Cerita ini saya buat hanya dari sudut pandang tokoh utama. Semoga bisa dimengerti
Selamat membaca. Semoga sukaa:)
Kendaraan lalu lalang, terik matahari kian memanas, aku sedang menunggu jemputan. "argh lama banget" umpatku yang sepertinya masih bisa di dengar orang yang duduk disebelahku.
Saat ini aku sedang berada di pinggir sekolah, duduk di trotoar dengan beberapa siswa yang juga menunggu jemputan sepertiku.
10 menit berlalu, aku melihat laki-laki menggunakan helm abu-abu, kaos distro hitam dan celana cream selutut dan tak lupa dengan motor Scoopy nya, mataku menyipit kearahnya.
"pasti mas Rizki" ya ternyata memang benar, dia kakak laki-laki ku, kami hanya 2 bersaudara.
"lama banget sih, panas ini lo" omelku padanya, ya salah siapa lama njemputnya.
"marah-marah wae tuan putri" jawabnya dengan cengengesan, segera aku mengeluarkan jurus tabokkan ku.
"sebagai gantinya beliin aku minum, haus nih" sepertinya pikiran licikku mulai berkerja.
"mau apa lagi sih Li ?" tanya nya kesal.
"black pink nya janji jiwa" jawabku dengan sedikit cengiran dan menyebutkan salah satu menu yang lumayan mahal, kemudian dibalasnya dengan tonyoran di kepalaku.
"udah ayo naik, lama lu"
Akupun langsung menaiki motornya dengan bonceng miring.Tak lama akhirnya mas Rizki berhenti di salah satu supermarket, dia turun dan masuk supermarket sendiri karena aku udah krisis tenaga.
Akhirnya dia keluar dengan membawa kantong kresek dan menyodorkan air mineral dingin padaku dengan mengucapkan "noh minum, udah murah mana sehat lagi" aku hanya mengendus kesal dan pasrah saja, ya mau gimana lagi, niat ngerjain minta harga 30.000 malah Cuma di kasih yang harga 3.000.
---
Setelah adzan magrib berkumandang, segera ku ambil wudhu dan sholat, setelah itu aku tilawah quran. Kebiasaan ini sudah ku tanamkan semenjak aku duduk di bangku sebuah SMP Islam.
Namun semenjak masuk SMA aku sudah mulai jauh dari rabbku. Seperti contohnya saking sibuknya mengerjakan tugas atau hanya sekedar bermain-main dengan temanku, aku hingga tak mengerjakan sholat wajib.
Aku bersekolah di SMA Bangsa, ya salah satu sekolah favorit di kotaku kini aku berada di kelas 11 ipa, walaupun anak ipa namun jangan di tanya lagi nilaiku, mengerjakan fisika kimia, pun masih sering remidi.
Aku mempunyai beberapa sahabat disini yaitu Laras, Ana, dan Rara. Oh ya aku ini tipe anak yang gampang banget ikut lingkungan, dalam artian jika lingkunganku baik aku ikut baik, namun jika sebaliknya aku juga mengikuti walaupun kadang juga sibuk memperbaiki diri sendiri.
Saat aku keluar SMP aku tidak berpikiran tentang cinta sedikitpun, hanya menyukai orang dalam diam saja tanpa berani mengungkapkannya.
Namun saat SMA ini rasanya aneh, kenapa jika jomblo malah disuruh cari pasangan? Bukannya malah mengajak ke perbuatan zina?. Aku sempat kaget ketika masuk sma, dengan terang terangan aku melihat seorang lawan jenis sedang berduaan dengan jarak yang dekat. Astagfirullah kembali aku beristigfar.
Seperti biasa setelah tilawah aku mulai belajar, mengerjakan tugas-tugas. Ya memang susah, tapi nantinya kalau sudah lulus pasti kangen masa-masa kayak gini.
Tak cukup menghabiskan waktu lama, pukul setengah sembilan aku menyudahi belajarku, beranjak sholat isya dan tidur.
---
"hari ini pulang jam berapa?" tanya ibuku.
"emm ini Kamis, ya berarti jam setengah dua dong" jawabku sambil menikmati sarapanku.
"mau pake motor sendiri apa di anter?"
"hah beneran aku bo...."
"eits siapa yang ngijinin?" tiba-tiba mas Rizki menyela omonganku.
"ih motor mas kemana sih, pake motor Lia mulu, capek disuruh nunggu" cerocosku pada mas Rizki.
"tau sendiri kan, motor mas tuh di service, masih di bengkel nohh, lagian masih mending Cuma disuruh nunggu jemputan, daripada nunggu noh ustadz idolamu itu wlee" sialan bisa bisanya ngomong gitu di depan ibuk sama bapak kan malu. Segera aku menarik jaketnya dan berpamitan dengan kedua orang tuaku.
---
"kantin yuk" ajak Laras
Kita ber empat langsung menuju kantin, seperti biasa di kantin sangat ramai, ini yang membuatku malas, kita memesan menu yang sama biar ga memakan waktu juga."eh yang kemarin tuh kamu jadi keluar sama Akmal Li?" tanya Ana memecah keheningan di antara kita.
"heem"
"cie ada yang baru nih" sahut Laras.
"udah lah makin ga nyaman aku,
sekali kemarin aja""yakin tuh kemarin aja" kali ini Rara yang bertanya.
"iya enakan sendiri kemana-mana"
Memang aku kemarin keluar berdua dengan teman dekatku yaitu Akmal, tapi kami keluar karena membeli kebutuhan untuk kegiatan sekolah. Emang setan dari mana, kok mau maunya aku keluar, apalagi ibuk, bapak, dan mas itu berpihak padaku, dalam artian aku mau atau tidak itu terserahku. Saat itu aku mau menolak namun dia memaksa. Argh setan liat aja aku ga bakal ngulangin lagi.
---
Saat ini aku sudah di rumah, tepatnya di dalam kamar. Seperti biasa aku meng-scroll instagram, buka whatsapp, stalking ustadz idolaku yaitu ustadz Fahmi.
Aku sedang mengidolakan seorang mahasiswa sekaligus ustadz di salah satu pondok di Jawa Tengah. Sering sekali aku melihat lagu lagu ciptaan dan coverannya. Saat sedang stalking tak sengaja aku melihat sorotan di instagram yang bertitle 'svl talk'.
Aku melihat akun angkatannya saat ia sedang di wawancara. Sempat aku terenyuh dengan kata-katanya, saat ia berucap "sebisa mungkin karya ana bermanfaat, membawa dampak positif kepada pendengar, syukur-syukur dia mau berubah".
Pas di hati banget, posisiku saat ini sedang ingin berubah. Dan salah satu alasan aku berubah adalah karena aku sering mendengar karyanya.
Tak perlu ku mengucap langsung atau lewat DM, cukup ku kirimkan doa-doaku yang terbaik. Karena aku tau, seorang ustadz pasti dingin, sama dinginnya dengannya, sampai-sampai sering aku mengatainya dengan julukan 'si balok es'. "astagfirullah, gitu gitu juga bisa kasih dampak positif Lia" ucapku dalam hati.
Entah kenapa aku saat ini sedang mengharapkannya. Dan tentunya aku lebih berharap dan berdoa pada Allah.
Part ini sudah saya revisi yaa
Jangan lupa bahagia dan vote:)Next
![](https://img.wattpad.com/cover/225471347-288-k131326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be An Ukhti
Novela Juvenil[COMPLETED] Asmara dan Kehidupan "jangan pernah berpaling dari saya, karena saya gak akan benar-benar melepas yang sudah saya perjuangkan" ucapnya sambil menatapku dalam. Aku tersenyum meyakinkan. Tentang seseorang yang ingin berhijrah, namun nyat...