Helaan nafas muncul dari pemuda bernama belakang pratama itu. Dia sudah pusing liat tugasnya, di tambah liat teman-teman 'tak kasat mata' nya itu sedang berseliweran.
Ada yang mengganggu kating, bergelantungan di lantai 3, main kejar-kejaran, liatin ikan di kolam.
Lihat? Bahkan teman 'tak kasat mata' nya saja gak kalah random.
Sesial itu jinyoung. Punya teman di satu alam aja bawaannya pen nyebut. Ini di tambah lagi 'teman-temannya'.
Jinyoung memijat kepalanya karena sudah kepalang pusing. Selain mengerjakan tugas, dia juga harus mengawasi 'teman-temannya' itu. Takutnya ada satu yang iseng masuk ke badan orang.
"Young."
"FAK!! Anying. Jan ngagetin goblog. Gak lucu kalo laptop gua jatoh." - baejin
Sedangkan si pelaku hanya menyengir dengan ekspresi watadosnya.
"Santuy. Kita ada sultan." Kata seungmin sambil nunjuk yunseong yang lagi rebutan ratu perak sama hyunjin.
"Terkadang gua masih gak percaya, waktu pertama ketemu yunseong dia lempeng. Dan gua udah mikir, dia pasti orang yang bosenin. Ternyata satu server sama kita." - jongho
"Pertama kali renjun bilang kalo sepupunya pindah kesini, gua kira chenle." - hanjis
"Gak lu aja. Gua juga ngira begitu. Ternyata sepupu lainnya yang songong." - baejin
"Tapi lu liat gak sih perbedaan yunseong sama chenle?" - seungmin
"Apatu?" - hanjis ft jongho
"Buwung puyoh." celetuk baejin tiba-tiba. Sontak 3 orang itu langsung bertepuk tangan.
"Semangat brou. Dikit lagi lucu." - seungmin
"Sialan." - baejin
"Ada teh apani?" Tanya hyunjin yang lagi makan coklat ratu perak setelah melewati beberapa rintangan untuk merebutnya dari tangan yunseong. Dan kini keduanya bergabung dengan keempat temannya itu.
"Gak jadi ke markas?" - yunseong
Markas yang mereka maksud adalah kafe haechan.
Akhirnya, setelah 1 book mereka punya markas permanen.
"Ntar brou. Nanggung." Balas jinyoung masih dengan tatapannya ke arah laptopnya.
Bruk!
Keenamnya menoleh ke arah suara. Salah satu mahasiswa menjatuhkan tumpukkan kertas tidak jauh dari tempat duduk mereka. Dengan inisiatif, hanjis langsung membantunya.
"Sini gua bantu." Tawar hanjis.
"Ah... makasih ya."
Hanjis masih fokus memungut kertas yang berjatuhan, sedangkan yang lainnya menatap keduanya dengan tatapan tak percaya.
"Nih, ker... tasnya." hanjis menatap pemuda di depannya ini dengan tatapan gak percaya juga. Tangannya bergetar. Dia-- bukan, mereka yang melihat mahasiswa ini benar-benar gak percaya. Mereka mikir, ini pasti mimpi. Tapi ini terlalu nyata untuk dianggap mimpi.
"Tumpuk aja, gapapa kok." ujar pemuda itu. Namun, tak ada respon dari hanjis.
"Eum halo?" Pemuda itu bingung saat melihat hanjis yang diam saja.
"Permisi?" pemuda itu berusaha untuk membuyarkan lamunan hanjis, dan ternyata berhasil.
"Ah, ini. Lain kali hati-hati ya." Pesan hanjis dan diangguki oleh pemuda itu. Setelah itu, pemuda pergi dari hadapan hanjis. Hanjis masih berdiri menatap kepergian pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Generation of Bitterness
Fiksi Penggemar"Kami adalah generasi di masa kepahitan, yang sedang mencari manisnya kehidupan." (sequel of go block sq) - harsh word