Extra Part

111 14 2
                                    

Aku memandangi wajahku yang ber-make up ala adat Jawa dari pantulan cermin di depanku. Kebaya warna putih serta jarik coklat bermotif khas tradisional Jawa begitu cantik melekat di tubuhku.

Ya, hari ini adalah hari bahagiaku dengan ustadz Fahmi... Emm mungkin sekarang a Fahmi lebih tepatnya, hihi.

Ku dengar pintu kamarku yang mulai terbuka.

"anak ibuk cantik banget. Perasaan baru kemarin ibuk sama bapak ajak kamu keliling taman, nduk. Sekarang udah nikah aja" ucap ibuk. Tanpa sadar air mataku luruh begitu saja.

"eh gak boleh nangis, ini kan hari bahagia kamu, Lia. Ibuk akan lakukan apapun untuk kebahagiaanmu, nduk" lanjut ibuk.

Aku berhambur memeluk ibuk, mencoba menahan air mata ini.

"sudah nduk, keluarga Fahmi sudah datang. Sebentar lagi ia akan mengucap ijab qabul di depan bapak" ucap ibuk sambil tersenyum. Aku terdiam, hanya membalas dengan senyuman saja.

Setelah itu ibuk meminta ijin untuk keluar, sedangkan aku hanya di temani mbak Sarah di kamar. Mbak Sarah terus saja menenangkan ku, karna memang aku gugup sekali saat ini.

Beberapa menit kemudian aku mendengar suara a Fahmi mengucap ijab dengan lantang dan yakin. Hatiku bergemuruh mendengar itu. Dalam sekejap tanggung jawabku sudah berpindah padaya.

"Alhamdulillah dek, kamu sekarang udah resmi" ucap mbak Sarah sambil tersenyum, aku hanya memeluknya sambil mengucap syukur terus menerus.

"mbak keluar dulu ya, sebentar lagi Fahmi kesini, menjemput kamu" lanjutnya. Setelah itu mbak Sarah keluar dari kamarku.

Aku semakin gugup disini, ternyata begini rasanya menikah. Aku mulai mendengar suara pintu yang dibuka. Aku sangat gugup kali ini, aku hanya menutup mata dan terus menenangkan diri.

"Assalamualaikum zaujati" suara halus itu semakin membuatku menjadi-jadi.

"Wa..Waalaikumsalam" jawabku terbata.

Kurasakan ia semakin mendekat kearahku. Aku merasa kaget ketika ia meletakkan telapak tangannya dipucuk kepalaku dan berdoa. Aku hanya menunduk dan meng-amin-kan doanya.

Selesai berdoa, mataku kembali membulat ketika ia menciumku dan jongkok tepat di depanku. Kemudian ku raih tangannya untuk ku cium sebagainya tanda baktiku lalu melepaskannya.

Mataku tepat terkunci pada tatapan teduhnya. Aku segera menyadarkan diri, berpaling dari tatapannya dan menatap jejeran bunga yang ditata di pojok kamarku.

Ia meraih tanganku dan digenggamnya cukup lama.

"ayo kita keluar, banyak tamu yang sudah menunggu" ucapnya menatapku dalam.

Aku membalasnya dengan senyum dan mulai bangkit kemudian aku mengekorinya dari belakang.

Aku kembali gugup ketika ia berbalik badan, meraih tanganku dan dikaitkan ke lengannya. Aku hanya terdiam nurut dengan perlakuannya.

Aku cukup malu disini. Semua mata memandang kearahku. A Fahmi mengajakku untuk duduk dan setelah itu aku menyambut para tamu.

Hari ini tidak terlalu banyak rangkaian acara yang dilakukan. Karena resepsi ku dan a Fahmi akan dilaksanakan minggu depan.

Acara hari ini hanya di hadiri sanak saudara, para tetangga, teman dekatku dan a Fahmi serta teman dekat orang tua kami.

Aku rasa Karin dan Meli juga datang ke pernikahanku ini, namun aku sama sekali tidak melihat mereka. Mungkin saja mereka sibuk membantu yang lain. Padahal aku ingin sekali bercerita pada mereka.

I Want To Be An Ukhti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang