Chapter 1 : Sebotol Air Mineral

2.2K 101 4
                                    

بسماللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy Reading!

Ubahlah pola pikirmu jika masih menganggap rezeki itu hanyalah soal materi!


-FitriYulita-

Peluh tak henti-hentinya menetes dari pelipis seorang gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluh tak henti-hentinya menetes dari pelipis seorang gadis. Ia tak menghiraukan teriknya matahari yang berhasil membuat orang-orang menarik diri dari kegiatan di luar rumah. Namun tidak dengan gadis bernama Agista Nania Ramadhani.
Ia justru dengan semangat kesana kemari membagikan selembar brosur tanpa menghiraukan panas matahari yang terasa membakarnya.

"Siang bapak/ibu, silahkan dibaca brosurnya. Jika tertarik, ibu bisa langsung hubungi kami. Terimakasih."
Begitulah kiranya yang selalu Nania ucapkan kepada setiap pejalan kaki yang bersliweran di sekitarnya.

Ia sejenak terduduk di bangku yang disediakan di dekat trotoar. Wajahnya nampak penuh dengan peluh, ia lantas mengusap keringat yang sudah hampir menetes itu.
"Masyaallah panasnya. Panas di dunia saja udah kayak gini, gimana panasnya di neraka. Naudzubillah, semoga Allah melindungiku dari panasnya api neraka."

Ia merogoh kantung tasnya dan mengambil botol minum. Namun, nyatanya saat ia melihat botol air minumnya, sudah tak ada setetespun air yang tersisa. Raut kecewa terlihat jelas.
"Yahhhh, aku lupa mengisi air," sesalnya menyadari kecerobohan yang ia perbuat.

Dengan terpaksa gadis itu pun mengurungkan niatnya, kembali memasukkan botol kosong itu ke kantung tadnya. Jika sudah seperti ini mau tak mau ia harus menahan rasa dahaganya di bawah teriknya matahari.
Ia kembali bangkit tak jadi beristirahat. Dengan langkah lesuh ia melanjutkan pekerjaannya untuk membagikan brosurnya kembali.

Nania's Pov

Hari ini usai melaksanakan kegiatan perkuliahan, aku turun ke jalanan untuk bekerja. Jangan kalian berpikir aku turun ke jalanan untuk menjadi pengamen atau pengemis, aku selain menjadi mahasiswa, baru-baru ini juga memiliki pekerjaan paruh waktu menjadi flayer girl. Iyap, seseorang yang membagikan sebuah brosur/poster/pamflet di jalanan.
Maka dari itu aku harus rela turun ke jalanan dalam kondisi panas terik untuk bisa mendapat pundi-pundi uang. Yah meskipun bayarannya tidak seberapa, aku cukup senang menjadi flayer girl karena setidaknya aku bisa mendapat upah untuk membantu meringankan beban kakak.

Hari ini panas begitu terik sehingga menjadi tantangan sendiri ketika turun ke jalanan. Tapi tak apa semangatku terpacu begitu kejadian tadi malam terlintas dipikiranku.

Flashback ....
"Nia, bapak sedang butuh uang untuk pengobatan dan itu tidak sedikit. Bagaimana kalau kamu untuk sementara berhenti untuk kuliah?" ucap Kak Dira saat kami tengah berkumpul untuk makan malam.
Mendengar Kak Dira berujar demikian, membuat moodku down seketika. Entah mengapa aku tidak rela jika harus putus kuliah yang padahal baru 3 bulan aku memasuki kampus yang aku impikan. Namun aku juga tak mau melihat bapak terus kesakitan.

 Assalamualaikum, Pak Penghulu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang