pertama kalianya pria itu mengajak seorang jalang ke ruangan paling pribadinya.Dante kemudian melumat bibir wanita itu yang sungguh menggodanya dengan keras seolah tidak ada hari esok membuat wanita itu terperanjat beberapa detik kemudian membalas ciuman yang sebenarnya tidak mampu ia imbangi.
Dante lebih merapatkan tubuh keduanya dengan kedua tangan kekarnya berada di pinggang ramping wanita itu yang pas dalam rengkuhannya.
“Hey! Jangan melakukan itu di hadapan kami!” Teriak Mitchel seraya mengusap wajahnya yang memerah. Sungguh, ia pun ingin mencari jalang sekarang juga!
“Aish, si dominan ini!”_____________
Hai hai haii!!! Bagaimana kabarnya?
Author update lagi setelah 4 hari menghilang!!!
Mau curcol sebentar.....
Sebenernya author pengen ceritain lebih jauh sikap Dante ini dan karakternya seperti apa. Tapi, author pengen kasih sekilas kaya gambaran gitu loh buat kalian biar tau gimana sih Dante yang biasanya minta mobil sport si Theo tuh😂. Tapi, kayaknya author bakal lanjut ceritain dia di cerita Dantr sendiri. Karena lebih jelasnya author nggak mau kasih banyak bocoran!!!
Daaannn..... Untuk story Frans-Marisca enaknya update kapan ya? Niatnya author pengen tuntasin Grueddy series dulu baru Williams series🙂 but, author nggak secepat roket kalau update tuh😭
Minta pendapatnya dari readers tercintakuu lebih baik cerita Frans dulu atau Natalia?
Komen yaa😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy STUCK With A Girl
RomansaThe sequel of Still Holding Her •• I cannot eliminate you from my mind. Oh, so embarrassing!•• DON'T COPY MY STORY!! THEO MARQUELZA GRUEDDY. Pria dengan sejuta kekayaannya sebagai ahli waris putera sulung dari keluarga Grueddy. Pria...