Hari ini hari ke-25 Ramadhan, bisa dipastikan sebentar lagi Lebaran. Semenjak aku kesal dengan Karin, aku jarang menghubunginya lagi. Namun, setelah kupikir-pikir masalah ini gak akan beres hanya dengan aku mendiamkan teman-teman yang sudah menemaniku dari dulu, setia membantuku, selalu ada untuku walaupun kadang memang aku teman yang menyebalkan untuknya.
Aku memutuskan untuk memperbaiki hubunganku dengan Karin lagi, setelah dulunya juga ada masalah gegara kesalah pahaman.
Aku sempat menaruh curiga. Apakah Karin hanya akan mendiamkan aku seperti ini saja? Karena ia tidak pernah mengubungiku lagi, segampang itukah ia meremehkan masalahku ini, bahkan bisa dibilang ini masalah hidupku. Tapi sebisa mungkin aku tetap berpikir positif.
Aku mengambil ponselku yang tergeletak di kasur kamarku. Ku telusuri nama Karin disana dan aku mulai menelponnya. Satu panggilan terabaikan, aku tetap berusaha. Dua panggilan terabaikan, aku kembali menelponnya. Yang ketiga mulai muncul suara yang artinya Karin menerima panggilanku.
“Assalamualaikum Karin”
“e..eh Waalaikumsalam Lia, ada apa ya?” awalnya aku biasa saja dengan nada bicara Karin.
“lagi dimana Rin, kok agak brisik?”
“eh ini lagi di tepi jalan, habis nyari makan hehe”
“emm aku Cuma mau minta maaf kok Rin, maafin aku ya yang kemarin”
“eh i..iya Li santai aja kali sama aku hehe” dari sini aku mulai curiga, nada bicara Karin seperti orang gugup.
“oke Rin aku tutup ya assalamualaikum”
“waalaikumsalam” jawabnya cepat.
Sebenarnya ada apa dengan Karin. Tapi yaudah lah, gak bikin selesai masalahku juga mikirin urusan dia.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Ternyata ada ibuk yang sudah di depan pintu kamarku bersiap untuk masuk. Lalu ibuk duduk di sampingku.
“nduk besok ada tamu, kamu siap-siap ya” ucap ibuk kepadaku.
“emang kenapa buk?”
“ya ibuk kasih tau aja”
“kok gak biasanya sih buk, biasanya ada tamu ya dibiarin aja”
“ini spesial” ucap ibuk sambil menoel hidungku.
---
“Lia tolong siapin semua makanan yang sudah dimasak tadi di meja depan ya”
“iya buk”
“abis siapin makanan, kamu cepet mandi trus ganti baju, pake gamis yang bagus ya”
“iya buk”
“oh iya jangan lupa, poles dikit tuh muka biar gak kusut kayak serbet. Dah ibuk mau mandi”
“ish ribet banget sih, palingan tamunya juga temen bapak, ngapain juga harus make up, males banget dah” gerutuku dalam hati.
Setelah itu aku segera mandi dan sholat magrib, setelah sholat magrib aku ganti pakaian menggunakan gamis berwarna soft pink dengan kerudung warna magenta, sederhana namun cukup anggun. Lalu aku memoles mukaku dengan sedikit liptint, aloe vera dan bedak.
Setelah semua siap aku duduk diatas kasur kamar dan memainkan ponselku. Biasa stalking. Hingga suara ketukan pintu terdengar jelas di telingaku.
Tok-tok
Baru saja aku ingin beranjak keluar kamar sudah terdengar teriakan ibuk yang heboh. Huh biasanya juga cuek ibuk kalo ada tamu, seistimewa apasih tamu ini?
“Liaa, cepet siap-siap, jangan berantakan, yang rapi!” teriakan ibuk menggelegar di penjuru rumah, hehe.
Mungkin aja tuh tamu denger.
Oh iya ibuk hanya menyuruhku merapikan diri kan? Tidak menyuruku keluar dan membukakan pintu kann? Oke lanjut stalking dong.Samar-samar aku mendengar percakapan ibuk dengan tamu istimewanya tersebut.
“eh iya nak Alif, sebentar ya saya panggilkan Lia” suara ibuk terdengar jelas kali ini. Oh apa yang ibuk katakan tadi? Alif? Shit dosen itu lagi, makin bikin pening.
“Lia cepet keluar, Alif makin ganteng aja Li, ibuk sampek tergoda” ya ya aku tahu, ibuk sedang menggodaku.
Tanpa ba bi bu aku mengikuti langkah ibuk hingga sampailah kami di ruang tamu.
“Assalamualaikum pak” sapaku pada pak Alif.
“Waalaikumsalam Lia” jawabnya dengan wajah sumringah.
“hehe nak Alif bagaimana kerjanya?” tanya ibuk, kalian pasti tahu yang paling heboh disini kalau ada pak Alif siapa? Ya ibuk.
“alhamdulillah lancar tante” tak lama kemudian terdengar suara tangisan Sabil, keponakanku.
“eh Lia kamu ke kamar Sabil sana, ambil Sabilnya, ajakin kesini. Tadi mas sama mbak mu itu keluar, lagi ada urusan katanya”
“iya” aku langsung bangkit dan menuju ke kamar Sabil. Saat sampai dikamar Sabil, aku melihat Sabil yang sudah menangis dan tengkurap, aku langsung menggendongnya.
“ututu ponakan tante, sini sayang” ucapku sambil menggendong dan menepuk-nepuk pantatnya.
“ke ruang tamu yaa sayang sama tante” ucapku pada Sabil yang sedang bersender di gendonganku. Saat sampai di ruang tamu, aku melihat wajah pak Alif sumringah, kenapa ini?
“udah pantes ya te” ucap pak Alif pada ibuk. Tuh kan bener dugaanku.
“Lia tadi katanya Alif mau ngomong sama kamu berdua, kamu keluar gih bentar sama Alif” ucap ibuk padaku, aku hanya mendengus kesal, tak habis pikir dengan dosennya satu ini. baru saja aku ingin memberikan Sabil pada ibuk, namun ibuk sudah menyuruhku membawanya.
“Sabil bawa aja, kayaknya udah anteng sama kamu, bentar ibuk ambilin susu buat Sabil”
“hm iya” aku dan pak Alif langsung menuju mobil pak Alif yang terparkir di halaman rumahku.
“kita ke alun-alun bentar ya, saya mau ngomong sama kamu”
“iya pak” setelah itu diantara kamu tidak ada percakapan sama sekali, hening. Hingga suara rengekan Sabil memecah keheningan diantara kami.
“sstt Sabil sayangg, kenapa hm”
“enggg antee” ucap Sabil sambil mendusel-duselkan kepalanya di leherku.
“Sabil sayang mau apa sayang?” tanyaku padanya.
“engg ante mamam”
“mau susu ya? Bentar ya tante ambilin” ucapku lalu mengambilkan dot Sabil dan memberikan padanya setelah itu aku mengelus pipi Sabil, damai rasanya melihat Sabil seperti ini. Tanpa kusadari ternyata pak Alif memerhatikanku, untung saja dia tetep fokus nyetir.
“kamu cocok ya Li”
Next

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be An Ukhti
Teen Fiction[COMPLETED] Asmara dan Kehidupan "jangan pernah berpaling dari saya, karena saya gak akan benar-benar melepas yang sudah saya perjuangkan" ucapnya sambil menatapku dalam. Aku tersenyum meyakinkan. Tentang seseorang yang ingin berhijrah, namun nyat...