Setitik Cahaya

74 24 0
                                    

Entahlah aku ini orangnya masih bisa di bilang kuat mental dan hati atau tidak. Berbulan-bulan aku menjadi bahan bullyan mak lampir, fitnah ini-itu tersebar. Ya mungkin satu kampus sudah mengenalku.

Untungnya sedikit yang mempercayai fitnah mak lampir itu. Akhir-akhir ini juga banyak mahasiswa meminta maaf padaku. Entah siapa yang membersihkan nama baikku ini. Kurasa aku berhutang banyak padanya.

Saat ini aku sendirian taman kampus. Maklum jomblo hwhw. Oh iya, akhir-akhir ini juga aku jarang berkomunikasi dengan ustadz Fahri, apalagi ustadz Fahmi, kontaknya pun gak punya, paling lewat DM itupun hanya bertukar kabar.

"gue minta maaf" bosan kali aku mendengar suara ini. nada gak ikhlas lagi.

"kalo gak ikhlas gausah"

"gue ikhlas"

"ikhlas itu dilakukan, bukan dikatakan"

"intinya gue minta maaf Li, ya mungkin gue udah banyak bikin hati lo sakit, lo kesusahan juga karna gue, gue minta maaf"

"bukan mungkin lagi Sil, tapi udah over. Coba si kamu yang ada di posisi aku, gimana rasanya? Di fitnah hampir satu kampus, di caci, dianggap pembawa si.."

"stop Li, gue bener bener nyesel, gue minta maaf Lia, beneran gue minta maaf. Gue gak bakal ngulangin lagi. Oh iya masalah si Fahmi, gue pasrah aja, gue ikhlas kalo dia sama lo, lo orang yang tepat buat dia" nada bicara Silvi mulai berubah, dari sini bisa dinilai bahwa ia benar-benar menyesal.

"iya aku maafin, aku juga minta maaf kalo kata-kataku kasar sama kamu"

"gue yang lebih salah, yaudah Li gue ke perpus dulu ya"

"iya"

Aku kembali merenung. Ya setidaknya satu bebanku sudah hilang. Semoga aja dia memang benar-benar ikhlas meminta maaf.

"hoi Li" lah di kagetin lagi.

"eh astagfirullah, paan?"

"eh akhir-akhir ini banyak kan yang minta maaf sama lo?"

"iye kenapa emang?"

"lo tau gak siapa yang bersiin nama baik lo?"

"siapa emang"

"pak Arif Li, bayangin deh dosen yang kata lo sialan tapi bisa bantu lo kan?"

"yang bener Rev? Ih yaudah aku mau keruangannya bentar"

"eh buru-buru banget"

"udah diem ah, bye"

Aku langsung manuju ruangan pak Arif, semoga aja beliau ada di ruangannya.

Tok-tok

"assalamualaikum pak Arif"
ngos-ngosan bos, lari-lari sih wkwk.

"waalaikumsalam ada apa Lia?"

"pak saya mau ngucapin makasih banyak sama bapak"

"makasih buat apa?" jawabnya dengan nada menggoda, yaallah berilah aku kesabaran. Bukannya baper, pengen nampol iya.

"makasih buat semuanya, makasih sudah membersihkan nama baik saya" jawabku menunduk.

"haha sama sama Lia, saya senang bisa membantu kamu" jawabnya sambil mengangkat tangannya, et mau ngacak jilbab saya rupanya. Auto menghindar dong.

"maaf pak, bukan makhrom" bodoamat dibilang jual mahal mah, kalo dia muslim harusnya dia juga tau.

"eh maaf-maaf yaudah saya makhromin" si dosen ini bener-bener sialan ish, pengen w jambak rambutnya yaallah, pengen w tenggelemin ke segitiga bermuda yaallah.

"maaf pak, saya keluar dulu ya assalamualaikum"

"waalaikumsalam" jawabnya disertai tawa. Tawa-tawa curut.

Next

I Want To Be An Ukhti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang