Hari ini adalah hari Sabtu. Aku melakukan aktivitasku di sekolah seperti biasa, namun seperti sabtu sebelumnya sepulang sekolah aku menghadiri ekstra, aku mengikuti ekstra jurnalistik karena memang aku suka membaca dan mengimajinasikan.
"cukup ya untuk pertemuan kali ini, kalian boleh pulang, kakak akhiri Assalamualaikum wr. wb" ucap kak Hasan pembina jurnal ku.
Setelah sampai di parkiran aku mengecek hp ku yang dari tadi tidak aku aktifkan. Ya aku hari ini membawa motor sendiri, karena motor mas Rizki sudah di ambil kemarin dari bengkel.
Kulihat hp ku, ada beberapa notifikasi whatsapp, dari grup curhatan smp, dari Karin teman smp ku, grup kelas sma, dan dari Meli teman smp ku.
Tapi tunggu sebentar, argh lagi-lagi dia, salah aku pernah respon baik chat dia, ya siapa lagi kalau bukan Akmal. Apaan sih ni bocah ngganggu mulu. Aku kembali menonaktifkan hp ku dan beranjak pulang.
---
"buka dulu kali ya chatnya" gumamku dan saat ini aku sudah di kamar.
Tertera pesan dari Akmal yang isinya guyonan tapi garing, dasar bocan aneh, ganggu hidup orang aja.
Isinya "kura-kura ninja kodok apa katak?" argh males banget. "kura2" jawabku singkat.
Tak lama setelah itu dia membalas dengan "haha benerr, pinter-pinter, kok bisa tau ya kamu" jawabnya.
Sudah ku bilang kan dia tu aneh, nge joke tapi garing, aku hanya membaca saja tanpa membalas. Bodoamat aku langsung membuka galeriku yang ada tumpukan nasyid ustadz Fahmi yang aku idolakan, mending lihat ini, adem, nenangin, bikin seneng, bermanfaat pula.
---
Ya kehidupan saat aku SMA ya begitu begitu saja, tidak terlalu membosankan walaupun kadang juga menjengkelkan. Apalagi sekolahku ini termasuk sekolah yang banyak event nya, jadi ya bisa dibilang sekolah paling ngerti kondisi muridnya kalo muridnya lagi suntuk belajar hehe.
Hari ini adalah bulan Ramadhan. Bulan yang ditunggu-tunggu umat islam untuk meningkatkan ketakwaan. Ya aku menjalani puasaku sama seperti puasa tahun sebelumnya.
Namun yang membedakan kali ini aku harus belajar lebih giat karena aku sudah naik kelas 12. Cepet kan? Iye lah di cepetin.
"nduk, bangun sahur nduk" ucap ibuk menggoyangkan badanku.
"hemmm hoaaamm" aku langsung beranjak dan mencuci muka. Kulirik jam dinding yang menunjukan pukul 3 dini hari.
"ibuk aku tahajjud bentar ya" daripada nunggu ibu selesai nyiapin makanan, mending tahajjud kan ya.
Sesudah sholat aku menghampiri ibuk dan bapak. Oh iya jadi mas Rizki sudah bekerja di Sidoarjo, pulangnya sih seminggu sekali. Dan kali ini katanya belum bisa pulang. Mungkin dia pulang 2 minggu sebelum lebaran.
"hari ini gak ke sekolah Li?" tanya bapak.
"nggak pak, pondok ramadhannya masih minggu depan"
"oh kegiatannya ngapain aja?"
"ya ngaji, dzikir, ceramah, gitu lah pak"
"gak ada anak pondok yang dateng gitu kayak pas kamu smp?"
"gak tau aku pak"
"kalo ada ambil satu ya Li, ibuk mau mantu santri" kali ini ibuk yang ngomong. Bisa-bisanya nih kek begini ibuk ngomongnya.
"wihhh mau kuliah dulu aku buk"
"ya iya kuliah dulu, cuman kan ibuk dulu udah ga ngijinin kamu mondok, yauda sekarang kamu nyari jodoh santri aja biar ada semriwing nya anak pondok" susah juga menelaah bahasa ibuk.
"semriwing, kek angin aja dek, iya Li nyari yang santri bagus tuh" bapak ikut nyaut huhu.
"gak tauu bukk pakk" dah malu banget, ibuk sama bapak udah kayak bisa baca hatiku aja, aku pengen sama ustadz Fahmi.
---
Ini adalah minggu kedua awal ramadhan, ya mungkin minggu depan Mas Rizki pulang dari perantuannya.
Ya saat ini aku sedang melaksanakan pondok ramadhan, ya gitu-gitu aja sih. Hingga tepat ini hari terakhirku melakukan kegiatan di sekolah selama bulan ramadhan.
Katanya sih ada ceramah dari ustadz gitu, aku gak tau lulusan mana yang pasti katanya masih muda dan ganteng. Hampir semua temanku tertarik dengan ini, namun beda dengan ku yang terlalu bodoamat karena memang aku pure mencari dan mengharapkan pahala atau mungkin karna aku dah sering lihat ustadz-ustadz ya. Hemm gatau juga ya.
Saat ini aku sedang duduk di atas banner yang di gelar sebagai alas duduk kami. Rame banget, kayak ga sabar mau ketemu ustadz itu. Siapa sih, palingan muka ustadz ya gitu-gitu aja.
"Liii lihat dehhh tu ustadz nya ganteng banget, duhh" sahut Laras menggoyahkan lenganku.
"katanya anak santri itu mukanya tua" jawabku malas dan sedikit menyindir perkataan yang sering dia lontarkan sebelum aku menengok ke arah depan.
"ih yang ini beda tau Liiii liat dehhh nohh" Ana menyahuti juga.
"halah seberapa gan..." jawabku sambil menengok dan menggantungkan ucapanku.
"tuhh kannn ganteng" Laras kembali menyahut, sedangkan Rara, dari tadi dia sibuk menyimak ceramahan, ya dia juga tertarik tapi gak sefanatik orang orang.
"emm ustadz itu kok kayaknya gak asing sama aku" gumamku yang ternyata di dengar Laras, Ana, dan Rara.
"kamu kenal Li? Siapa Li siapa?" tanya Rara penasaran.
"ustadz Rifqi, ya itu ustadz Rifqi" kataku.
"siapa dia Li?" tanya Laras penasaran.
"alumni pondok di Ponorogo"
jawabku."kamu kok kenal sih Li?" Ana menyelaku.
"dulu pernah ketemu di smp"
---
Setelah semua selesai, kami berempat beranjak ke parkiran. Namun sebelum itu ternyata Rara minta dianter ke toilet, ya kita berempat ke toilet, kan family friendly hehe.
Kami melewati ruang TU ya sepertinya ustadz Rifqi ada di depan ruang TU bersama beberapa temannya yang sepertinya ustadz juga.
Ya tentunya pandangan Laras, Ana, dan Rara tidak luput luputnya dari ustadz tersebut, aku menatap kearah sekumpulan ustadz tersebut sekilas.
Sebentar, ternyata ada ustadz Fahri juga, dia kan dulu pernah ngajar aku juga waktu pesantren kilat. Segera ku menunduk saat ku melihat ustadz Fahri menengok ke arahku, sepertinya dia kenal aku.
Setelah selesai dari kamar mandi kami berempat kembali ke parkiran, namun tiba-tiba Rara menyenggolku
"Li kayaknya kamu dilihatin temennya ustadz Rifqi deh" Ucap Rara. Dan aku? Ya aku diam saja.Setelah agak dekat dengan tempat ustadz Fahri dan ustadz Rifqi. Ternyata ustadz Fahri menyapaku. Kaget setengah mati lur.
"Assalamualaikum, kamu Lia ya" sapa ustadz Fahri.
Next

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be An Ukhti
Teen Fiction[COMPLETED] Asmara dan Kehidupan "jangan pernah berpaling dari saya, karena saya gak akan benar-benar melepas yang sudah saya perjuangkan" ucapnya sambil menatapku dalam. Aku tersenyum meyakinkan. Tentang seseorang yang ingin berhijrah, namun nyat...